15 - Siapa sebenarnya Ethan?

2103 Words
Saat ini, Ethan, Livy dan Fiona berada dalam 1 mobil yang sama. Ethan duduk di balik kursi, sedangkan Livy dan Fiona duduk di kursi belakang. Sekarang Fiona sudah jauh lebih tenang dari sebelumnya, tapi bukan berarti Fiona berhenti menangis. Fiona masih menangis, hanya saja tidak sekencang beberapa menit yang lalu. "Ethan." "Iya, Livy, ada apa?" Ethan menatap Livy melalui kaca spion yang ada di bagian tengah mobil. "Sebaiknya kita bawa Fiona ke rumah sakit." "Enggak mau!" Fiona menolak tegas saran Livy. "Fiona, kamu enggak mau ke rumah sakit?" Fiona menjawab pertanyaan Livy dengan anggukan kepala. Fiona tidak mau pergi ke rumah sakit, yang Fiona inginkan adalah pulang ke apartemen. "Ok, kita tidak akan membawa kamu ke rumah sakit." Ethan tidak mungkin memaksa Fiona jika Fiona sendiri tidak mau pergi ke rumah sakit. Ethan, Livy, dan Fiona akhirnya sampai di apartemen. Saat ini Fiona sudah berada di dalam kamar, bersama dengan Livy, sementara Ethan menunggu di luar kamar. Livy sedang membantu Fiona berganti pakaian, karena itulah Livy meminta supaya Ethan menunggu di luar. Ethan menoleh begitu mendengar suara pintu kamar terbuka, lalu keluarlah Livy. "Ethan, sebaiknya kita minta Tante Emily datang untuk memeriksa kondisi Fiona." "Ok, aku akan segera menghubungi Tante Emily." Ethan segera menghubungi Emily, meminta Emily untuk datang guna memeriksa kondisi Fiona. Selang beberapa menit kemudian, Emily datang untuk memeriksa kondisi Fiona. Emily tidak sendiri, tapi saat ini bersama dengan Ethan dan Livy. Emily baru saja selesai memeriksa kondisi Fiona. "Ethan, sebaiknya kita bicara di luar." "Ok." Ethan keluar dari kamar Fiona, begitu juga dengan Emily, sementara Livy tetap bersama dengan Fiona. "Bagaimana kondisi Fiona, Tante?" tanya Ethan yang saat ini sudah bersama dengan Emily. "Seperti yang kamu lihat, lukanya memang tidak parah, tapi itu bukan berarti kalau dia sama sekali enggak terluka." "Iya, Ethan paham. Kejadian tadi pasti membuat Fiona sangat trauma. Batinnya terguncang." "Iya, kamu benar. Sebaiknya untuk beberapa hari ke depan, dia istirahat, dan jika memang kondisinya semakin memburuk, bawa dia pergi ke rumah sakit." "Ok." Sekarang Ethan hanya bisa berdoa kalau kondisi Fiona membaik, bukannya malah memburuk. "Dia siapa, Ethan?" Ini adalah kali pertama Emily melihat orang asing dalam kehidupan Ethan juga Livy, dan Emily yakin jika Fiona sangatlah berarti bagi Ethan, begitu juga Livy. Jika tidak, maka keduanya tidak akan membawa Fiona tinggal bersama. Emily mengenal semua teman-teman Ethan dan Livy, karena itulah Emily menyebut Fiona orang asing, karena ini adalah kali pertama Emily melihatnya. "Namanya Fiona Caitlyn Mackenzie." "Maksud Tante bukan itu, Ethan. Sebaiknya kamu jangan pura-pura bodoh karena kamu pasti tahu apa maksud dari pertanyaan Tante," ucap ketus Emily sambil memutar jengah bola matanya. Ethan hanya terkekeh. Ethan tahu apa maksud dari ucapan Emily, tapi Ethan tidak akan memberi tahu Emily siapa Fiona sebenarnya. Ethan tidak tahu, reaksi seperti apa yang akan Emily berikan padanya jika sampai tahu kalau Fiona adalah anak dari orang yang sudah membunuh kedua orang tuanya, yang tak lain tak bukan adalah Kakak Emily. Ayah Ethan adalah Kakak Emily, itu artinya, Ibu Ethan adalah Kakak ipar Emily. Untuk saat ini, Ethan akan merahasiakan identitas asli Fiona dari Emily, tapi Ethan tidak tahu, sampai kapan ia akan melakukan hal tersebut. Ethan tahu, cepat atau lambat, Emily pasti tahu tentang Fiona, dan sekarang Ethan hanya bisa berdoa, jika suatu saat nanti Emily tahu siapa Fiona sebenarnya, maka Emily tidak akan mengamuk. "Baiklah," ucap Emily sambil mengangkat kedua tangannya sebagai pertanda jika ia menyerah dan tidak akan lagi bertanya tentang siapa sebenarnya Fiona. "Kenapa masih tinggal di apartemen? Kenapa tidak tinggal di mansion?" Awalnya Emily berpikir jika Ethan dan Livy sudah tinggal di mansion begitu Ethan mengirimkan alamat baru padanya, tapi begitu ia sampai di alamat tersebut, ia tahu jika kedua keponakannya ini masih tinggal di apartemen. "Bulan depan kita baru akan pindah ke mansion, Tante." "Baguslah, tinggal di mansion jauh lebih baik dari pada tinggal di apartemen, Ethan." "Ethan tahu, Tante." Obrolan antara Ethan dan Emily terhenti begitu mendengar suara pintu kamar terbuka. "Livy, ada apa?" Livy terlihat panik, membuat Ethan seketika berpikir jika sesuatu yang buruk baru saja terjadi pada Fiona. "Sepertinya tadi Dominic memberi Fiona obat perangsang, dan sekarang, obat itu mulai bekerja." "s**t!" Ethan mengumpat, tak menyangka jika Dominic memberi Fiona obat perangsang. "Apa yang harus kita lakukan?" Pertanyaan yang baru saja Livy ajukan adalah pertanyaan yang juga ingin Ethan ajukan. "Apa Fiona tidak memiliki kekasih? Mungkin kekasihnya bisa membantu Fiona untuk menghilangkan rasa sakit yang saat ini Fiona rasakan." Emily berkata dengan sangat hati-hati. "Sayangnya Fiona tidak memiliki kekasih, Tante." Livy tahu kalau Fiona tidak memiliki kekasih karena Fiona memang terbuka padanya. Emily menghela nafas panjang. "Kalau kita tidak ada, maka kita tidak punya pilihan lain selain membiarkannya." "Bukankah itu akan sangat menyiksa Fiona?" "Tentu saja, tapi kita tidak punya pilihan lain, Livy." "Sebaiknya kita lihat bagaimana kondisi Fiona." Ethan takut Fiona melakukan sesuatu yang buruk. Livy, Emily, dan Ethan kembali memasuki kamar Fiona. Tapi begitu mereka masuk, Fiona tidak ada di tempat tidur. "Ke mana Fiona?" tanya Livy sambil mengedarkan pandangannya ke segela penjuru kamar. Ethan akan menjawab pertanyaan Livy, tapi begitu mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, Ethan diam. Semua orang sontak menatap kamar mandi begitu mendengar suara air mengalir. "Fiona pasti di dalam," gumam Emily yang kini melangkah mendekati kamar mandi. "Fiona pasti sudah tahu apa yang terjadi pada dirinya." Ethan dan Livy mengangguk, menyetujui ucapan Emily. "Sebaiknya kita tunggu di luar." Emily mengajak Ethan dan Livy pergi meninggalkan kamar Fiona. "Apa Fiona akan baik-baik saja?" Livy merasa ragu untuk pergi meninggalkan Fiona. "Untuk saat ini, Fiona jelas tidak sedang baik-baik saja. Tapi nanti, Fiona pasti akan baik-baik saja." *** "Max!" Orang yang di panggil hanya Max, tapi yang menoleh bukan hanya Max, karena Shila juga menoleh. Keduanya berbalik menghadap Shela yang kini sudah berdiri di hadapan mereka. Max dan Shila sama-sama bingung ketika melihat betapa paniknya Shela saat ini. "Mom, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Max tidak sabaran. "Dominic yang menculik Fiona, Max." "Apa?" Secara spontan, Max berteriak. Max sama sekali tidak menyangka jika ternyata tebakannya benar, padahal Max masih berharap kalau semua tebakannya salah. "Mommy tahu dari mana?" "Om Andrew baru saja di hubungi oleh salah satu tangan kanan Ethan yang bernama Q. Q memberitahu Om Andrew tentang apa yang sudah Dominic lakukan pada Fiona." "s**t! Kenapa dia tidak pernah berubah?" Teriak Max emosi. Saat ini bukan hanya Max yang emosi, karena Shela juga merasakan hal yang sama dengan Max. Sementara Shila sangat shock begitu tahu kalau Fiona diculik oleh Dominic. Saking shocknya, Shila hanya bisa terdiam. "Mom, di mana Dominic?" Max ingin sekali menghajar Dominic, tapi Max yakin jika saat ini Dominic tidak baik-baik saja. Shela lalu memberi tahu Max di mana posisi Dominic saat ini. Saat ini Dominic sudah berada di rumah sakit, bersama dengan Q, Reid, dan Nico, sementara Marco, Dante, dan Calvin sudah pulang bersama dengan Ethan. Saat ini Dominic masih dalam penanganan dari tim medis. "Q, apa orang tuanya akan datang?" Reid bertanya pada Q sambil menatap Dominic yang saat ini sedang diobati oleh tim medis. "Bukan hanya orang tuanya yang datang, tapi keluarganya juga datang," jawab Q sambil menunjuk keluarga Dominic yang baru saja tiba. Reid dan Nico menoleh ke belakang, sebelum akhirnya berbalik menghadap keluarga Dominic. Ada Andrew dan Alexa selaku orang tua Dominic, lalu ada Brad, Shela, Max dan Shila. Brad dan Shila adalah orang tua Max, dan Shila adalah Kakak kandung Andrew. "Tuan Andrew." Q menyapa Andrew dengan raut wajah datar. "Bagaimana keadaan Dominic?" Pertanyaan yang baru saja Alexa ajukan membuat Q kesal, begitu juga dengan yang lainnya. Tadinya Q berharap kalau Alexa akan terlebih dahulu bertanya tentang bagaimana kondisi Fiona karena di sini Fionalah korbannya, bukan Dominic. "Pertanyaan Anda membuat saya kesal, Nyonya Alexa. Bukankah seharusnya Anda terlebih dulu bertanya tentang kondisi Fiona, bukan Dominic?" Sekarang giliran Alexa yang kesal begitu mendengar pertanyaan Q. Alexa akan membalas ucapan Q, tapi Andrew sudah terlebih dahulu meminta supaya Alexa diam. "Ba-bagaimana keadaan Fiona? Apa dia baik-baik saja?" Shila memberanikan diri untuk bertanya. Shila tidak akan bisa tenang sebelum tahu bagaimana kondisi Fiona. Shila tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sudah terjadi sesuatu yang buruk pada Fiona. "Fiona baik-baik saja, dia hanya sedikit terluka dan itu di bagian bibir. Bibirnya terluka akibat dari tamparan yang Dominic lakukan." Penjelasan Q sempat membuat Shila senang, tapi begitu tahu kelanjutannya, Shila sama sekali tidak senang. Bukan hanya Shila, yang lainnya kecuali Alexa juga merasakan hal yang sama. "Baguslah kalau dia hanya terluka sedikit," gumam ketus Alexa. Gumaman Alexa didengar oleh Q, dan yang lainnya. "Luka di bibirnya memang akan hilang, tapi seharusnya Anda tahu Nyonya kalau percobaan perkosaan yang baru saja Dominic lakukan pada Fiona membuat Fiona trauma berat." Lutut Shela dan Shila seketika lemas tak bertenaga begitu tahu kalau Dominic mencoba untuk memperkosa Fiona. Shila sudah bisa membayangkan bagaimana takutnya Fiona ketika menghadapi Dominic. "Mom, ini semua salah, Max. Seandainya saja Max tidak mengundang Fiona, Fiona pasti tidak akan mengalami kejadian buruk seperti sekarang ini." Sekarang Max menyesal karena sudah mengundang Fiona, seandainya saja ia tidak mengundang Fiona, pasti saat ini Fiona dalam keadaan baik-baik saja. "Max, kamu tidak tahu kalau kejadiannya akan seperti ini, karena itulah kamu mengundang Fiona. Kalau kamu tahu akan terjadi sesuatu yang buruk pada Fiona, kamu dan kita semua pasti akan melindungi Fiona." "Di mana Fiona sekarang?" Max ingin tahu di mana Fiona. Jika saat ini Fiona di rumah sakit ini, maka ia akan menemui Fiona dan meminta maaf. "Fiona berada di tempat yang aman." Q tidak akan memberi tahu di mana Fiona saat ini. Atensi Q kembali tertuju pada Andrew. "Sampai saat ini, Tuan Ethan masih belum menentukan langkah apa yang selanjutnya akan dia ambil, tapi Tuan Ethan akan segera menghubungi Anda jika sudah tahu apa yang harus di lakukan pada Dominic. Jadi saya berharap jika Anda tidak menghindar, karena jika Anda menghindar itu semua hanya akan memperburuk keadaan." "Saya tidak akan menghindar." Sekarang Andrew hanya bisa pasrah, dan berdoa, semoga saja Ethan tidak terlalu kejam padanya. "Ini semua pasti hanya salah paham! Fiona pasti yang terlebih dahulu menggoda Dominic, dan meminta Dominic membawanya ke hotel!" Alexa akhirnya berbicara, dan mengatakan kalimat yang seketika membuat kesal orang-orang di sekitarnya. "Sebaiknya jaga bicara Anda Nyonya Alexa, karena jika sampai Tuan Ethan tahu tentang apa yang baru saja Anda katakan, maka tidak akan ada belas kasihan untuk keluarga Anda, terutama Anda dan putra Anda. Ingatlah kalau Tuan Ethan masih bersikap baik pada Anda karena suami Anda, jika suami Anda tidak ada, maka sejak dulu, Anda dan putra Anda sudah tinggal nama." Q sudah benar-benar muak pada Alexa. Sejak dulu, Alexa selalu membela Dominic sekalipun Dominic sudah terbukti bersalah. "Q, saya mohon, tolong maafkan sikap adik ipar saya." Shela yang sejak tadi diam akhirnya bersuara. "Saya mohon, tolong jangan sampai Ethan tahu tentang apa yang baru saja adik ipar saya katakan." Shela sudah bisa membayangkan betapa marahnya Ethan jika sampai tahu ucapan Alexa barusan. Ketegangan yang terjadi yang terjadi benar-benar membuat Shila bingung, tapi di saat yang sama, Shila juga merasa penasaran. Sebenarnya siapa Ethan? Kenapa orang tua Max terlihat sekali takut pada Ethan? Bukan hanya orang tua Max tapi orang tua Dominic sekarang juga terlihat sangat ketakutan. "Baiklah, saya tidak akan mengatakannya pada, Tuan Ethan." Jawaban Q membuat perasaan Brad, Andrew, dan Shela lega, begitu juga dengan perasaan Alexa. Q maju satu langkah, dan sekarang sudah berdiri tepat di hadapan Alexa. "Nyonya Alexa, sebaiknya Anda jangan berpikir jika kekuasaan yang Kakak ipar Anda miliki bisa Anda gunakan untuk melindungi Anda dan putra Anda, karena perlu Anda ketahui kalau kekuasaan mereka tidak akan bisa menolong Anda, juga putra Anda." Ucapan Q berhasil membuat Alexa ketakutan. "Sebaiknya Anda menceraikan istri Anda, Tuan Andrew, karena saya rasa, dialah pengaruh buruk sebenarnya untuk Dominic." Setelah mengatakan kalimat yang tentu saja sangat menyakitkan bagi Alexa, juga mengejutkan semua orang terutama Shila, Q berbalik menghadap Nico dan Reid yang sejak tadi berdiri di belakangnya. "Mulai sekarang, kalian berdua akan berjaga di sini." Reid dan Nica mengangguk. Ethan sudah mengirim pesan pada Q, meminta supaya Q tidak menempatkan penjaga di depan kamar Dominic. Ethan bukan takut jika Dominic akan kabur karena saat ini Dominic kesulitan untuk berjalan, jadi kecil kemungkinan Dominic akan kabur, yang Ethan takutkan adalah orang tua Dominic membawa Dominic kabur, terutama Alexa. Setelah memberi Nico dan Reid arahan, Q pergi meninggalkan rumah sakit. "Sebaiknya Om pikirkan saran dari orang tadi, karena Max setuju dengan ucapannya, Tante Alexalah yang sudah membuat Dominic menjadi seperti sekarang ini." Ucapan Max mengejutkan semua orang, tak terkecuali Shila. Max mengejar Q, dan tak lupa mengajak Shila pergi bersamanya. Q yang baru saja akan menutup pintu lift melihat kedatangan Max dan Shila, karena itulah Q bergegas menahan lift yang akan tertutup.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD