15.

1075 Words
Keesokan harinya Valencia dibangunkan oleh belaian lembut di kepalanya, matanya mengerjap ketika merasakan cahaya matahari yang menyilaukan " Ayo bangun " bisik seseorang di telinganya membuat Valencia terperanjat ketika melihat sepasang manik mata hazel menatapnya " Astaga.. apa yang kau lakukan? " Pekik Valencia ketika melihat Vionel ternyata berada di sebelahnya " Membangunkan tuan putri yang tidak kunjung bangun " jawab pria itu sambil tersenyum " Apa ini sudah siang? " " Lihat saja sendiri " pria itu tersenyum dan langsung berdiri Valencia melihat ruangannya sudah sangat terang, ia yakin sekarang sudah siang hari. Kemarin mereka tiba tengah malam lebih dan karena kelelahan Valencia langsung merebahkan tubuhnya, tapi siapa yang tahu ternyata ia tidur seperti mayat dan bangun kesiangan " Ayo bangun, kita harus pergi " ucap Vionel menyadarkan wanita itu " Kemana? " " Rumah paman Braff " " Untuk apa? " Tanya Valencia yang masih duduk di tempat tidurnya " Ayolah cepat bersiap-siap " pria itu menarik tangan Valencia untuk berdiri Setelah makan dan membersihkan tubuhnya di air terjun sebelah rumahnya, Valencia dan Vionel akhirnya berangkat menuju gerbang ibu kota langsung agar perjalanan mereka lebih cepat. Vionel tidak memiliki banyak waktu hari ini, karena Valencia terlambat bangun ia mengalah dan memilih pergi siang hari, ia berharap agar urusannya cepat berakhir. Sebenarnya ia bisa saja tidak ikut campur lagi tapi masalah ini menyangkut apa yang dirinya tahu, demi menjaga wilayah ini aman pria itu mau tidak mau harus bertindak " Aku ingin bertanya " ucap Vionel yang langsung memelankan kudanya " Apa? " Valencia malas menoleh ke arah pria itu, ia benar-benar masih mengantuk " Jika aku pergi, kau akan memilih tinggal di hutan atau bersama paman Braff? " Vionel sebenarnya sangat meragukan hal ini, ia takut jika terjadi apa-apa pada Valencia saat ia akan pergi nanti. Pilihan ini sangat sulit membuatnya tidak tenang, jika ia membiarkan Valencia berada di tengah hutan sendirian ia sangat khawatir jika sesuatu terjadi nantinya tapi jika di pikirkan kembali rumahnya di tengah hutan utara tidak ada yang mengetahui dan sulit untuk pergi ke sana, tapi siapa yang mau mengambil resiko jika suatu saat nanti tiba-tiba ada yang menemukannya. Jika berada di kediamannya, rumah paman Braff itu akan membuatnya sedikit tenang karena Valencia tidak sendirian tapi jika pejabat istana tiba-tiba berkunjung dan menemukan Valencia itu juga bahaya. Vionel benar-benar frustasi sekarang " Kau berniat meninggalkanku? " Tanya Valencia dengan raut kecewa menoleh ke belakang melihat wajah Vionel " Tidak.. aku hanya akan pergi sebentar " jawab pria itu sambil mengusap rambut Valencia, ia jadi merasa tidak tega meninggalkan Valencia meskipun hanya sebentar " Lalu? Jadi kau mengajakku ke rumah paman Braff sebenarnya untuk menitipkan ku? " Awalnya Valencia mengira jika mereka akan pergi berlatih lagi sesuai dengan janji Vionel yang mengatakan akan menyuruh temannya latih tanding bersamanya, tapi sekarang apa? Aku di titipkan " Benar, aku harus memastikan kau tetap aman disana " " Mengapa kau tidak mengajakku saja untuk pergi bersama? " " Perjalanan ini berbahaya Valencia... Aku harus menyelidiki sesuatu ke kerajaan Vïrgan, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu nanti jika ikut bersamaku " " Jadi jika aku tinggal di rumah paman Braff aku akan selamat? " Tanya Valencia tidak habis pikir, apa bedanya dengan di hutan " Kau akan selamat, setidaknya kau tidak sendirian seperti di tengah hutan ada paman Braff yang akan menjagamu. Jadi aku mohon tetaplah disana " Setibanya di depan rumah Braff Valencia turun dari atas kuda di bantu Vionel, setelah menyepakati ucapan Vionel akhirnya Valencia menyetujui tinggal sementara di kediaman paman Braff meski sedikit merasa tidak senang harus berpisah dengan Vionel, bukan apa-apa hanya saja pria itu yang paling mengerti Valencia dan pria itu yang paling bisa ia percaya. Sebelum Vionel mengetuk pintu rumah itu seorang pria turun dari atas kuda menghampiri Vionel " Yang Mulia " Sapa pria itu Vionel membalikkan tubuhnya saat suara familiar menyapanya dengan sebutan itu Sedangkan Valencia mengerutkan keningnya berusaha menajamkan pendengarannya. Apa ia salah dengar? " Saya datang menyampaikan pesan Yang Mulia raja, beliau meminta agar Yang Mulia datang menemuinya secara pribadi " " Katakan aku menolak " ucap Vionel dengan cepat " Saya juga datang untuk ikut bersama anda Yang Mulia, ijinkan saya membantu " Pria itu adalah Zavier. Untuk Zavier yang merupakan komandan pasukan elite dan beberapa bawahannya yang juga pasukan elite kerajaan masih menganggap Vionel Dhaupin sebagai kepalanya yang merupakan pangeran kerajaan dan juga Archduke Varóus Tyndomére meskipun jabatan dan gelarnya di cabut oleh petinggi kerajaan dan beberapa orang tidak menganggap Vionel demikian karena kudeta yang terjadi tapi menurut pasukan elite kerajaan Vionel Dhaupin adalah pemegang segel resmi yang sah dan satu-satunya tuannya selain Raja " Baiklah, tunggu aku sebentar " ucap Vionel, pria itu memang berencana akan memanggil Zavier atau komandan pasukan elite İİ untuk mendampinginya tapi Zavier sudah menghampirinya lebih dulu Ketika pintu itu terbuka paman Braff langsung menyuruh mereka masuk, pria paruh baya itu sangat senang ketika melihat Vionel dan Valencia datang lagi mengunjunginya " Paman aku menitipkan Valencia kepadamu, biarkan dia tinggal sementara disini. Aku harus pergi " " Baik tuan muda, aku akan menjaganya sampai tuan muda datang " " Terimakasih paman " kini Vionel mengalihkan pandangannya ke arah Valencia yang menatapnya dengan keraguan " Jaga dirimu, jangan membuat kekacauan " pria itu mengusap lembut kepala Valencia Valencia merasa pria di depannya penuh misteri yang menyimpan banyak rahasia, tapi bagaimanapun juga pria itu bersikap tulus kepadanya membuat Valencia tidak ingin berpisah dengannya " Kembalilah, aku menunggumu disini " ucap Valencia, ia tidak tahu urusan apa yang sedang pria ini jalani dan bahaya apa yang menantinya. Valencia menarik tangan pria itu dan menggenggamnya ia tidak tahu ini akan berhasil atau tidak, ini pertama kali untuknya melakukan hal ini. Valencia membaca mantra di dalam hatinya dan memejamkan matanya mengingat mimpi yang disampaikan seseorang tentang mantra ini. Seolah ada sesuatu yang mengalir dari tangannya menuju tangan Vionel, rasa dingin menyapu telapak tangan Vionel membuat pria itu menatap mata Valencia yang baru saja terbuka, mata hijau itu menatapnya, semburat biru pirus yang menghiasi mata Valencia seolah bercahaya membuat Vionel terpaku ini pertama kalinya ia melihat mata Valencia berubah. Valencia tersenyum kearah Vionel, ia berhasil menanamkan sihir pelindung pada pria itu, ia tidak menyangka dirinya benar-benar penyihir saat ini " Kembalilah " ucapnya lagi Vionel mengangguk " Aku pergi " pamitnya kepada Valencia dan paman Braff " Hati-hati tuan muda " ucap Braff sambil melambaikan tangannya Sedangkan Zavier yang berdiri di depan pintu rumah tidak bisa tidak menatap Valencia dengan takjub *****†*****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD