Maaf

1188 Words
"Hanya satu kata yang bisa aku ucapkan 'Maaf' Aku seperti ini hanya untuk mendapatkan perhatian kalian" ...... "Anak satu itu bukannya bangun, malah Molor aja, dasar gatau diri banget udah dikasih numpang juga malah gatau diri" Desis Reta bercermin memakai antingnya. Jangan lupakan mulutnya tak lepas dari ucapan untuk mengumpat serapahi Gadis yang tak lain adalah Queen. "Kasih Hukuman aja Mom" sahut Laki laki memasuki kamarnya. Sontak Reta langsung menjauhkan tangannya dari telinganya dan berbalik. Dengan wajah berbinar dia menatap Putra keduanya dengan senyum merekah. Reta berjalan kearah Anta dengan langkah anggun nya. "Kamu Sayang udah siap siap mau kesekolah? Ayuk sarapan" ajak Reta ke Anta. Anta mengulum senyum nya saat Mom nya merapikan Dasi nya. "Ayuk Mom, Anta laper" ajak Anta segera menarik tangan Reta. "Iyah sayang pelan pelan" Titah Reta saat anaknya menariknya agar lebih cepat sampai di meja makan. Meja makan masih kosong belum ad orang. Reta dan Anta berjalan santai ke Bangku mereka masing masing. "Mau makan apa Sayang?" Tanya Reta lembut ke Putranya. "Roti aja Mom" sahut Anta cepat sembari meminum Teh nya. Reta dengan gesit menyiapkan Roti untuk Putra kesayangannya itu. ••• Queen sedang bersiap diri di dalam kamarnya, bukan untuk sekolah, melainkan mempersiapkan diri untuk memberi surat pengeluaran dari sekolah nya. Misi nya berhasil untuk di D.O. Hanya saja perlu keberanian amat besar untuk memberikan surat nya pada Abang nya Queen tau benar apa yang akan terjadi selanjutnya jika dia membocorkan isi surat yang ia terima dari pihak sekolah pada orang rumah. Yang ada di pikiran Queen ada 3 yang bakal terjadi yaitu : 1. Kena semprot Mom nya. 2. Sinisan dari saudara kembar nya. 3. Dipindahkan ke sekolah yang sama dengan kembarannya. Queen mengambil tas nya dan merogoh untuk mengambil surat yang masih cantik dan rapih tertutup sempurna oleh perekat nya. Queen menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya secara kasar. Queen mengipas ngipas surat nya agar wajah nya sedikit adem. "Kasih Aja Queen lo pasti bisa oke" Queen menyemangati dirinya sendiri melalui pantulan dirinya dicermin kamarnya. Ceklek.. "Libur?" Tanya Theo yang mulai melangkah masuk kedalam kamar Queen. Queen tersenyum manis saat melihat Theo yang berdiri didepan nya dengan tangan satu didalam saku nya. Satu nya lagi bergantung bebas di udara. "Apa dibelakang kamu Queen?" Tanya Theo semakin mendekati wajahnya kearah tangan Queen untuk sekedar mengintip. "Ah. .. gaa.. gpp kok bang. . Gaa.. . Ad.... ada kok" Queen menjadi gagap sendiri untuk menjawab pertanyaan kecil dari Theo. Theo mengerutkan kening nya sedangkan Queen semakin susah untuk menghirup udara segar. Seakan tidak ada lagi udara di sekitar nya. "Abang ga percaya" kekeuh Theo melipat tangan di d**a menatap Queen dengan alis terangkat satu. "Siniin tangan kamu apa itu?" Theo menarik tangan Queen. Sekuat tenaga di tahan agar tidak terlepas. Queen memejamkan matanya seakan minta kekuatan agar tidak melepas surat itu. "Tunjukkan atau abang?" Nada bicara Theo mulai menuju pada Ancaman. Queen dengan cepat memberikan surat nya pada Theo. Theo menerima nya dan melambaikan surat itu membuat Queen keringat dingin. "Good girl" Ucap Theo mengusap kepala Queen. Selama lebih dari 3 menit Queen berdiri dan menatap Theo was was. Theo terlalu fokus membaca isi surat yang jelas jelas dirinya di nyatakan out. Theo akhirnya melipat kembali kertas surat nya dan menatap Queen meminta penjelasan. Queen mengatur nafas nya untuk menjelaskan kronologi diri nya bisa di out dari sekolah. Queen menceritakan bahwa diri nya menghajar sekumpulan anak cowok yang mengambil tempat biasa dia makan di kantin apalagi meja nya dijadikan mereka tempat membully salah satu murid disana juga. Queen hanya membela, tidak salah kan? Tidak lah!! "Jadi gitu kejadian nya." Queen selesai menjelaskan secara detail bagaimana. "Ya ampun! Kamu itu cewe kenapa gitu sih? Baik baik bicarain kan bisa." Theo mengusap rambut nya kebelakang. "Maaf bang." "Abang gak mau tau dan gak ada penolakan lagi sekarang! Kamu sekolah bareng Anta! Di QUEELI INTERNASIONAL SCHOOL!!" Tegas Anta meletakkan surat tadi di atas kasur. Queen sudah menduga dirinya akan di sekolahkan di sana. Queen sekolah di miliknya sendiri? Sangat membosankan sekali. "Tapi Echa sama Nai disana kan?" Tanya Queen agar tidak sendirian. "Iyah little Queen" jawab Theo gemas. Queen tersenyum diam diam. Ternyata Abang nya juga memindahkan sahabat nya bersamaan dengan nya. Perhatian sekali Abang nya ini. "Yaudah ayuk sarapan biar Abang aja yang urus kepindahan kamu." Ajak Theo untuk sarapan. Theo menggandeng tangan Queen dan bersamaan turun kebawah. Pemandangan yang indah. Dimana perhatian Reta yang sangat ingin dirasakannya Degg.. Sakit? Tentu. Iri? Sangat. Apalagi? Entahlah sulit di definisikan. ••• "Dek, ada abang yah abang sayang Queen" ucap Theo lirih dia juga melihat pandangan Queen tadi dia juga sendu menatap adiknya yang sangat memandang dengan keinginan. Queen noleh mendongakkan kepalanya menghadapTheo, Queen mengangguk dan mengerjapkan matanya agar air matanya tak jadi keluar. "Gitu dong senyum" Senyum Theo melebar saat melihat adiknya tersenyum bahkan dia tahu sangat tahu jika itu senyuman palsu menutupi rapuhnya hati gadis kecil itu. "Hehe Iya dong Queen gitu lho" Ucap Queen dengan tertawa Getir. "Yaudah ayuk" Queen dan Theo kembali berjalan menuju ruang makan. Disana terlihat Reta dan Anta yang sedang sarapan. Mereka menghampiri Reta dan Anta. "Pagi" sapa Theo ke Reta dan Anta yang sedang ingin memasukkan roti kedalam mulut mereka masing masing. Reta mendongakkan kepalanya menatap siapa yang menyapanya dia sebenarnya juga tau siapa yang menyapanya tetapi dia enggan menatap saat melihat ke bawah gandengan tangan Queen melekat di tangan putra sulungnya. 'Dasar benalu' batin Reta menatap sinis Queen. 'Lepas ga tuh gandengan kayak mau nyebrang aja" batin Anta dan tatapan nya masih menatap gandengan tangan itu perasaanya ah gitu lah. Jangan kira Queen tidak mendengar apa yang di batin Reta dan Anta. Jelas Queen sangat mendengar nya dengan jelas. Queen tersenyum miris dalam hati. "Anak Mom sini duduk" Respon Reta kearah anaknya. Theo dan Queen duduk di kursi mereka. Makanan pagi diiringi suara hening dan dentingan benda yang bertabrakan. "Lo kok ga pake baju sekolah lo?" Tanya Anta saat melihat pakaian berbeda dari Queen ternyata pakaiannya. "Gu.---" ucapannya disela Theo langsung. "Dia bakal pindah kesekolah QIS." jawab Theo santai. Tapi reaksi Anta sangat tidak santai malah jauh dari kata santai. "Enak aja GAK!!" Tolak Anta tak mau satu sekolah dengan Queen. "Abang yang ngatur jadi terima aja." tekan Theo menatap tajam kearah Anta. "Whatever gw mau berangkat mood gw ilang" pamit Anta menyalim tangan Reta. Saat melewati Queen ia memberikan tatapan tajam nya. "Maaf" lirih Queen yang hanya dirinya yang mendengar. "Mom mau kemana?" Tanya Queen saat melihat Mom nya berdiri hendak pergi. "SAYA BUKAN IBU MU!! SAYA GA SUDI PUNYA ANAK SEPERTI KAMU PEMBUNUH!!!" Suara Reta naik 100 oktav. "ANAK MU MOM!!" tekan Theo lagi lagi dan lagi. "TIDAK AKAN!!" ucapnya langsung menuju kamar miliknya, mungkin. "Little Queen makan dulu ya" suruh Theo "He'em bang" dehem Queen. Mereka makan dengan canda tawa, namun Reta datang kembali membawa kotak yang isi nya semua kenangan. Dia membawanya ntah mau dibawa kemana. Queen mengalihkan pandangannya je arah kotak yang digendong Mom nya. Tes.... air mata Queen jatuh bersamaan dengan apa yang dipegang Reta satu lagi. "Mom jangan Mom, itu hadiah terakhir dari Daddy" tangis Queen keluar dadi mata indahnya. "Tidak!!" Desis Reta. Reta menyalakan korek api dan membakar kertas untuk menjatuhkannya ke kotak berharga milik nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD