19.

1138 Words
Ketika Vionel kembali dari kerajaan Vïrgan bersama Zavier ia langsung menuju rumah paman Braff, sedangkan Zavier di perintahkan untuk menghadap Raja. İtu sudah sore hari ketika Vionel memasuki ibu kota. " Paman dimana Valencia? " Tanya Vionel karena tidak menemukan wanita itu menyambutnya " Maafkan saya tuan muda, nona Valencia di seret oleh prajurit istana " pria paruh baya itu menunduk karena takut " Bagaimana bisa? " bentaknya Vionel sangat khawatir ketika meninggalkan Valencia, pria itu sangat takut ketika sesuatu terjadi kepada wanita itu. Tapi sekarang apa yang ia takutkan benar-benar terjadi " Nona Valencia meminta untuk keluar berjalan-jalan di ibu kota, ia juga meminta saya membelikannya roti isi daging, saat saya pergi membelikannya saya tidak tahu apa yang terjadi kepada nona, saat saya kembali nona sudah di seret oleh para prajurit istana, saya sempat mendengar nona Valencia mengatakan ' aku tidak mencuri apapun ' maaf kan saya tuan muda karena tidak bisa melakukan apapun " jelas Braff dengan raut bersalah, ia tidak bisa melakukan apapun untuk menolong Valencia, posisinya bukan apa-apa hanya sebagai rakyat jelata di ibu kota " Aku akan pergi " Vionel langsung keluar dan memacu kudanya dengan cepat menuju istana, pria itu terus saja memikirkan bagaimana keadaan Valencia sekarang ° Di ruang pribadinya Sorazen sedang membaca banyak kertas yang merupakan laporan dari mata-matanya dan kesatria di perbatasan, ia juga sudah menerima laporan dari Zavier yang baru saja kembali dari kerajaan Vïrgan. İtu hanya laporan mengenai situasi kerajaan Storné dan perbatasan kerajaan Vïrgan, untuk masalah mendetailnya hanya Vionel Dhaupin yang tahu, pria itu pasti tahu sesuatu " Yang Mulia, Vionel Dhaupin ada disini ingin menemui anda " " Biarkan ia masuk " Sorazen tidak menyangka pria itu bersedia menginjakkan kakinya di istananya, padahal baru saja Zavier yang mengatakan bahwa pria itu menolak datang ke istana dan menemuinya. Sorazen tersenyum penuh kemenangan " Salam Paduka Yang Mulia " ucap Vionel ketika sudah berada di deoan Sorazen " Vionel Dhaupin, selamat datang kembali " " Dimana Valencia? " Tanya Vionel langsung pada intinya " Valencia? " Sorazen mengerutkan keningnya " Wanita yang di tahan oleh prajuritmu " Jadi nama wanita itu Valencia? Ah dirinya lupa menanyakan nama wanita itu kemarin " Jadi kau datang untuk mencari wanita itu? " Sorazen hampir mengira ia akan mengatakan sesuatu yang penting, bahkan karena wanita pria ini lupa dengan tugasnya " Tolong lepaskan dia Yang Mulia " " Sayang sekali aku tidak berniat melakukannya " Sorazen menarik sudut bibirnya ia ingin bermain dengan Vionel " Dia tidak bisa berada disini " " Dia bisa, dia akan menjadi ratuku, Ratu Tyndomére " " Apa??... " Vionel tidak bisa tidak ternganga sekarang Apa katanya? Ratu? Bahkan bukan hanya Vionel yang ternganga tapi juga Edwin di buat hampir menjatuhkan armornya Rajanya ini! " Yang Mulia anda tidak tahu siapa dia, jadi biarkan dia pergi bersamaku " " Tidak " jawab Sorazen dengan tegas " Jika anda menolak melepaskannya aku tidak segan-segan akan membubuhkan segelku Yang Mulia " " Kau mengancamku? " " Yang Mulia dia tidak tahu apa-apa disini, anda tahu kehidupan istana sangat berbahaya " Vionel tidak bisa tidak cemas ia teringat akan kisah ibunya " Aku akan melepaskannya jika kau bersedia kembali " Vionel menggertakkan giginya, ia tidak ingin lagi terlibat dengan pemerintahan, bukan tidak ingin hanya saja ia benci dengan keadaannya Dengan banyak pertimbangan akhirnya Vionel menyetujui kembali tinggal di istana meskipun sangat enggan, demi melindungi Valencia. Dengan kesepakatan bahwa Valencia bebas mengikutinya, dan tidak terkekang tapi tetap saja jika raja berkehendak tidak bisa di bantahkan. Sebenarnya alasan yang membuatnya meninggalkan istana adalah saat kematian ibunya, meskipun gelarnya di turunkan itu tidak masalah untuknya. Vionel berdiri di depan kamar Valencia yang di jaga empat orang prajurit, sebenarnya ia dilarang menemui wanita ini sekarang, sebelum Vionel benar-benar memutuskan bersedia bekerja sama, ketika melihat Vionel mendekat salah satu prajurit langsung membuka kunci kamar itu dan memebiarkan pria itu masuk Valencia yang mendengarkan pintu itu terbuka langsung menegakkan tubuhnya melihat siapa yang datang " Vion.. " teriak Valencia langsung berlari kearah pria itu dan langsung memeluknya Vionel menyambut pelukan Valencia ia tidak bisa menahan rasa senangnya ketika melihat Valencia " Kau baik-baik saja? " Tanya Vionel kepada wanita itu " Aku baik-baik saja, hanya sedikit bosan " Valencia melepaskan pelukannya ia meraih wajah Vionel yang berada di atasnya, tinggi Valencia hanya mencapai dagu Vionel " kau baik-baik saja? Bagaimana perjalananmu? " Valencia sangat senang melihat Vionel berada disini hingga ia membolak-balik wajah Vionel untuk menemukan sedikit luka di wajahnya tapi wajahnya sangat bersih " Aku baik-baik saja Valencia " ucap Vionel hampir tertawa melihat apa yang di lakukan wanita itu " Apa kau takut berada disini? " Lanjut pria itu yang tangannya masih berada di pinggang Valencia " Tidak, aku bahkan di perlakukan seperti ratu disini meskipun aku tahanan " " Apa yang terjadi hingga kau di tangkap penjaga ibu kota? " " Aku di tuduh mencuri oleh gadis sinting yang suka menindas anak kecil " ujar Valencia dengan nada kesal ketika teringat wajah wanita itu " Kau ingin keluar? " " Tentu saja! " " Ayo.. " Vionel menggenggam tangan Valencia mengajaknya keluar Pria itu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Valencia yang tampak berbeda dengan biasanya, wanita ini tampak anggun dengan gaun kuning yang indah. Banyak pasang mata dari pelayan dan prajurit yang berjaga di setiap sudut istana tidak bisa mengalihkan pandangannya dari seseorang yang baru saja menuruni tangga. " Tempat ini sangat indah " ucap Valencia ketika melihat ruang istana yang tampak megah dengan warna putih dan emas, pilar yang berdiri kokoh tampak di ukir dengan lapisan emas, kristal-kristal bergantung di atas dengan cahaya yang menyinari ruangan. " Kau suka tinggal disini? " Valencia terdiam, sebenarnya ia sangat memimpikan tinggal di tempat seperti ini bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya di layani layaknya ratu, ia sangat senang dengan keadaannya sekarang tapi apakah pantas untuk dirinya? Tapi ia juga tidak mengerti dengan keadaannya sekarang Di sudut istana yang berada di lantai dua Sorazen berdiri memperhatikan dua manusia yang sedang berjalan sambil berbincang, ia tidak bisa memikirkan keputusannya Sepertinya rencananya tidak berjalan lancar. Pria itu memilih menghampiri kedua orang itu, pandangannya terganggu ketika melihat dua manusia yang seperti mabuk asmara berkeliaran di istananya Vionel membalikkan tubuhnya ketika mendengar langkah kaki yang terdengar di hentakkan dengan sengaja ke arahnya " Salam Paduka Yang Mulia " ucap Vionel sambil meletakkan tangan kanannya di d**a kiri, pria itu tidak bisa tidak berpikir apa lagi yang diinginkan Rajanya ini Sorazen hanya mengangguk tapi matanya menatap kearah Valencia yang terdiam " Kembali ke kamarmu sebelum aku berubah pikiran untuk menghukum mu" ucap Sorazen dengan suara dingin Valencia ingin mengucapkan sesuatu tapi ia urungkan bahkan ia sudah tidak berminat untuk memberikan salam, wanita langsung melangkahkan kakinya dan pergi dari sana dengan wajah cemberut, sesekali ia akan menoleh ke belakang untuk melihat kedua pria itu yang seperti akan bertempur *****†*****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD