Khalil melangkah cepat menuju pintu rumah, menatap jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ia baru saja pulang dari kantor, dan meskipun sudah terlambat, ia tahu ada hal-hal yang harus segera ditangani. Pekerjaan di kantor DPRD selalu menyita waktu, tak jarang hingga larut malam. Tetapi malam ini, ia merasa lebih cemas dari biasanya. Masalah dengan Raisa, rumah tangga yang terus bergolak, membuatnya tidak bisa tenang. Setiap langkahnya menuju rumah terasa lebih berat, seolah-olah ada beban yang mengikutinya sepanjang jalan. Setelah meletakkan tas kerja di meja, Khalil menuju dapur. Di sana, pembantu rumah tangga mereka sedang sibuk membersihkan beberapa piring. Ia menghentikan langkahnya sejenak, melihat pembantu itu dengan raut wajah cemas. "Bu, sudah makan, Raisa?" tanya

