"Kak!" Suara Luna terdengar sedikit tajam, cukup untuk menarik perhatian Talia yang sejak tadi hanya duduk diam, matanya menatap kosong ke arah meja kafe. Ia terlonjak sedikit, tersadar dari lamunannya, lalu menoleh ke arah sahabatnya yang kini menatapnya dengan ekspresi sedikit kesal. Sejak beberapa waktu terakhir, Luna memang memperhatikan perubahan sikap Talia. Perempuan itu lebih sering melamun, lebih pendiam dari biasanya. Bahkan saat mereka sedang berkumpul seperti ini, ia sering terlihat tenggelam dalam pikirannya sendiri, seolah ada sesuatu yang terus membebani kepalanya. Hari ini, mereka bertiga duduk di kafe langganan, tempat yang biasanya menjadi tempat pelarian mereka dari rutinitas yang melelahkan. Luna sengaja mengajak Nayla juga, supaya sahabat mereka itu tidak merasa sen

