Hari ini adalah hari di mana Sakira dan Yanuar turun ke lapangan untuk melihat ke majuan proyek yang menghabiskan uang perusahaan hingga milyaran itu.
"Sa, Lo pucat banget. Lo sakit?" tanya Dinda saat melihat Sakira yang memang terlihat beda dari biasanya.
Sakira menggeleng, jelas itu adalah ke bohongan karena Sakira merasa tidak enak badan sejak hari di mana Ia tiba-tiba mual. Dia mulai merasakan ada yang tidak beres dalam tubuhnya. Sakira sering kali pusing dan juga lelah, memang mual saat itu saja.
"Ir!" panggil suara dari balik punggung Sakira.
"Ya Ko." balas Sakira meski rasa pusing kembali Ia rasakan.
"Kamu sudah siap?" tanya Yanuar, Sakira menunjukkan mapnya yang tertata rapi di tas kerjanya. Yanuar mengangguk.
"Din, Kamu jangan buat ulah!" nasehat Yanuar, Dinda memanyunkan bibirnya. Sakira tersenyum geli.
"Bye Din.".
"Bye Sa.".
"Ko jaga Sakira!" Yanuar mengacungkan ibu jarinya tanpa menoleh ke belakang saat mendengar teriakan Dinda.
"Dinda itu ke napa sih selalu berisik?" Sakira terkekeh.
"Dia memang begitu Ko!" jawab Sakira enteng.
Mereka tiba di basement kantor, saat hendak membuka mobil badan Sakira terasa berputar-putar. Sakira berpegangan pada mobil Yanuar.
"Ir Kamu ke napa?" Sakira menggeleng-gelengkan kepala agar rasa pusingnya mereda.
"Aku enggak apa-apa Ko!" Yanuar tidak percaya, Dia menangkup wajah Sakira yang sangat pucat. Matanya sayu sepertinya Sakira kurang tidur.
"Ck Kamu enggak bisa bohong Ir, kita ke rumah sakit dulu!" Sakira menggeleng.
"Ko kita di tunggu bos, kita ke sana saja!" Yanuar dengan tegas berkata.
"Kita ke rumah sakit titik!".
Yanuar membuka pintu mobilnya agar Sakira masuk, Sakira menurut. Sebenarnya Sakira tidak mau harus ke rumah sakit dulu karena jika harus ke rumah sakit maka Dia akan membiarkan bosnya menunggu dan Sakira tidak mau hal itu terjadi.
Yanuar selalu menatap Sakira khawatir karena Sakira terlihat mengeluarkan peluhnya, Yanuar menggenggam tangan Sakira dengan tangannya yang bebas dari kemudi.
"Ir, Kamu masih kuat?" tanyanya khawatir, di tambah lagi Sakira dengan mata terpejam.
Ponsel Yanuar berdering.
"Ya Tuan!" jawab Yanuar saat tahu siapa yang menelfon.
"Kita tunda melihat proyek karena Tuan Lavine tidak enak badan." Yanuar menghela nafas lega
"Baik Tuan, em-tuan Saya minta izin ke luar kantor."
"Untuk apa?" tanya suara di seberang.
"Rekan kerja Saya yang akan ikut Saya untuk ke proyek juga terlihat tidak sehat, Saya ingin membawanya ke rumah sakit.".
"Baiklah." yanuar tersenyum lega.
"Terima kasih Tuan." sambungan terputus.
Yanuar dengan cepat melepas seltbelt Sakira.
"Ir!" panggil Yanuar tapi sama sekali tidak ada respon, Yanuar di landa panik. Dengan sekali hentakan Yanuar membopong tubuh Sakira yang ternyata sudah tidak sadarkan diri.
Para dokter segera memeriksa Sakira setelah membawa tubuh Sakira ke ruang perawatan.
"Ko bagaimana Sakira?" Yanuar mendongak dengan pertanyaan itu.
"Koko enggak tahu By." ya Baby tadi sempat Yanuar hubungi.
Pintu ruangan Sakira terbuka menampilkan dokter cantik yang tersenyum ke arah Baby dan Yanuar.
"Keluarga pasien?" Yanuar dan Baby mendekat.
"Ya Dok." Dokter cantik itu tersenyum.
"Suami pasien?" tanya Dokter yang membuat alis mereka bertautan.
"Maksud Dokter? Saya Abangnya." tiba-tiba suara dari belakang menginteruksi ke tiganya. Dokter lagi-lagi tersenyum.
"Selamat ya Tuan, Adik Anda hamil. Umur kandungannya masih 3 minggu dan itu sangat rentan." tubuh mereka membeku, bahkan tangan Zamy yang di jabat oleh Dokter terasa seperti batu. Baby berlari ke ruangan Sakira di ikuti Yanuar dan Zamy. Bahkan mereka tidak hiraukan Dokter tadi yang maklum saja, mungkin mereka shock.
Baby menatap Sakira yang masih terlelap itu dengan nanar, air mata tiba-tiba saja mengalir. Ada rasa bersalah dari diri Baby karena gagal menjaga sahabatnya yang sebatang kara. Zamy mengepalkan tangannya, Dia terus mengacak rambutnya frustasi. Sedang Yanuar hanya diam memikirkan banyak hal termasuk siapa yang tega menghamili Sakira?.
"Bang!" Baby memeluk tubuh Zamy dengan sesegukan, Zamy membalas pelukan Adiknya.
"Siapa yang tega buat Ira seperti ini Bang?" Zamy diam, bahkan apa yang akan Zamy ke luarkan saat ini terasa tersumbat di tenggorokan.
"Kita tanya Ira dulu." usul Yanuar.
Beberapa menit mereka menunggu membuahkan hasil, kelopak mata Sakira mulai bergerak-gerak. Mata dengan iris hitam itu kini terbuka sempurna.
"Baby, Bang Zam dan Koko." ucapnya lemah, mereka bertiga diam. Tidak tahu apa yang akan mereka ucapkan.
Sakira akan bangun di cegah oleh Zam.
"Kamu tidur saja!" Sakira merasa ada yang tidak beres di sini, apa lagi melihat mata sembab Baby.
"By Lo ke napa?" tanya Sakira.
"Siapa ayahnya Ir?" Sakira menaikkan satu alisnya, sedangkan Yanuar dan Zamy melotot.
"Bang kita harus tanyakan sama Sakira sekarang juga!".
"Iya By, Abang tahu. Tapi biar Sakira istirahat dulu!" Baby menghela nafas.
"Ada apa sih Bang, kasih tahu Ira SEKARANG!" Sakira tahu ke lemahan Zam dan Baby.
Mereka saling tatap, Zam menarik nafas. Sakira menatap mereka penuh tanda tanya.
"Kamu hamil Ir!".
IG : @hevitriAe
Fb : hevitriAe
Madiun, 13/06/20