5.

1000 Words
Hutan Ryön tidak hanya terdiri dari lautan hutan hujau, hutan itu seperti di bagi sebelah utara dan selatan. semakin ke selatan hutan itu akan berubah, pohon yang menjulang tinggi tumbuh kokoh tapi warnanya tidak sehijau di sebelah utara ada berbagai jenis pohon dengan beraneka ragam warna. Valencia mengikuti Vionel di belakangnya pria itu membawa sebuah busur panah dan satu belati yang tersemat di pinggangnya " Aku tidak pernah berburu sebelumnya " ucap Valencia memecah keheningan di antara hutan itu dan mereka berdua " Ini pertama kali untukmu " pria itu berhenti sebentar untuk melihat wanita itu berbicara " Tapi aku bisa memanah " Pria itu berbalik menghadap Valencia sekarang " Benarkah? " Vionel bertanya dengan ekspresi ragu Valencia mengangguk " aku pernah belajar memanah dulu di duniaku " " Bagus, kalau begitu kau yang memanah kali ini " pria itu memyerahkan busurnya Keduanya masih terus berjalan mengelilingi hutan lebih ke arah selatan " Jika kau pergi melewati jalan itu kau akan tiba di perbatasan gerbang kerajaan Tyndomére " pria itu menunjuk celah di antara pepohonan " Apa kau bagian dari kerajaan itu? " Vionel mengangguk membenarkan " Orang tuaku berasal dari sana " Tepat setelah Vionel berbicara semak yang tidak jauh dari tempatnya bergerak seekor rusa melompat. Refleks Valencia sangat cepat ia langsung berbalik dan melesatkan anak panahnya, anak panah itu mengenai salah satu kaki rusa tapi rusa itu masih berlari meskipum sudah melambat " Tidak buruk " ucap Vionel menoleh ke arah Valencia sambil tersenyum " Tunggu disini aku akan mengejarnya " Valencia hanya mengangguk dan tersenyum ternyata bakat memanahnya tidak hilang itu juga tidak buruk dan bahkan masih berguna ke dunia lain Melihat punggung Vionel yang menjauh Valencia mulai memperhatikan sekitarnya ia merentangkan tangannya merasakan udara sejuk yang menyapanya Hembusan angin serasa berputar mengelilinginya wanita itu memejamkan matanya merasakan angin yang di serap tubuhnya Ini tidak hilang Suara anak panah yang melesat membelah angin disekitarnya membuat wanita itu membuka matanya, tepat ketika ia membuka matanya anak panah itu sudah berhenti di depannya Valencia menepis anak panah itu yang jaraknya sudah mencapai setengah lengannya hampir saja menusuk wajahnya,anak panah itu jatuh di bawah kakinya Suara derap langkah kuda terdengar dari balik pepohonan Suara itu kian mendekat menampilkan seorang manusia yang menggunakan jubah hitam dengan sulaman emas di pinggirnya, rambut hitamnya tertiup angin, mata amber keemasan dengan pupil vertikal menyorot tajam seperti binantang buas yang ingin mengincar mangsanya. Pria itu berhenti di depan Valencia diikuti oleh dua orang di belakangnya yang sama menggunakan jubah hitam tapi lebih sederhana. Pria itu menatap Valencia menilai pihak lain, ia memperhatikan penampilan wanita yang di depannya baju hijau gradasi, kulit seputih salju dan mata yang senada dengan gaunnya tapi ada semburat biru pirus yang langka , pria itu menaikkan sebelah alisnya melihat tubuh dan rambut Valencia yang bercahaya di bawah sinar matahari yang merembes dari sela dedaunan. Tidak ada wanita di seluruh Alcøtra memiliki rambut platinum keemasan, kemudian pria itu melirik anak panahnya yang berada di bawah kaki wanita itu. Ia tersenyum manis ke arah Valencia, tapi di mata Valencia senyum itu adalah kamuflase. " Aku pikir aku akan mendapatkan seekor beruang tapi siapa yang menyangka ada seorang wanita di tengah hutan " senyum pria itu tampak main main Melihat wanita di depannya masih diam bahkan tidak memberi salam pria itu mulai mengerutkan alisnya sepertinya dugaannya benar wanita ini tidak berasal dari wilayahnya Apa dia mengira aku beruang? Valencia masih terdiam tidak ingin mengeluarkan suaranya. Ia menunduk melihat anak panah yang berada di bawah kakinya Jadi Dia berniat menjadikanku buruan? Pria itu melirik ke tangan wanita itu yang memegang busur panah " Kau juga berburu disini nona? " Valencia hanya mengangguk dengan sedikit kerutan di wajahnya ingin bertanya tapi suaranya tidak mau keluar, karena pihak lain berkata ia beruang tidak ada ketakutan dalam dirinya Suara peluit Terdengar meskipun samar itu masih sampai ke tempat mereka berada. Suara itu berasal dari arah yang di tunjukan Vionel tadi Pria di depannya melihat ke arah sumber suara itu, ketika suara peluit itu berhenti pria itu menoleh ke arah Valencia dan tersenyum lagi Menarik Pria itu langsung memacu kudanya diikuti oleh dua orang yang di belakangnya menuju arah peluit itu meninggalkan Valencia Setelah orang orang itu tidak terlihat lagi Valencia baru tersadar kenapa Vionel tidak kunjung datang. " Vion " teriak Valencia Tidak ada jawaban, wanita itu akhirnya memutuskan mencarinya " Vion...." Perasaannya mulai tidak enak Dari sudut matanya Valencia melihat bayangan hitam melesat jauh Wanita itu menarik busurnya melesatkan anak panah kearah bayangan itu yang seperti berlari Valencia berlari kearah yang berlawanan tanpa sengaja ia menabrak tubuh seseorang yang baru berbalik dari balik pohon besar " Aarggh.. " Valencia terjatuh " Valencia? " " Vion " dia meringis merasakan bahunya yang terasa nyeri " kau mengagetkanku " " Kenapa kau berlari? " Vionel mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Valencia untuk membantunya berdiri " Aku mencarimu, kau lama sekali " sambil menepuk debu di gaunnya " Kau mendapat buruan yang besar bagaimana aku tidak lama " Valencia melirik Seekor rusa besar yang tergeletak di atas tanah dengan sayatan di lehernya " Saatnya makan besar " senyum Valencia sangat menyilaukan hingga membuat Vionel tertawa Di dalam ruangan yang bernuansa hitam Sorazen duduk di kursi kebesarannya dengan berbagai kertas di atas mejanya piala kristal berada di tangannya dan sesekali meneguk isinya " Yang Mulia.. " seorang pria berjubah hitam masuk kedalam ruangan sambil membungkuk hormat dengan tangan kanan berada di d**a kirinya " Salam Paduka Yang Mulia.. " Sorazen hanya mengangguk singkat pria itu melirik lengan kanan seorang yang berdiri di depannya mengeluarkan darah " Ada apa dengan lenganmu? " " Seseorang memanahku Yang Mulia..." Ia menarik nafasnya dan kembali melanjutkan " Dia berada di hutan Ryön " " Jadi aku di tolak? " Pria itu menaikkan sebelah alisnya " Benar Yang Mulia " " Baiklah sepertinya aku akan memikirkan cara lain" pria itu mengusap dagunya "... Keluarlah obati lukamu Edwin " " Baik Yang Mulia " Edwin menunduk hormat sebelum berbalik meninggalkan ruangan itu *****†*****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD