30.

1411 Words
Di ruangan pertemuan istana yang bernuansa putih dan emas, Sorazen duduk di kursi kebesarannya dengan di dampingi oleh Edwin yang berdiri di sebelahnya. Sedangkan Vionel di beri hak istimewa duduk berdampingan dengan Perdana Menteri Wilton. Semua orang yang berada disana di buat tidak mengerti dengan keadaan saat ini, bagaimana bisa Vionel Dhaupin memasuki ruang tahta Sorazen menatap wajah-wajah pejabat istana yang seperti menahan sembelit, pria itu tersenyum merasa suasana hatinya sangat baik " Aku ingin bertanya " Sorazen sengaja menjedanya, tentu tidak ada yang akan berani menyela " Apa di antara kalian ada yang tahu siapa pemilik segel resmi militer kerajaan? " Semua orang saling pandang, kecuali Perdana Menteri Wilton yang hanya tersenyum " Tentu saja Archduke Verozen Yang Mulia " jawab Albertus yang berani mengutarakan pendapatnya pertama " Kau benar " Sorazen menarik sudut bibirnya membuat orang lain yang berada disana tidak mengerti apa tujuan pembicaraan yang tiba-tiba ini " Apa kalian tahu siapa yang membawa segel itu sekarang? " Semua orang kembali saling pandang mengisyaratkan satu sama lain. Sedangkan mata Sorazen beralih menatap Duke Geoffrey yang hari ini muncul di istana " Bukankah anda yang membawanya Yang Mulia? " Tanya Dimitri ragu Tentu saja itu memancing Duke Geoffrey karena pria itu sebenarnya yang seharusnya juga mewarisi segel itu karena berhasil mengambil alih kastil Varóus " Aku? " Tanya Sorazen dengan sedikit nada main-main " Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya" Tidak ada yang berani menjawab saat melihat taring Sorazen mencuat " Tidakkah kalian dapat menebaknya? " Tanya Sorazen lagi Semua mata memandang ke arah Vionel yang duduk sambil memejamkan matanya seolah tidak peduli pada orang di ruangan ini. Ada enam pejabat istana yang hadir hari ini, beberapa orang tampak berpikir, apa ini ada hubungannya dengan kedatangan Vionel Dhaupin? Bukankah mereka berkumpul karena sepakat akan membahas kejadian tempo lalu dan perang yang kemarin di lakukan rajanya hingga meninggalkan istana Sorazen tersenyum licik ketika berhasil membuat wajah pejabatnya terpelintir karena berpikir " Kami tidak tahu Yang Mulia, seingat kami raja Senozen sempat membawanya " jawab Count Hasberg, pria itu melirik Perdana Menteri yang diam sedari tadi " Sayang sekali, yang membawanya adalah pewaris sah Archduke Verozen " Semua mata memandang Rajanya tidak percaya, pewaris sah Archduke Verozen itu berarti putranya sendiri, dan siapa putranya? Vionel Dhaupin! Jadi selama ini mereka tersesat mengira segel itu berada di tangan Rajanya dan memberi hak kuasanya kepada Edwin. Siapa yang menyangka ternyata Vionel Dhaupin yang benar-benar membawanya. Bukankah itu berarti kehormatannya kembali? Duke Geoffrey memandang kearah Vionel yang masih memejamkan matanya sama sekali tidak terganggu dengan ucapan Sorazen, ada tatapan rumit di matanya saat memandang Vionel yang kini datang memasuki ruang tahta. Apalagi dengan pernyataan yang di lontarkan Sorazen, perasaannya mendadak tidak enak " Jadi aku mengumumkan kepada kalian semua, mulai hari ini Vionel Dhaupin akan tinggal di istana bersamaku. Ini bukan lagi masa pemerintahan ayahku, kalian tahu bukan apa arti dari segel itu? " Semua orang mengangguk patuh menjawab pertanyaan Sorazen, tentu saja mereka tahu arti segel itu, kekuasaan sebagai pemimpin militer tertinggi, bukan hanya sebatas segel melainkan orang yang membawanya adalah pewaris sah keturunan langsung pemilik segel itu sendiri, tidak ada yang bisa membantahnya. Itu sudah tertulis di arsip kerajaan " Vionel Dhaupin kembali mendapatkan kehormatannya sebagai Archduke yang mewarisi gelar dan jabatan ayahnya " Mendengar itu Vionel langsung membuka matanya, ia sedikit tidak percaya dengan aksi sepupunya itu yang membuatnya terkejut Sorazen beralih menatap Perdana Menteri Wilton, pria itu langsung mengangguk dan memanggil salah satu bawahannya yang bertugas menulis semua arsip kerajaan. Setelah menyelesaikan itu Sorazen langsung membubuhkan segel resminya di atas perkamen itu Vionel menyadari semua tatapan orang-orang yang berada di ruangan itu tertuju padanya " Jika ini yang ingin kalian dengar dan lihat, aku akan mengatakannya dengan jujur " pria itu menarik lencananya yang ia sematkan di dalam baju formalnya yang menunjukkan identitas aslinya, kemudian mengeluarkan segel resmi bergambar naga dengan pedang kembar yang tersilang dari saku bajunya " Aku tidak berminat merebut kembali kastil Varóus " tekan Vionel dengan tegas tetapi matanya terarah pada Duke Geoffrey ***** Saat langit berubah menjadi gelap, Valencia masih pada posisinya yang duduk sambil memeluk kakinya di atas ranjang kebesarannya, ia sama sekali tidak beranjak dari tempat tidurnya sejak tadi siang, meskipun pintu itu tidak terkunci lagi tapi ia merasa lebih baik berada di kamarnya dari pada keluar karena tidak ada tujuan dan tidak tahu keberadaan Vionel. Suara dentingan kaca jendela yang terdengar seperti sesuatu yang baru saja di lemparkan mengalihkan pandangan Valencia, wanita itu beranjak dari posisinya menuju jendela. Suara dentingan itu kembali terdengar, kali ini Valencia melihat buah kecil berwarna hijau baru saja di lemparkan ke arah kaca jendelanya. Valencia buru-buru membuka kaca jendelanya dan melihat ke bawah, seorang pria berdiri di bawah sana sambil tersenyum kearah Valencia menampilkan lesung pipinya " Vion " suara Valencia terdengar gembira ketika melihat siapa yang berada di bawah sana " Bagaimana kau bisa berada disini? " " Mau turun? " Tanya Vionel dengan suara rendah yang masih bisa di dengar Valencia Valencia mengangguk antusias, tapi ia memikirkan sesuatu. Jika ia keluar melalui pintu itu akan sedikit mengambil perhatian. Tapi jika ia melompat dari jendela, Valencia melihat sekali lagi ke bawah, ini adalah lantai dua sebuah istana yang tingginya kira-kira 12 meter " Gunakan angin untuk membantumu turun, aku akan menangkapmu disini " Valencia tersenyum sumringah, kenapa dirinya mendadak jadi bodoh saat ini, ia lupa bisa mengendalikan angin Valencia berbalik mencari sesuatu yang bisa ia jadikan tumpuan untuk naik ke atas jendela, setelah ia berhasil menemukan kursi, dirinya langsung menaikan kedua kakinya, memanggil angin dan menyerapnya untuk meringankan berat tubuhnya saat melompat. Ketika ia merasakan angin mengelilingi tubuhnya, Valencia langsung melompat, tidak ada ketakutan dalam dirinya. Melihat Valencia sudah melayang, Vionel buru-buru memposisikan dirinya untuk menangkap Valencia. " Sebenarnya kau tidak perlu menangkapku, aku bisa menjejakkan kaki ku dengan selamat " ucap Valencia yang kini berada di gendongan Vionel Vionel tertawa, tentu ia tahu itu " Aku tahu, tapi lebih baik memastikan kau selamat di pelukanku " pria itu langsung menurunkan Valencia yang tidak terasa berat sama sekali " Kau akan mengajakku kabur? " Tanya Valencia dengan wajah polosnya " Sepertinya " Vionel tersenyum, ia meraih tangan Valencia dan menggenggamnya, mengajaknya menuju taman di belakang istana " Indah sekali " ucap Valencia ketika melihat taman yang di tumbuhi berbagai macam bunga yang di terangi oleh lampu taman, terdapat danau kecil yang di kelilingi bunga berwarna putih yang memantulkan cahaya lampu seolah bunga itu sedang bersinar. " Kau tidak kedinginan? " Tanya Vionel kepada Valencia yang melihat wanita itu menggunakan gaun dengan potongan rendah Valencia mengalihkan pandangannya ke arah Vionel " Sedikit " ia baru menyadari dirinya tidak menggunakan mantel saat melompat tadi, udara musim gugur terasa menusuk tulang Vionel membuka jubahnya, memakaikannya pada tubuh Valencia " Kau tidak mengatakannya kepadaku " ucap Valencia ketika wajah Vionel menunduk ke arahnya " Mengatakan apa? " " Kau memiliki hubungan dengan raja dan seorang bangsawan tinggi " Vionel tersenyum ia mengajak Valencia berjalan mendekati danau " Ayahku adalah saudara kembar raja Tyndomére II, ia meninggal enam tahun lalu saat perjalanan menuju kerajaan Vïrgan. Kau ingat bukan hal yang pernah aku ceritakan saat di hutan kenapa kastil selatan tidak di pimpin oleh putranya? " Valencia mengangguk, ia juga mendengar penjelasan dari paman Braff saat itu " Ibuku adalah seorang pelayan istana yang mendapat gelar kehormatan menjadi Archduchess wilayah selatan, tapi itu berakhir saat ayahku meninggal " Vionel terdiam sebentar " Ibuku meninggal dua tahun lalu, ia diracuni " " Siapa yang berani meracuni ibumu?" " Ratu Ravena, ibu dari raja Sorazen " " Apa? " Valencia terkejut ketika mengetahui jika ibu Sorazen tega melakukan itu Vionel tersenyum melihat reaksi Valencia " Tidak lama, ratu Ravena juga meninggal di tangan putranya sendiri " Apa? Itu bahkan lebih mengejutkan lagi. Sorazen bahkan berani membunuh ibunya sendiri Vionel teringat akan kejadian itu dimana saat Sorazen mengetahui Archduchess Guéniverra di racuni oleh ibunya sendiri. Awalnya Sorazen berpura-pura tidak tahu tapi ketika dirinya melihat sepupunya berubah dingin dan tidak pernah tersenyum ia merasa terganggu, tidak lama Sorazen mengetahui perselingkuhan ibunya dan mengetahui fakta jika ayahnya juga di racuni oleh ibunya sendiri, tidak hanya itu bahkan ratu Ravena membantu kudeta yang di lakukan keluarga Tórez. Sorazen benar-benar murka saat itu dan memilih membunuh ibunya sendiri " Kenapa ia begitu jahat? " ucap Valencia setelah mendengar cerita Vionel " Tidak ada yang jahat " jawab Vionel sambil tersenyum, ia merapatkan tubuhnya dengan Valencia Valencia mendongak melihat mata Vionel saat merasakan tangan pria itu meraih pinggangnya. *****†*****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD