BAB 6

1444 Words
        Tak pernah terpikirkan Karenina bahwa saat ini dia sedang bersama dengan Evan di pesta Mr. Nekles seorang konglomerat yang membuat pesta super mewah dengan datangnya berbagai aktris dari Asia di sebuah hotel bintang lima di Jakarta Selatan. Evan memperkenalkannya dengan Mr.Nekles dan istrinya yang cantik nan anggun. Kecantikan seorang wanita sejati tanpa plastik dan bantuan teknologi apa pun. Usia istri Mr. Nekles mungkin sudah mencapai 55 tahun tapi kecantikannya masih dapat dilihat dengan jelas. Wajahnya sangat natural. Sangat Indonesia. Seperti itulah yang dilihat Karenian dari wanita yang ramah ini.             “Damian belum ke datang ya?” tanya Evan berbasa-basi pada Mr. Nekles.             Karenina menatap suaminya tajam. Dia membicarakan mantan kekasih istrinya di depan seorang pria paruh baya. Karenina tahu pembahasan ke depannya tentu Evan berniat membuat Damian jatuh di mata pria paruh baya itu.             “Belum, aku tidak tahu dia datang atau tidak. Aku dengar dia dijodohkan dengan seorang putri CEO sebuah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di Singapura sana. Aku dengar dia menolaknya. Malang sekali pria muda itu. Dia tampan dan sukses tapi sampai detik ini belum ada yang tahu siapa kekasihnya.”             Evan tersenyum ganjil. “Aku pernah melihatnya menggoda istriku,” Evan berkata ringan.             “Damian,” lirih Karenina memperingatkan suaminya.             “Oh, astaga, yang benar saja?” ekspresi agak terkejut terpancar di wajah wanita cantik istri Mr. Nekles itu.             “Istriku mantan kekasih Damian.” lagi, Evan menciptakan keterkejutan di wajah Mr dan Mrs. Nekles.             “Asataga...” kedua daun bibir wanita paruh baya itu terbuka. Dia menatap Karenina.             “Itu sudah lama. Kami hanya berteman baik.” sanggah Karenina.             “Ah, pantas saja kamu selalu sinis pada Damian.” goda Mr. Nekles.             “Aku butuh bicara denganmu, Evan.” Karenina berbisik pada suaminya, mengetahui gelagat Karenina, Mr. Dan Mrs. Nekles beringsut pergi untuk menyapa tamu lainnya.             “Apa kamu berniat mempermalukan Damian di depan orang yang jelas-jelas mengenal orang tua Damian?”             “Why not?” sebelah sudut bibir Evan tertarik ke atas. Persis seperti senyuman seorang penakluk sekaligus pangeran kegelapan.             Karenina menggeleng. Setega itukah Evan pada Damian? Apa salah Damian pada Evan hingga Evan mau bersusah payah membuat Damian jatuh di mata orang-orang.             “Dia tidak pernah membuat masalah denganmu, Evan?”             “Dia masalah untukmu, Karenina.”             “Untukku?” dahi Karenina mengernyit heran.             “Karena dia masih menginginkanmu.” Evan menundukan wajahnya sedikit, bibirnya mendekati telinga Karenina dan berbisik,  “Aku tidak suka itu.”             Karenina membatu. Apa yang Evan bisikkan seakan merenggut sesuatu di dalam dadanya.             “Kalau kamu membenciku, sakiti saja aku. Jangan Damian.” tanpa disadari Karenina matanya mulai berkaca-kaca.             “Kalau hanya kamu yang aku sakiti, aku tidak puas, Karenina.” mata Evan menatap tajam Karenina seakan menusuk d**a Karenina dengan jarum. Karenina tahu Evan akan berbuat apa saja demi memuaskan hasratnya untuk membuat Karenina sengsara. Dan Damian tentu saja akan dibuat menderita secara perlahan.             “Halo,” Abigail muncul dengan wajahya yang terlalu percaya diri. Dia tampil dengan model rambut baru long wavy hair. Dia mengenakan dress yang membuat para pria tak berkedip menatap bagian dadanya.             Karenina menghapus kilat air mata yang jatuh di pipinya.             Abigail tersenyum senang melihat wajah merah Karenina. “Ow, kamu menangis, Karenina?” tanya Abigail tanpa simpatik.             “Tidak, ada sesuatu yang masuk ke dalam mataku.” jawab Karenina seraya tersenyum untuk menutupi kesedihannya. Karenina tahu Abigail, tapi sungguh dia tidak tertarik sama sekali dengan wanita cantik di depannya itu.             “Evan, kamu mau berdansa denganku?” tanyanya tanpa basa-basi.             Evan menatap Abigail kesal. Dia membenci Abigail yang sangat terkesan murahan. Dan Abigail membuat dirinya murah hanya di depan Evan saja. Karena dia sangat terobsesi pada Evan.             “Tidak.” jawab Evan tegas.                                “Ayolah,” bujuk Abigail tanpa malu.             Karenina hanya mengernyit melihat sikap Abigail yang benar-benar kurang ajar mengajak berdansa pasangan wanita lain tanpa ijin dan tanpa malu.             “Aku bilang tidak, Abigail.” tolak Evan lagi.             “Aku ingin berdansa denganmu.” Abigail tampak keukeuh.             “Aku dan Karenina akan berdansa, Evan.” Damian muncul mencuri perhatian ketiga pasang mata itu.             Dahi Evan mengernyit sadis menatap kemunculan Damian.             “Silakan, kamu dan Abigail berdansa.” Damian tersenyum dan mengangkat sebelah tangannya menunjuk area yang dikhususkan untuk berdansa.             “Ayo, Karenina.” Damian menarik lengan Karenina yang hanya tercengang. Karenina menatap Evan yang menatapnya dengan tatapan setajam pisau yang baru diasah.             Karenina tidak melepas pandangan dari tatapan suaminya.             Abigail tersenyum semringah.             “Ayo kita menyusul istrimu itu, Evan.” ajak Abigail lagi.             “Tidak.” Evan menatap dingin Abigail. “Sekali aku bilang tidak, aku tidak akan pernah berdansa denganmu.”             Senyum semringah Abigail lenyap. ***             Evan menatap tajam pemandangan yang dibencinya itu. dia melipat kedua tangan di atas perut dengan gaya angkuh. Abigail tak beranjak dari sampingnya dengan harapan Evan akan  berubah pikiran. Namun, bukan Evan namanya kalau tidak keras kepala. Sesekali Abigail menatap Evan dan Karenina yang berdansa dengan wajah tegang. Abigail juga melihat mata Karenina yang melirik ke arah Evan dengan ketakutan yang tidak bisa dibaca mata Abigail.             Abigail menarik anakan rambut model long wavy hair-nya ke belakang telinga. “Kamu tidak mencintai Karenina kan, Evan?” tanya Abigail menatap pria pujaannya itu.             Evan tidak menjawab. Dia hanya fokus pada Karenina dan Damian. Dia melihat Damian mengajak ngobrol Karenina yang tampak tidak nyaman dengan tatapan tajam Evan ke arahnya.             “Evan, jawab pertanyaanku.” pinta Abigail tak mengindahkan tatapan matanya dari wajah maskulin Evan yang dikaguminya.             “Bukan urusanmu.” Evan menoleh dengan kekhasan gerakan tubuhnya yang mirip robot.             Abigail tersenyum. “Ya, kamu tidak mencintai Karenina. Aku punya kesempatan untuk memilikimu, Evan.”             “Bisakah kamu tidak diam, Abigail. Ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan cinta.”             Abigail kembali tersenyum. “Kamu tahu, kamu selalu membuat aku penasaran dengan kedalaman isi hatimu, Evan.”             Mr. Nekles menghampiri Evan dan Abigail. Dia tersenyum dengan segelas sampanye di tangan kanannya. “Bagiamana bisa Damian mengajak istrimu berdansa dengannya?” tanya pria paruh baya yang mengenakan jas mahal itu.             “Dia menarik Karenina begitu saja.” jawab Evan dingin. Ketika suasana hatinya tidak baik, Evan tidak pandang bulu untuk bersikap dengan dingin kepada siapa pun.             “Kamu mengizinkannya?” tanya Mr. Nekles mengangkat sebelah alisnya.             “Aku tidak ingin membuat keributan di pesta Anda, Mr. Nekles.”             “Evan, terima kasih. Memang seharusnya tidak membuat gaduh pada pesta orang lain. Damian dalam hal ini memang tidak sopan tapi sepertinya...” Mr. Nekles menyipitkan mata untuk melihat wajah Karenina. “Karenina tampak menikmati.”             Seketika wajah Evan memerah gelap. “Karenina tidak menikmatinya, Mr. Nekles.”             “Aku bisa melihat kalau Karenina menikmati dansanya dengan pria itu.” Abigail dengan sengaja memanas-manasi Evan. “Toh, kalaupun Karenina menolak dia pasti merasa tidak akan menikmati dansa dengan pria itu kan?”             Evan menatap tajam Abigail. Yang ditatap hanya tersenyum menggoda yang sayangnya ditanggapi Evan dengan kedinginan yang defensif.             “Aku bisa meminta panitia menghentikan musiknya kalau kamu mau mereka berhenti berpesta, Evan.” Mr. Nekles tampak bersimpati pada Evan.             “Tidak usah, Mr. Nekles. Aku yakin sebelum musik berhenti Karenina akan menyudahi dansanya dengan Damian.” kata Evan yakin.             “Aku tidak yakin akan hal itu, Evan. Apa kamu tidak melihat bagaimana istrimu menatap wajah pria yang memeluk pinggangnya itu. Tatapan yang tidak aku lihat saat dia menatapmu.”             “Abigail, aku rasa kamu sudah keterlaluan. Lebih baik kamu menikmati hidangan di pesta ini.” saran Mr. Nekles yang melihat dengan jelas kesengajaan Abigail untuk memanas-manasi Evan.             “Aku tidak ingin menikmati hidangan di pesta Anda, Mr. Nekles. Evan lebih menggoda dari semua hidangan yang ada di dunia. Aku akan menggigitnya perlahan.”             Mr, Nekles tertawa. “Silakan menikmati pria berdarah dingin ini, Abigail.” Dia melempar senyum pada Abigail sebelum meninggalkan Abigail dengan Evan.             “Sampai kapan kamu akan mempermalukan dirimu sendiri?”             “Sampai kamu sadar kalau hanya aku wanita yang mencintaimu dengan kesungguhan hati.”             “Kamu hanya terobsesi padaku.”             Abigail menggeleng. “Lebih dari sekadar obsesi.” balasnya.             “Aku muak denganmu. Menjauhlah.”             Sebelah sudut bibir Abigail tertarik ke atas. “Aku tidak pernah ingin pergi darimu, Evan. Aku menikmati apa yang aku lihat. Melihatmu memperhatikan istrimu yang berdansa dengan pria lain.”             Seseorang menabrak Abigail hingga Abigail melemparkan diri ke dalam pelukan Evan. Evan yang refleks Evan memegangi pinggang Abigail yang nyaris terjatuh. Dan Abigail yang lihai dalam mencari kesempatan menarik kepala Evan mendekati wajahnya dan menyentuhkan bibirnya pada bibi Evan.             Di sana ada seseorang yang memotret adegan ciuman Evan dan Abigail.             Semua mata tertuju pada mereka tak terkecuali Karenina dan Damian. Karenina mendadak membeku.             Evan berusaha melepaskan Abigail tapi wanita itu sangat berambisi untuk menikmati bibir Evan. Pria yang diinginkannya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD