8

3038 Words
Kamis 05.12 wib "Ran, bangun" ucap Aldo membangunkan queen of kebo sambil menggoyangkan tubuh Rania a.k.a queen of kebo. Iyee tau udeh. "Ih apaan sih!" ucap Rania kesal. Yah you knowlah, hari ini dia diskors. Ngapain harus bangun pagi coba? "Bangun" ucap Aldo singkat "Ya ngapain? Hari ini juga gue ga sekolah" ucap Rania jengkel dan kembali memeluk gulingnya "Kemaren mama nyuruh gue buat ngajarinlo bangun pagi" ucap Aldo datar "Yeudeh gue udeh bangun ini" ucap Rania sambil duduk tanpa membuka matanya sedikitpun "Enggak, lo gak bangun" ucap Aldo datar "Gue udah bangun. Emang mo ngapain lagi? Mandi gitu" ucap Rania malas "Iya mandi sana. Terus siapin dasi gue. Gue mau makan" ucap Aldo dan langsung keluar dari kamar mereka sebelum Rania sempat protes "Tobaattt!!" teriak Rania dan kembali tidur 05.26 wib "Woii bangun Ran. Ngapain tidur lagi" ucap Aldo heran "Gue ngantuk g****k" ucap Rania semakin mempererat pelukan pada gulingnya "Makanya mandi biar ga ngantuk lagi" ucap Aldo "Males ah. Emang mo ngapain coba" ucap Rania jengkel "Gue bilangin mama ya" ucap Aldo Tak ada jawaban. Tuuut... Tuuut... Rania reflek bangun dan mengambil handphone yang ada ditangan Aldo. "Lo jangan macem-macem ya" ancam Rania "Apaan sih. Siniin hp gue" ucap Aldo datar "Lo mau nelpon mama kan" ucap Rania dengan tatapan tajam "Yee PD amatlu. Noh liat, gue mau nelpon Erlan" ucap Aldo Rania mengerutkan alisnya. "Ahkk!!" kesalnya saat ia melemparkan handphone Aldo ke kasur setelah melihat layar handphone Aldo yang menampilkan nama Erlan "Kenapa?" tanya Aldo "Gak" jawab Rania dan kembali menghempaskan tubuhnya diatas kasur dengan posisi telungkup "Lo kenapa?" tanya Aldo Tak ada jawaban. "Ran" panggil Aldo Tak adak jawaban. "Rania" panggil Aldo "Apaan sih" ucap Rania jengkel "Hp gue" ucap Aldo "Gak" ucap Rania acuh "Lah itukan hp gue" ucap Aldo "Enggak. Kalo gue kasih lo pasti bakalan telpon mama" ucap Rania sambil menggenggam erat handphone Aldo "Ya serah gue lah. Itu juga hp gue, gue mau nelpon siapa itu hak gue" ucap Aldo datar Rania menoleh, "masalahnya lo mau nelpon mama gue karna lo mau ngelaporin gue. Iyakan" ucap Rania jengkel dan kembali menelungkupkan wajahnya "Ya enggak bakalan gue bilangin juga. Udah mana hp gue" ucap Aldo datar "Ya emang buat apaan?" tanya Rania datar "Ya gue mau ke sekolah, siniin hp gue" ucap Aldo "Gak" ucap Rania singkat "Lah kenapa lagi?" tanya Aldo jengkel "Yaudah gausah bawa hp napa sih" ucap Rania jengkel "Emang kenapa?" tanya Aldo jengkel "Yeudeh ga perlu gitu bawa hp ke sekolah. Lu kenapa sih" ucap Rania jengkel "Ast.. sekarang pertanyaannya bukan gue. Tapi lo yang kenapa Rania" ucap Aldo heran "Gue ga kenapa-napa. Elo yang aneh udah deh sana" ucap Rania jengkel "Lo-- astaga. Okee" ucap Aldo frustasi dan langsung berlalu keluar kamar, meninggalkan Rania sendiri 14.51 wib Cafe "Jadi lo akhir-akhir ini sering bermasalah disekolah?" tanya Devan serius "Dari dulu kali" ucap Rania "Ya bukan. Maksud gue sama anak Osis" ucap Devan "Hm" gumam Rania menandakan omongan Devan itu benar adanya "Terus lo dibully satu sekolah?" tanya Devan "Ya gitu" ucap Rania datar "Tapi gapapa kok. Mereka juga pada bully gue lewat omongan doang" lanjut Rania dan langsung