Rumah
15.35 wib
Rania meletakkan kepalanya ke atas meja makan. Pusing. Itu yang ia rasakan.
"Nih" ucap Aldo sambil memberikan semangkuk bubur
Krik krik..
Aldo mengerutkan keningnya sambil menatap Rania dengan jelas. Yailah pake tidur segala nih anak - batin Aldo. Cowok itu lalu menghela nafasnya. “Ini yang ga akan nyusahin?”
"Ran bangun" ucap Aldo datar
Tak ada jawaban.
"Astagfirullah.." gumam Aldo mulai kesal. Aldo menggoyangkan tubuh Rania, "Bangun. Lo harus makan, abis itu minum obat"
"Ehm.." gumam Rania sambil menggeliat
"Astagaaaa.. bangun Ran" ucap Aldo sambil menarik lengan Rania lembut
Rania menarik kembali lengannya, "apaan sih?!"
"Bangun" ucap Aldo, "Ish! Gamau ah! Pala gue pusing" ucap Rania
"Ya makanya, siapa suruh ga makan. Sekarang baru ngeluh sakit?" ucap Aldo
Krik krik..
Aldo mendengus. "Rania!”
Krik krik..
"Astaga," ucap Aldo sambil mendengus kesal
Aldo menarik lengan Rania dengan kuat tanpa Rania lawan sama sekali. Sehingga membuat dirinya terduduk dikursi yang berada dihadapan Rania tadi, dan membuat Rania terduduk dipangkuannya serta kepala Rania tersandar didada bidangnya.
Aldo melotot kaget.
"Gue.. pusing Do" ucap Rania dengan keadaan lemas dan mata yang tertutup rapat.
Aldo terdiam sambil meneguk salivanya. “Ra-nia?”
Rania mulai terlelap di d**a Aldo, membuat Aldo sesekali menahan helaan nafasnya agar tak mengganggu tidur Rania. Cowok itu menatap wajah Rania dengan dengan perasaan cukup bersalah. Aldo meneguk salivanya.
Gleg..
“Maafin gue, Ran.” ucap Aldo dengan pelan. “Maaf, selama ini gue ga pernah ngebelain dan ngelindungin lo. Gue juga ga bisa bantu lo nyelesein masalah lo. Gue ga pernah berguna sebagai suami lo.”
“Engh..,” gumam Rania sambil menggeliat ditengah tidurnya, membuat Aldo langsung memeluk tubuhnya dengan erat agar tak terjatuh.
Ruang TV
19.32 wib.
"Apaan sih" ucap Rania jengkel
"Makan gak" ucap Aldo
"Gak!”
"Mau lo apa, sih, Ran?"
"Gue mau nonton, minggir lu!”
"Yaudah nanti gue temenin nonton.”
"Yee, siapa yang ngajakin elu." ketus Rania.
Aldo menghela nafas jengah. Sungguh, pekerjaan macam apa yang sudah ia lakukan selama ia menikah dengan Rania? Pekerjaan suami? Ah, tidak. Sangat berbeda. Huft.. andai saja bunda nya mengerti bahwa ia sudah tidak mampu lagi berhadapan dengan Jin berwujud manusia ini. Demi apapun, kalau saja diberi satu permintaan, Aldo akan meminta untuk tidak dipertemukan dengan Rania. Sungguh.
Drrttt..
Vanya is calling...
Aldo langsung berjalan menjauhi Rania untuk mengangkat teleponnya.
Halo Do
Iya
Lo tadi pas pulang sekolah
kemana? Kok gak ke ruang
Osis?
Gue ada urusan
Urusan apa?
...
Eh sorry Do, bukan maksud
buat ikut campur urusan lo.
Tapi.. ya tadi anak-anak pada-
Lo ga perlu tau urusan gue.
Tut Tut Tut
Aldo langsung memutuskan sambungan teleponnya. Baginya Vanya terlalu ikut campur dengan urusannya. Selama ini tidak pernah ada anggota Osis yang sesibuk itu pada urusannya. Walaupun ada, tapi hanya anggota yang sudah kenal lama dengannya.
Aldo kembali duduk disebelah Rania, disambut dengan lirikan tajam dari Rania. Ni anak abis nelpon nyokap apa gimana? - batin Rania mulai suudzon.
"Woi" panggil Rania
"Hm."
Eh tapi masa dia ngomong kaya gitu ke nyokap? - batin Rania
"Ga ja-"
Eh siapa tau gue salah dengerkan?
"Lo tadi-" Rania kembali menghentikan ucapannya.
Aldo melirik ke arah Rania dengan heran.
Eh jangan-jangan dia nelpon temen bangsatnya - batin Rania
"Gue mau-"
Akhh!! sabodolah - batin Rania
"Lo dari tadi mau ngomong apa, sih, Ran?”
"Gajadi" ucap Rania "eh tapi.. ah gajadi deh"
"Lo selain demam, juda ada gangguan otak dikit, ya?”
Rania melotot. "Sembarangan lu, ya," ucap Rania sambil melemparkan bantal sofa ke arah Aldo.
Aldo mengelak lalu menyeringai, berhasil menghindar dari bantal yang dilempar oleh Rania.
Rania menghela nafasnya dengan kasar karena lemparannya tidak tidak mengenai Aldo. “ish,” gumamnya.
Minggu
Rumah Aldo
Rania membuntuti Aldo dengan tatapan malasnya. Haruskah ia ikut ke sini? What the?! Plis deh, kemarin Rania mimpi dinner sama Johnny Orlando bukan mimpi buruk kok. Kenapa kenyataan sepahit ini?!
"Eh den Aldo, non Rania" ucap bik Sri, asisten rumah tangga bunda Aldo
"Iya bik, bunda mana?" tanya Aldo
"Nyonya didapur den" ucap bik Sri
Aldo langsung berjalan menuju dapur dengan Rania dibelakangnya.
"Do" ucap Rania
Tak ada jawaban.
"Aldo woii!" ucap Rania
"Hmm" gumam Aldo
"Lo ngapain bawa gue ke sini sih?!" ucap Rania kesal
Tak ada jawaban.
"Aldo wo--" ucapan Rania terpotong
"Eh Aldo, Rania. Udah sampe" ucap bunda Aldo tersenyum
"Iya bun" ucap Aldo "kak Alia udah sampe?" tanya Aldo
"Udah. Dia diatas, bawa Rania gih" ucap bunda Aldo
Wait, gue diusir nih ceritanya? -batin Rania
"Lo mau ikut?" tanya Aldo seperti tak berniat
"Serah" ucap Rania
Awas aja nih orang bedua ye, satu ngusir satu ga niat. Shombhooonngggg amat -batin Rania
Kamar
Aldo dan Rania berjalan memasuki kamar Alia.
"Woi" sapa Aldo kepada kakaknya
Alia menoleh, "wait? Adek gue nih?" ucapnya dengan senyuman yang merekah
"Rentenir" ucap Aldo asal
"Whoaaa!! I miss you so much!!" ucapnya sambil memeluk Aldo
Yailah, lebay amat dah - batin Rania
"Udah kali" ucap Aldo
"Hehee iyaa" kekeh Alia sambil melepaskan pelukannya "wait, who is she?" tanya Alia kepada Aldo
"Istri gue" jawab Aldo
"WHAT?!!" pekik Alia
Dapur
"Bun? No one told me about this" ucap Alia protes
"Ya kalo kamu tau juga buat apa Alia?" ucap bunda
"Buunn. Ya seenggaknya kan Alia udah tau kalo Aldo udah nikah. Mana Alia bilang mau jodohin Aldo sama adik temen Alia di Amrik lagi" ucap Alia putus asa
Rania menatap malas kedua orang dihadapannya ini. Yailah ngapain pada bahas ini bangke. Mana gue mau sama adeklu.
"Lagiankan harusnya bunda minta persetujuan Alia juga sebagai kakak Aldo" ucap Alia masih tak terima "harusnya bunda nanya yang kek gimana karakter cewek yang pas buat Aldo. Kan Alia tau. Masa, duhh" ucap Alia menghentikan ucapannya dikarenakan bunda memelototinya
Dikira gue ngebet sama adeklu?!