"Ayah." Zafhira mengambil kesempatan untuk berbicang pada ayahnya selagi pria paruh baya itu tidak sibuk dan sedang ada di rumah. Biasanya ayahnya akan sibuk diluar kota bahkan luar negri demi mempersiapkan shooting terbarunya. Ia dengar- dengar ayahnya sedang menggarap film horor terbaru yang akan diambil di pulau Bowa. Pulau yang sangat jauh dari daratan Convodia tapi masih termasuk wilayah negaranya.
Tentu pekerjaan seorang sutradara itu sangatlah banyak meski dia dibantu asisten sutradara yang berasal dari keluarga Azrana juga. Salah satu sepupu Zafhira, Aaron. Mungkin pria itu juga akan segera debut seperti sepupunya yang lain. Zafhira tinggal menunggu giliran saja sekalian mengasah lebih dalam kemampuannya.
Meski kata orang nepotisme sangat berpengaruh di bidang industri hiburan seperti di negara ini. Nyatanya banyak juga yang berasal dari keluarga artis tapi tidak tenar karena memang aktingnya yang tidak bagus. Penonton tentu akan jadi juri juga bagi film atau acara apapun yang mereka tonton. Tentunya mereka bebas berkomentar.
Tak jarang para artis yang baru debut beberapa tahun karirnya meredup karena memang kemampuannya yang tidak mumpuni. Walau banyak juga ketidak adilan. Terlebih jika bukan dari keluarga artis maka untuk dapat peran utama sebuah film layar lebar akan dipersulit. Kebanyakan produser dan sutradara akan memilih anak- anak artis yang baru debut karena biasanya biayanya akan lebih murah atau terkadang mereka rela tak dibayar asalkan namanya meninggi dan ketenaran yang menjadi bayaran mereka.
Bahkan dua tahun lalu salah satu orang yang Zafhira kenal meninggal bunuh diri dengan menelan sebotol obat depresi karena dia tidak bisa mendapat peran yang diinginkan. Harusnya bisa tapi mendadak perannya digantikan oleh orang lain yang ternyata anak seorang actor terkenal. Mungkin karena merasa tertekan dan tidak adil, dia memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Zafhira pun merasakan adanya ketidak adilan. Walau ia juga dari kalangan keluarga artis. Dirinya dituntut punya akting sempurna, jago nyanyi dan dance. Jika tidak maka akan mempermalukan nama keluarganya sendiri.
Tentu ayahnya yang paling berperan disini. Amir, ayahnya Zafhira begitu menuntut kesempurnaan pada diri putri satu- satunya itu. Setelah kakaknya, Rayhan sudah berhasil debut dan memerankan beberapa peran utama di film layar lebar. Makanya beban Zafhira semakin berat karena dituntut untuk menyusul karir sang kakak.
"Ada apa? Bagaimana les kamu? Semua berjalan baik kan?" Amir langsung to the point. Dibanding menanyakan kabar anaknya, dia lebih senang menanyakan kemajuan apa yang anaknya alami hingga kini.
"Ya, begitulah. Video klip Ranjana juga sudah keluar. Viewersnya sudah satu juta lebih."
Amir tampak mengangguk- angguk." Tidak sampai satu tahun lagi kamu debut. Kamu harus mempersiapkan semuanya. Ayah sudah siapkan film untuk kamu perankan nanti. Jika naskahnya sudah selesai akan ayah tunjukan biar kamu bisa mempelajarinya."
"Ya, aku tau ayah. Aku hanya ingin bicara hal lain."
"Soal apa?"
"Dihyan."
Amir meletakkan koran yang sedari tadi ia baca sambil mengobrol dengan anaknya, lalu menatap Zafhira dalam- dalam.
"Ayah tau kan kemampuan dia. Dia pintar menyanyi, suaranya bagus, dance juga bisa bahkan dia bisa olahraga. Kalo soal akting, dia sudah beberapa kali ikut les bersamaku."
"Lalu?"
"Apa dia ada kesempatan untuk debut juga? Maksudku melalui kita. Ayah tau sendiri dia berasal dari keluarga biasa saja. Yatim piatu pula. Aku ingin perekonomian dia membaik dengan meniti karirnya bersama kita."
Amir tampak menghela nafas. Meski ia juga tak terlalu keberatan dengan aktor- aktor dari kalangan keluarga biasa, yang penting kemampuannya bagus dan bisa dipertimbangkan olehnya." Tapi kamu tau persaingan dunia hiburan gimana. Apa dia kuat? Dia akan mendapat banyak tekanan dan bisa saja actor lain akan menjatuhkannya." ucapnya mengingatkan kejamnya persaingan karir dunia hiburan di Convodia.
"Aku yakin dia kuat, Ayah. Aku kenal Dihyan dari kecil."
"Ayah bisa saja bawa dia untuk bergabung tapi tentu dari bawah. Seperti kamu. Jadi model majalah, video klip, drama atau jika akting dia sudah bagus bisa langsung ke film layar lebar."
"Sungguh?" Zafhira tampak sangat antusias.
"Tapi soal karirnya ayah tidak bisa menjamin dia akan tenar. Itu tergantung usaha dan bagaimana cara dia bertahan di dunia hiburan nanti. Atau malah tahun pertama karirnya sudah padam, siapa yang tau." Amir mengedikkan pundaknya.
"Soal itu tenang aja ayah. Toh Dihyan akan banyak latihan. Aku yakin dia akan jadi actor yang bertalenta. Mungkin tiga tahun lagi cukup untuk dia les akting. Selama itu pula aku akan ajak dia untuk jadi model majalah dan model video klip. Boleh kan?"
"Ya, kamu atur saja bagaimana nantinya. Ayah akan bantu semampunya."
Zafhira langsung memeluk ayahnya dengan erat," terimakasih ayah. Kamu adalah sutradara terbaik dalam hidupku."
"Dasar."
......
Dihyan memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan didepan kelas sambil sesekali mencatat di notenya. Pria itu tipe yang mempelajari sesuatu dengan dilihat, didengar dan dicatat. Jika salah satu aspek hilang, maka akan sulit baginya untuk menyerap mata kuliah dan pelajaran. Kecuali untuk hal- hal yang berkaitan dengan fisik seperti dance dan olahraga, melihat dan mencontoh adalah aspek yang ia perlukan.
Sementara Varan yang duduk disamping Dihyan tampak serius memperhatikan dosen sambil bersandar pada kursinya. Mungkin dia tipe berbeda dengan Dihyan. Tapi Dihyan tau, Varan juga cerdas dan mendapat beasiswa full sepertinya di universitas ini.
"Pusing. Baru mulai kuliah udah bahas fisika dasar aja." keluh Varan sambil membereskan bukunya yang bersih tak ternoda.
Berbeda dengan buku Dihyan yang penuh coretan. Meski berantakan, Dihyan mengerti dengan tulisannya sendiri. "Mau makan siang dulu?"
"Oke. Katanya kantin disini makanannya lumayan."
"Lumayan apalagi gratis." kekeh Dihyan yang memang kantin disini menyediakan menu gratis untuk para mahasiswanya. Karena bagi pendiri universitasnya sendiri, jika perut mahasiswa terisi maka mereka akan dengan mudah menyerap ilmu ke otak. Tentu saja ia setuju dengan pendapat itu.
"Asrama gratis, makan gratis, diberi uang saku bulanan juga. Kalo kita sampai kuliahnya malas- malasan, mati aja deh!"
Dihyan tertawa mendengar penuturan Varan.
..........
Zafhira memperhatikan Devdan yang sedang sibuk latihan untuk perform minggu ini di sebuah acara ulang tahun salah satu stasiun televisi. Pria itu tampak sangat mempesona dengan suara indahnya, ditambah keringat yang bercucuran dari keningnya, membuat Zafhira tak bisa berpaling sedetik pun dari pria itu.
Sesekali Devdan melirik kearahnya dan melempar senyum manisnya yang selalu Zafhira balas dengan kecupan jarak jauh.
Hubungan mereka yang baru berjalan satu bulan ini nyatanya cukup lancar. Meski kesibukan sering kali menjadi pemicu, tapi mereka berdua mencoba untuk saling mengerti.
Zafhira dengan kesibukannya sebagai modellin dan shooting beberapa iklan juga les akting. Sementara Devdan sibuk dengan grup musiknya yang sering kali tour keliling Convodia atau ke luar negri. Gadis itu sungguh bangga mengenal Devdan yang merintis karirnya dari nol hingga setenar saat ini. Ia yakin hubungannya akan lancar meski mereka berdua masih harus backstreet dari media.
Ya, tentu saja. Salah satu hal terberat jika dua orang yang terjun di dunia hiburan adalah ketika mereka harus menyembunyikan kisah cinta mereka sendiri sampai memastikan waktu yang tepat.