menyeruput cappuccino nya "Terus kejadian ditoilet? Omongan doang?" ucap Devan sambil menaikkan sebelah alisnya "Y-yaa itu beda sih" ucap Rania "Beda gimana? Gue mau lo ngomong jujur Ran" ucap Devan memandang wajah Rania "Yaudahlah Van. Males gue bahasnya" ucap Rania malas "Tapikan lo--" ucapan Devan terpotong "Please deh Van. Lagian udah lama kita ga ketemu, terus sekarang pas lo balik masa kita bahas hal ga guna kek gitu. Tau ga? Gue kangen banget samalo. Masa pas lo balik lo langsung introgasi gue kek gini" ucap Rania mengalihkan pembicaraan "aaakh" keluh Rania saat Devan tiba-tiba menarik hidungnya. "Lo ya. Pinter banget cari alasan" ucap Devan geram "Ih lepasin b**o. Sakit woii" ucap Rania kesal dan berusaha melepaskan tangan Devan dari hidung mancungnya "Gak ah. Kan gue juga kangen samalo" ucap Devan dengan senyuman yang membuat Rania ingin sekali menerkam wajahnya saat itu juga. Menyebalkan. "Eh tapi ga narik idung gue juga g****k. Gabisa napas hmm!!" ucap Rania kesal Devan langsung melepaskan tarikan pada hidung Rania. "Enakkan. Makanya jangan suka boong sama gue" ucap Devan dengan senyuman manisnya. Beda dari yang tadi. "Enak aja. Gue ga boong juga" ucap Rania jengkel "Eh itu Rania kan? Sama Devan lagi. Emang dasar caper" cicit seorang siswi didalam kafe itu yang masih bisa didengar oleh Devan dan Rania "Queen of caper" ucap temannya "Nah bener. Liat aja saking capernya sampe diskors sama pak Abi" lanjut siswi lainnya "Kurang ajar tuh anak" ucap Devan emosi "Udah Van biarin. Namanya juga netizen" ucap Rania dengan senyuman 'bodo amat' nya "Tolong ya, mulut lu pada dijaga" ucap Devan memperingati siswi-siswi tadi Siswi-siswi yang ditegur langsung terdiam dengan tatapan kesalnya. Sedikit pemberitahuan bahwa kafe ini memang salah satu kafe favorit di kota tempat Rania tinggal. Jadi tak jarang banyak siswa-siswi yang berminat datang ke kafe ini. Termasuk murid SMA tempat dimana Rania bersekolah. "Udah biarin napa Van. Biar ntar gue tenar hehee" ucap Rania dengan kekehannya "Idiihh ngimpi" cibir Devan "Yee doain napa. Ga seneng banget liat gue bahagia ih" ucap Rania malas "Ya bukan. Takutnya ntar pas lo terkenal, selera lo bukan gue lagi" ucap Devan malas "Yee dikira sekarang selera gue elo? Dih ngimpi" ejek Rania "Sombong ya lu. Terus selera lo siape?" ucap Devan jengkel "Yee kek gatau ajalu. Kan gue udah sama Johnny" ucap Rania dengan senyum songongnya "aakh Devan!" pekik Rania saat Devan tiba-tiba mencubit kedua pipinya yang berisi "Songong ya lu. Nih rasain hahaa" ucap Devan dengan tawa kemenangannya "Devaaan" pekik Rania kesal sambil mencubit kedua lengan Devan "Ga mempan wlee" ejek Devan "Nih yaaa" ucap Rania dan semakin mengeraskan cubitannya "A-akhh" refleks Devan sedikit terpekik saat Rania mengeraskan cubitan pada lengannya "Rasainlu. Lagian sakit b**o pipi gue" ucap Rania sambil menepuk-nepuk kedua pipinya "Eh eh ketos woii" cicit seorang siswi histeris kepada teman-temannya "Anjiirrr keringetan aja masih cakep" ucap temannya "Ya Allah, masa depan gue coii" lanjut siswi lainnya "Yee ngimpi" cibir temannya Rania dan Devan melihat ke arah orang yang dimaksud. Halah dia lagi - batin Rania "Duduk disono aje woi" ucap Dion -siapa lagi kalau bukan sahabatnya Aldo- menunjuk ke arah meja yang berada tidak jauh dari tempat Rania dan Devan duduk "Hm" gumam Aldo sambil mengelap keringat yang bercucuran dipelipisnya Mereka berlima -Aldo, Dion, Erlan, dan dua temannya yang tergabung dalam satu tim basket Aldo, Rangga dan Vino- berjalan menuju meja yang dipilih oleh Dion. "Pengen gibah gue jadinya" ucap Rania malas "Udah gausah diliat, enek juga" ucap Devan "Yailah bang, sini gue lap in keringetnya bang" ucap salah satu siswi "Gilak, penampilannye bikin mata gue nafsu" ucap temannya Bagaimana tidak. Penampilan Aldo dengan kaus hitam yang dibalut dengan baju basket dan rambut acak-acak an tentu saja menarik perhatian serta membuat nafsu kaum hawa naik. Ehee> "Eh lo denger gak? Gilak jijik gue. Yang begituan nafsu, keknya nafsunye katarak" bisik Rania kepada Devan dengan kekehan 'enek' nya "Bukan nafsunye yang katarak, tapi orangnye" bisik Devan balik dengan kekehannya "Hmpfftt--" gumam Rania menahan tawanya yang ingin pecah "Eh haii Ran" sapa seseorang kepada Rania Rania dan Devan menoleh. "E-eh? Oh hai" sapa Rania balik "Siapa Ran?" bisik Devan datar "Oh ini. Kenalin Van, dia Bintang" ucap Rania memperkenalkan Bintang kepada Devan "Gue Bintang" ucap Bintang sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat "Gue Devan" balas Devan dan berjabat sekilas "Duduk coi" ucap Rania mempersilahkan Bintang duduk "Gue duduk disebelah lu boleh?" tanya Bintang kepada Rania "Oh bo--" ucapan Rania terpotong "Yaudah duduk deket gue aja. Cewek sama cowok ga boleh deketan duduknya" ucap Devan dengan nada jengkelnya Rania menatap Devan heran. "Tumben" ucap Rania "Shut.. ini juga demi kebaikanlo" ucap Devan Rania memutar kedua bola matanya. Hingga... Deg Tak sengaja ia bertatapan dengan kedua bola mata yang sedari 9 detik tadi menatapnya -sedari Bintang datang. Aldo. Lelaki yang menatap Rania. Ia baru sadar bahwa Rania juga berada di kafe itu. "Woii" tegur Bintang dan Devan secara bersamaan "Eh?" ucap Rania saat ia baru saja sadar dari tatapannya "Lo ngeliatin apaan sih" ucap Devan "Lo kesambet ya" ucap Bintang terkekeh "Eh enggak kok" jawab Rania spontan "Lo ngomong apaan sih" ucap Devan sinis kepada Bintang "Ah enggak kok Van. Becanda doang" ucap Bintang diakhiri kekehannya "Ga lucu becanda kek gitu" ucap Devan "Devan lo kenapa sih?" tanya Rania heran Bagaimana tidak? Sedari tadi Devan terlihat sangat tidak welcome kepada Bintang. Atau karena ia.. cemburu? "Yakan emang ga lucu. Mana ada setan kesambet" ucap Devan menahan tawanya "Ih! Nyebelin lo ya!" ucap Rania kesal sambil memukul lengan Devan yang sedari tadi diatas meja Bintang hanya tertawa melihat kedua sejoli itu. Memang sempat ia berfikir Devan benci terhadapnya. Memang. "Woii!!" sapa dua orang yang baru saja tiba "Eh?" kaget Rania "akhh!" pekiknya saat cappuccino nya tersenggol olehnya dan tumpah mengenai bajunya. Habis basah. Aldo melotot. "Rania!" pekik Devan dan Bintang secara bersamaan. Seisi kafe kaget dan langsung melihat ke arah mereka berlima "Eh Ran, sorry sorry" ucap Heri dan Gilang merasa bersalah "Ran lo gapapa? Itu panas loh. Ayo gue bantuin bersihin" ucap Bintang panik "Enggak. Gapapa kok, dikit doang ini" ucap Rania mengelap cappuccino yang tumpah ke pakaiannya "Gara-gara lu bedua Lang, Her. Itu kan panas g****k" ucap Devan kesal "Sorry Ran, sumpah ga maksud tadi" ucap Gilang dan Heri masih merasa bersalah "Udah gapapa kok. Santai aja, ini dikit doang juga. Gue ke toilet dulu" ucap Rania "Mau gue temenin gak?" tawar Devan "Gausah Van, ntar dikira ngapain coba" tolak Rania "Yee Van, mentang-mentang panik gausah modus jugaa" cibir Heri "Enak aja" ucap Devan tak terima "Rasain noh cewek caper" cicit seorang siswi "Enak ga tuh kesirem aer panas" sahut temannya "Noh rasain tuh cewek" ucap Dion dengan senyum liciknya "Eh gausah kek gitu juga Yon, lo mau karma?" ucap Rangga "Amit-amit. Die yang kena karma" ucap Dion "Eh by the way, si Aldo mana?" tanya Vino "Gatau" jawab Rangga "Paling nyuci muka dia" jawab Erlan dan menyeruput cappuccino nya Toilet Sriiittt -keran "Panas?" tanya seseorang kepada Rania "Lumayan" jawab Rania tanpa mengalihkan pandangannya dari pakaian yang sedang ia bersihkan Orang itu pergi entah kemana. Setelah membersihkan pakaiannya, Rania sedikit membuka bagian bawah bajunya. Ia menatap pantulan dirinya dicermin "Ah elah pake acara merah segala" gumam Rania saat melihat bagian perutnya yang merah karena tumpahan air panas tadi -cappuccino maksudnya "Nih" ucap orang tadi yang entah dari mana Rania menoleh, ia melotot. "Elo?" ucap Rania mengerutkan alisnya Aldo. Orang yang ada didekat Rania saat ini. "Nih pake biar ga merah" ucap Aldo sekali lagi sambil memberikan pasta gigi kepada Rania Refleks, Rania menurunkan bajunya untuk menutup perutnya. Ia langsung mengambil pasta gigi tsb. "Yaudah sana lo keluar" usirnya "Hp gue mana?" tanya Aldo to the point "Ya dirumahlah. Yakali gue bawa" ucap Rania "Yaudah kalo gitu mending gue bawa tadi" ucap Aldo datar "Yaudah bawa aja" ucap Rania "Iyain" ucap Aldo dan langsung berjalan keluar dari toilet "By the way thanks" ucap Rania "Hm" gumam Aldo tanda meng-iya-kan 5 menit kemudian... Rania keluar dari toilet dan langsung berjalan menuju meja yang tadi ia tempati bersama sahabat-sahabatnya. "Gimana Ran?" tanya Devan, Bintang, Gilang, dan Heri secara bersamaan saat Rania baru saja terlihat "Apaan? Dikira gue abis donor jantung apa ditanyain gimana-gimana" ucap Rania malas "Ya nggak gitu juga g****k" ucap Devan malas "Tau gak Ran, dari tadi tuh Devan khawatir banget samalo" ucap Heri mengejek "Yaiyalah. Namanya juga.. gebetan gue" ucap Devan sambil sekilas melirik Bintang yang ada disampingnya Rania melotot. "Plis deh Van, gausah ngarep teletabis tayang ditipi lagi" ucap Gilang secara halus "Lah urusannya sama gue apa?" ucap Devan heran "Yailah, gini nih contoh cowok ga pekaan. Maksud si Bolang tuh--" ucapan Heri terpotong "Jangan ngarepkan" tebak Bintang tiba-tiba "Dinding gue bahan kaktus, seratus. Hahahah" ucap Gilang diakhiri tawa renyahnya "Bapak gue kaya raya, hiya hiya hiya. Hahahah" ejek Heri Rania, Bintang, Heri, dan Gilang tertawa. "Bapak gue tajir, anjiirrr" balas Devan kesal Mereka berempat semakin tertawa melihat wajah kesal Devan. "Oh oh oh.. gais, liat. Ada cewek sok jago ternyata" ucap seseorang yang baru saja datang bersama dua temannya "Hmm udah mah sok jago, mau sok kaya juga?" ucap temannya menghina Rania Devan tiba-tiba berdiri. "Mau lo pada apa ha!" ucap Devan sedikit emosi Rania, Bintang, Heri, dan Gilang ikut berdiri. "Van udah biarin" tegur Rania "Oh hahahhah. Can you see? Ada yang sok jagoan guys. Kenapa? Ga seneng" ucap orang tsb Kedua temannya tertawa. "Plis deh. Gue ga mau bikin masalah disini" ucap Rania datar "Lanjut aja Mon" ucap Dion dari tempatnya duduk Mon? Yap. Itu adalah Monik, Anisa, dan Sinta. Monik menoleh ke arah sumber suara. "Eh? Lo pada disini juga" ucap Monik "Keknya bagus nih dibikin tontonan. Biar mereka semua pada liat kita bully ni anak" bisik Sinta kepada Monik "Hmm. Bagus juga idelu" bisik Monik balik "Nis" panggil Monik pada Anisa "Apaan?" tanya Anisa "Aqua gue tadi mana?" tanya Monik "Nih" ucap Anisa sambil memberikan sebotol aqua penuh Monik menerimanya dan langsung membuka tutup botolnya. "Lo mau ngapain?" tanya Bintang curiga "Mo minumlah. Emang mo ngapain" jawab Monik sinis "wait wait wait. Lo siapa?" tanyanya heran "Elo..? Bukannya Bintang anak SMA sebelah ya?" tanya Anisa memastikan "Lo tau gue darimana?" tanya Bintang sinis "Ah ya ampun.. lo Bintang? Anak SMA sebelah? Astagaa.. pantesan dari tadi kek kenal" ucap Sinta histeris "Dia siapa sih" ucap Monik heran "Wtf!!! Lo ga kenal? Dia Bintang, cogan SMA sebelah" ucap Sinta histeris "Gak" ucap Monik singkat "Astagaaaa. Boleh minta WA lu gak?" tanya Sinta dengan senyum yang merekah diwajahnya "Mulai gatel" ucap Gilang dan Heri jijik "GAIS" teriak Monik hingga membuat seisi kafe memandang mereka "MAU LIAT PERTUNJUKAN GAK? KAN LUMAYAN ADA CEWEK CAPER DISINI" lanjutnya. "Eh eh rekam woii" ucap salah satu cewek "UDAH SIAP KAMERA BELOM? ITUNG-ITUNG BUAT TONTONAN BESOK DISEKOLAH" teriak Monik lagi "Lanjut Mon!" ucap Dion dan Erlan dengan handphone yang menyala ditangannya masing-masing "Lanjut Monik! Gue dukunglo" teriak salah satu cewek "Udah siap rekam nih!" teriak cewek lainnya "OKEE!! KITA ITUNG SAMA-SAMA YAA!! SATU... DUA... TIGA! AW!" teriak Monik diakhiri keluhannya saat Rania memelintir pergelangan tangannya yang siap untuk melemparkan air mineral yang ada didalam botol yang ia pegang ke arah Rania "LEPASIN ANJING! AW!" teriaknya saat Rania semakin memperkuat pelintiran pada pergelangan tangannya "Oh mau bikin film pendek? Sirkus? Ini" ucap Rania sambil mengambil botol minuman ditangan Monik "Lo mau ngapain!" bentak teman-teman Monik "Her, Lang" kode Rania pada Heri dan Gilang "Weh apa-apaan nih!" ucap Anisa dan Sinta bersamaan saat Heri dan Gilang menahan kedua tangan mereka dibelakang tubuhnya "Buka mulutlo!" perintah Rania kepada Monik Monik menggeleng cepat. "Mau buka sendiri atau gue paksa Devan sama Bintang bukanya!" ancam Rania Monik masih menggeleng cepat. "Oh okee. Van" kode Rania "Hmm" tolak Monik "OKEE!" teriaknya Rania langsung mencurahkan isi botol itu ke dalam mulut Monik, hingga Monik sulit untuk bernafas. Air yang dicurah Rania dari botol itu terus mengalir hingga keluar dari mulut Monik dan membasahi pakaiannya. "Woii apa-apaan lo!" bentak Dion dan Erlan sambil berjalan cepat mendekati Rania dan Monik Masih tersisa sedikit air didalam botol itu, namun Rania langsung melemparkannya ke arah Dion dan Erlan. "Kurang ajarlo ya!" ucap Erlan emosi karena hampir saja botol yang dilemparkan Rania terkena ke wajahnya Rania langsung mendorong kuat punggung Monik ke arah Dion dan Erlan. "Itu temenlo" ucap Rania "SEKARANG LO SEMUA LIATKAN SIAPA YANG CAPER?!" teriak Devan Semua terdiam. "Pantes ya cewek ngelakuin hal kek gitu" ucap Aldo tiba-tiba. "Terus dia pantes gitu ngelakuin hal kek begituan ke gue?" balas Rania. "Emang lo gabisa ambil botolnya terus buang aja ke tong sampah? Harus banget paksa dia minum kaya gitu?" ucap Aldo "Harus gitu dia berencana bikin gue malu didepan umum?" ucap Rania "Gabisa lo suruh aja dia pergi tadi? So, ga perlu juga dia bikin lo malu atau lo bikin dia malu" ucap Aldo "Ga segampang itu. Mana dia mau. Inget, gaada anjing rabies yang nurut sama manusia" ucap Rania "cabut" ucap Rania kepada teman-temannya dan ia langsung membalikkan tubuhnya "Lo mau kemana?" tanya Aldo datar sambil memegang lengan Rania "Apaan sih! Lepasin! Gue mau pulang!" ucap Rania sinis "Minta maaf sama Monik" ucap Aldo "Hah? Apa? Gue? Minta maaf sama dia? Hahah jangan mimpi" ucap Rania mengejek "udah lepasin!" "Enggak. Minta maaf sama Monik" ucap Aldo mengulang kalimatnya "Ogah! Seharusnya dia yang minta maaf sama gue!" ucap Rania sinis "Tapikan elo yang bikin dia malu, bukan dia yang bikin lo malu" ucap Aldo "Itu juga gara-gara dia sendiri! Kalo dia gamau bikin gue malu juga gue ga bakalan bikin dia malu!" bantah Rania "akhh!" keluh Rania saat Aldo memelintir tangannya "Lo apa-apaan!" ucap Devan, Bintang, Heri, dan Gilang emosi "Diem ato tangan dia patah" ancam Aldo "sekarang minta maaf"  "Maksa banget sih! Dia yang salah!" ucap Rania emosi "akhh!" pekiknya  "oke fine" ucap Rania akhirnya "Maju" ucap Aldo "Ya lepasin dulu. Sakit b**o" ucap Rania jengkel "Maju aja dulu. Ntar gue lepas" ucap Aldo Rania mulai berjalan maju seperti tahanan. "Hm" gumam Aldo "Iye lepasin dulu. Sakit g****k" ucap Rania jengkel Aldo langsung melepaskan lengan Rania dari genggamannya. "Minta maaf" perintah Aldo Rania menatap wajah Monik datar. "Ayo, minta maaf sama Monik!" perintah Dion dan Erlan secara bersamaan. Tampak Monik mulai menangis dengan sesenggukan, membuat Rania menatapnya dengan malas. Rania lalu mengulurkan tangannya kepada Monik. Monik ikut mengulurkan tangannya, menerima telapak tangan Rania yang ingin menjabat tangannya. Lalu, dengan cepat Rania memutar lengan Monik, membuat Monik memekik. “AKH! RA-NIA!” Aldo, Erlan, dan Dion menatap Rania dengan tajam. “Lo apa-apaan, Rania?!” Rania menyeringai. “Gue ga bodoh kaya lo semua. Lo kira, lo siapa bisa ngerendahin gue?” Saat Dion dan Erlan hendak maju, Rania kembali membuka suara. “Kalo kalian maju, tangan dia patah.” Ucap Rania mengikuti perkataan Aldo tadi. “Akh! Sak-it, Rania!” “Sakit, ya? Itu masih ga seberapa dengan sakit yang gue alamin selama ini gara-gara lo semua. Mau nyoba? Patah tulang lebih mending, sih, dari pada sakit hati gue.” “Hiks.. engga, Ran!” Rania menyeringai. Ia kemudian mendorong tubuh Monik ke arah Dion dan Erlan. “Tuh, urus cewek yang selalu bener di mata lo semua!”  Setelah mengucapkan kalimat tadi, Rania segera keluar dari Kafe dan meninggalkan orang-orang yang masih menatapnya dengan tatapan tak percaya. "RANIA!" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD