Raisa duduk di kursi belakang mobil yang membawanya pulang dari kampus. Matanya menatap kosong ke luar jendela, memperhatikan gedung-gedung yang berlalu tanpa benar-benar melihatnya. Pikiran dan perasaannya bercampur aduk, terutama setelah hari yang melelahkan di kampus. Tiba-tiba, suara sopir yang ramah memecah lamunannya. "Ada ibunda Bos, Mbak," ujar sang sopir dengan nada hormat, sambil melirik ke arah Raisa melalui kaca spion tengah. Raisa menoleh dengan cepat, ekspresi wajahnya berubah menjadi campuran antara terkejut dan cemas. Ia mengangguk pelan sebagai tanda bahwa ia mendengar, meskipun hatinya mulai berdebar lebih kencang. Informasi itu datang begitu mendadak, dan ia merasa sedikit gugup. Ia memang pernah bertemu ibu mertuanya saat akad nikah, sebuah pertemuan singkat yang penu

