24.

1238 Words
Keesokan harinya diruang kerja pribadi milik Sorazen yang bernuansa hitam dan emas itu kini di terangi sinar matahari membuat ruangan itu tampak terang. Sorazen menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya, ia merasa sangat lelah, kemarin malam ia sama sekali tidak bisa tidur, tangan dan punggungnya tiba-tiba merasa panas setelah keluar dari kamar Valencia. Kini Sorazen kembali di hadapkan dengan masalah yang akhir-akhir ini menjadi teror istananya, ia bukan takut, jika boleh memilih lebih baik dirinya langsung berperang sekarang dari pada menunggu tetapi saat ini banyak kejanggalan yang ia terima di semua laporan dari seluruh penjaga kerajaan membuat dirinya mau tidak mau harus bertindak hati-hati Vionel Dhaupin duduk di kursi seberang Sorazen, sudah lama dirinya tidak duduk di ruangan ini bersama saudara sepupunya, sedangkan Edwin berdiri di tengah-tengah ruangan bersama Zavier yang berada sedikit lebih dekat dengan Vionel Dhaupin Suasana ruangan itu sedikit tegang sejak tadi karena laporan dari Zavier yang mencurigai Duke Geoffrey yang tidak hadir di acara kemarin malam, Zavier mengatakan jika Duke Geoffrey juga tidak berada di istana selatan sampai pagi tadi. " Aku tidak yakin jika pria itu berada di balik semua ini " ucap Vionel menyampaikan pendapatnya, meskipun dirinya sedikit bersitegang dengan pria itu karena kudeta yang di lakukannya tapi Vionel yakin pria itu tidak akan melakukan cara memutar seperti ini Edwin mengangguk menyetujui, dia juga tahu bagaimana karakter Duke Geoffrey " Kesatria yang memeriksa seluruh istana tidak menemukan petunjuk apapun " ucap Edwin tampak berpikir " Kalian tahu apa artinya " suara dingin Sorazen mengalihkan pikiran semua orang yang berada disana, hanya empat orang ini yang sedari dulu akan selalu berkumpul di ruangan ini untuk membahas hal penting dan rahasia " Penyelundupan yang berhasil " ucap Vionel yang menatap Sorazen dengan sudut bibirnya yang tertarik ke atas " Maksud Yang Mulia? " Tanya Zavier kepada Vionel, pria itu tetap menggunakan panggilan Yang Mulia kepada Vionel Dhaupin meski di depannya juga ada Yang Mulia Raja " Panah itu berisi racun Acokanthera " Jawab Vionel dengan pandangan lurus Racun Acokanthera merupakan racun yang berasal dari getah pohon itu sendiri, racun yang di hasilkan sangat berbahaya bahkan dapat membunuh seseorang dalam waktu satu menit. Hanya Vionel Dhaupin yang tahu pasti tentang tumbuhan beracun atau obat-obatan, meskipun Edwin dan Sorazen juga tahu racun itu tapi mereka tidak tahu sedetail itu seperti Vionel Hal-hal yang berbau racun sangat di larang keras oleh kerajaan Tyndomére karena penyebab awal kematian Raja dan Ratu. Siapa pun tahu bahwa tumbuhan beracun hanya akan tumbuh subur di tanah kerajaan Storné, kerajaan itu adalah penghasil racun dan bahan terlarang lainnya di seluruh Alcøtra hingga kerajaan itu harus diisolasi dan di awasi oleh kerajaan lain tapi banyak juga para bangsawan atau pedagang yang mengincar kerajaan itu untuk bekerjasama karena dua bahan itu sangat mahal jika di perjual belikan Suara ketukan pintu dan keributan di luar ruangan pribadi Sorazen membuat semua orang yang berada di dalam mengalihkan pandangannya kearah pintu, Edwin langsung sigap membuka pintu itu, seorang kesatria masuk terlebih dahulu dan mengucapkan salam " Yang Mulia ada pergerakan yang mencurigakan di hutan Ryön kami menemukan pria berjubah hitam yang menggunakan topeng berlari dengan cepat ke arah itu" Edwin berbalik kembali untuk menutup pintu tapi di tahan oleh tangan seseorang, alangkah terkejutnya ia ketika melihat Valencia ingin menerobos masuk kedalam tapi di tahan oleh para prajurit yang berjaga di depan pintu " Valencia " Vionel langsung berdiri ketika melihat wanita itu langsung menerobos masuk, sedangkan Sorazen menaikkan sebelah alisnya tidak menyangka wanita itu begitu berani keluar dari kamarnya dan sekarang bahkan sudah masuk ke ruang kerja pribadinya " Valencia apa yang kamu lakukan kemari? " Tanya Vionel yang kini sudah berdiri di sebelah wanita itu Valencia hanya melihat Vionel sekilas dan tidak menjawabnya, matanya beralih menatap Sorazen yang duduk di depannya memandang manik mata emas itu yang sedari tadi menjadi teror untuknya " Pria itu ingin membunuhmu " Sorazen masih diam memandang Valencia dengan wajah dingin dan sebelah alis yang terangkat " Dia berada di hutan dekat dengan rumahmu " lanjut Valencia yang kini beralih menatap Vionel " Kau mengetahuinya? " Tanya Vionel " Dia juga ingin membunuhmu " " Bagaimana kau tahu? " Suara dingin Sorazen membuat Valencia kini menatapnya " Aku melihatnya " Valencia tidak tahu harus berkata jujur atau tidak sekarang, ia tidak bisa diam saja ketika sebuah bayangan tiba-tiba merasuki matanya saat dirinya tidak sengaja meraih burung yang hinggap di jendela kamarnya Sorazen langsung berdiri menatap lekat Valencia dengan curiga, bagaimana bisa wanita ini melihat hal itu sedangkan dia berada di kamarnya bahkan kedatangannya juga bersamaan dengan kesatria itu Melihat tatapan pria itu Valencia kembali berbicara ia akan berkata jujur sekarang apapun yang akan terjadi " Aku bisa melihat masa depan. Dan seekor burung menyampaikan penglihatannya kepadaku " Hening ruangan itu setelah mendengar penjelasan Valencia, semua orang di buat ternganga dan tidak percaya akan kata-kata wanita itu, bagaimana mungkin ada hal seperti itu Hanya Vionel yang masih bisa mempertahankan ekspresinya karena ia sudah tahu bagaimana Valencia " Apa kau tahu orang itu? " Tanya Vionel kepada Valencia " Tidak " Valencia menggeleng sambil berusaha mengingat " Pria itu tidak sendiri " " Siapa kau sebenarnya? " Tanya Sorazen yang kini sudah berdiri di depan Valencia, ia tidak bisa tidak penasaran dengan wanita ini " Aku.... " Valencia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya saat ini jika dirinya mungkin bisa di sebut penyihir yang berasal dari dunia lain " Yang Mulia " Vionel menengahi "Sebaiknya kita membahas hal ini lebih dulu, kemungkinan apa yang di katakan Valencia benar dan laporan prajurit itu juga mendukung jadi kita harus bergerak cepat untuk mengejar orang itu " Sorazen mengalihkan pandangannya kepada Vionel " Kita akan pergi " " Kita? " Tanya Vionel Apa kita yang di maksud sepupunya ini adalah dirinya juga akan turun langsung? " Aku akan pergi bersama kalian, Edwin siapkan kuda untukku " Sorazen beralih kepada Zavier "Kumpulkan pasukan elite kerajaan kita akan pergi sekarang " Zavier dan Edwin langsung pergi mengambil tugas masing-masing setelah mengatakan 'Baik Yang Mulia' meskipun mereka masih ingin mendengarkan penjelasan wanita itu Sebuah kilasan bayangan kembali merasuki penglihatan Valencia ketika ia menatap manik mata emas itu saat pria itu selesai berbicara dan kembali menatap Valencia " Tunggu... Kalian tidak bisa melakukannya sekarang " ucap Valencia dengan panik Sorazen kembali menatap Valencia dengan curiga " Ada apa? " Tanya Vionel " Jangan pergi, jika kalian mengejarnya sekarang itu akan menjadi jebakan untuk kalian " " Jika kau tidak ingin mengatakan siapa kau sebenarnya lebih baik kau pergi sekarang " ucap Sorazen dengan nada dingin, ia teringat dengan kejadian kemarin malam saat wanita ini menunjukkan sikap penolakan " Yang Mulia kumohon " ucap Valencia dengan raut khawatir " Vion kau percaya padaku bukan? " Tanya Valencia yang kini beralih pada Vionel " Aku percaya padamu, tapi aku harus pergi Valencia tidak ada waktu untuk membiarkannya pergi lagi " " Vion ku mohon dengarkan aku, jangan pergi jika tidak ingin terluka, mereka juga mengincarmu! " Sorazen membuka pintu ruang kerja pribadinya ia melihat dua prajurit yang berdiri disana " Bawa wanita ini ke kamarnya dan jangan biarkan ia keluar! " Perintah Sorazen yang langsung di laksanakan oleh kedua prajurit itu menyeret Valencia " Yang Mulia kumohon! " Ia beralih pada Vionel " Vion jangan pergi " Vionel tidak tega melihat Valencia yang di seret oleh prajurit itu, bukanya ia tidak percaya pada kata Valencia hanya saja saat ini menangkap pelakunya lebih penting bukankah wanita itu juga yang mengatakan pelakunya dimana *****†*****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD