BAB 2

1206 Words
Rene melangkahkan kakinya menuju pintu utama, ia masuk ke dalam. Rene melihat ke dua orang tuanya sedang menonton dangdut akademi di salah satu stasiun Tv swasta. Di sana ada Frans adik laki-lakinya yang tidur di samping bunda. "Mbak ...," ucap Frans, sebelum Rene masuk ke dalam kamar, karena kamarnya terletak di lantai dasar. "Apaan," ucap Rene menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Frans. "Besok pinjam mobil lagi ya,"  "Lo mau ke mana lagi," ucap Rene ia mulai jengah melihat tingkah adik bungsunya itu. Semenjak si Frans punya SIM A, tapi udah belagu, kemana mana pakek mobil. Biasanya juga tu bocah pekek motor. "Mau buat makalah mbak di rumah Genta," "Kamu biasa pakek motor," Rene menarik nafas menatap wajah memelas Frans. Ia menatap ke dua orang tuanya masih asik nonton Tv. "Yaudah, pakek aja," "Yes !" Frans kegirangan, memakai mobil Rene lagi. "Ingat besok yang terakhir," "Oke, makasih ya mbak,"  Bunda tersenyum, melihat Frans kegirangan, "Ren ...," ucap bunda. "Iya bunda," "Besok kamu ke rumah tante Gita ya,"  "Ngapain ke rumah tante Gita bun?" Tanya Rene, masalahnya ia paling malas bertemu dengan si Berta anaknya tante Gita. Ngeselin tuh bocah centil, tapi ngangenin sih sama manusia cantik itu. Ia dan Berta udah kenal lama, dari kecil. Karena tante Gita temennya bunda sejak SMA. Kalau arisan, ia selalu di bawa, jadi deh ia dan Berta temenan. "Besok malam Berta tunangan,"  "Berta tunangan?" "Iya, Berta tunangan. Calon suaminya dokter loh,"  Wah gila, si Berta aja dapat dokter pula. Berta pasti pamer kepadanya, bahwa ia sudah dapat calon suami dokter kece. Beh, dia pasti akan besar kepala dan memamerkan dirinya yang masih belum memiliki pasangan. Pasti si Berta tertawa-tawa melihatnya masih menjomblo. "Kamu datang ya, enggak enak sama tante Gita kalau enggak datang. Kamu tahu sendiri bunda sama ayah besok pagi ke Lampung. Acaranya juga mendadak gini," bunda mencoba menjelaskan. "Iya," Bunda memperhatikan penampilan Rene. Jaket kebesaran itu terpasang di tubuh putri sulungnya. "Kamu pakek jaket siapa Ren, kok kebesaran gitu?" Tanya bunda. "Owh, ini punya temen bunda. Soalnya Rene tembus," ucap Rene memperlihatkan rok belakangnya. Bunda melihat bercak darah sedikit di rok itu, "Ya, ampun kok bisa sih," "Mana tau bunda, namanya juga datang tiba-tiba. Rene mandi dulu ya bunda," Rene lalu masuk ke dalam kamar. *********** Rene meletakkan handuk di dekat jendela kamar. Ia menatap layar ponsel, karena tadi ketika ia di kamar mandi. Rene mendengar ponsel berbunyi. Ia menatap dua panggilan tak terjawab, ternyata dari si Berta. Rene menekan nomor Berta, ia menggeser tombol hijau pada layar. Ia letakkan ponsel itu di telinga kirinya. Suara panggilan terdengar, kemudian sambungan itu terangkat. "Halo, ber," "Ren, tadi gue hubungin lo tau," ucap Berta di balik speaker ponsel. "Tadi gue lagi mandi, lo pasti mau ngasih tau kalau lo mau tunangan kan," Rene duduk di sisi tempat tidur. "Iya, lo tau dari mana?" Tanya Berta lagi. "Tau dari bunda lah siapa lagi," "Lo datangkan besok, acara tunangan gue,"  "Datang kok, tapi bunda enggak datang, besok mau ke Lampung,"  "Ngapain ke Lampung?" "Silaturahmi sama besan, kebetulan dan nikahan juga di sana," "Owh gitu," "Katanya tunangan lo dokter ya,"  "Lo tau dari mana?"  "Tau dari bunda," "Ya gitu deh,"  "Bukannya cowok lo kemarin si Bayu yang punya supermarket itu," "Udah gue putusin dia. Bayu enggak bener, masa nyimpan cewek di rumahnya. Mana tu cewek lebih cantik dari gue,"  Alis Rene terangkat, "Tumben bener, ada cewek lebih cantik dari pada lo," "Ya, emang bener dia cantik, kayak Dian Satrowardoyo tau. Gue pikir dia artis, tapi penampilannya biasa aja, kecean gue lah kemana-mana," timpal Berta. "Terus terus, si Bayu gimana tuh," "Ya, dia bilang oke, gitu doang, enggak ada merasa berasa bersalah, ketahuan selingkuh, yaudah kita putus. Enggak ada tuh dia mau jelasin siapa tuh cewek. Gila kan, berengsek abis tu si Bayu," ucap Berta. "Namanya juga dia enggak cinta sama lo. Lo aja yang kecentilan ngejar ngejar dia," ucap Rene, masalahnya ia pernah menemani si Berta jalan sama Bayu. Yang agresif si Berta, kayak ulat nangka, selalu lompat sana sini. "Namanya juga usaha," "Terus sejak kapan lo pacaran sama si dokter itu? Enggak ada angin enggak ada hujan, langsung tunangan gitu," Tanya Rene penasaran. "Anak temennya mami, kebetulan waktu itu dia ngantarin parcel ke rumah. Ya, kita kenalan di rumah secara dia kece gitu kan. Gue suruh masuk aja, sayang cowok kece di anggurin. Papi sama mami kebetulan lagi ke Bandung. Kita berdua aja di rumah, kita cerita cerita sambik ketawa tawa, lo tau lah sendiri, dia enggak pulang pulang dari rumah gue. Kita ngobrolin masa depan, dia ngajakin gue nikah, ya gue mau aja. Secara gue baru putus dari Bayu," "Gila, baru kenal lo udah terima dia. Lo yakin sama dia, Enggak pakek PDKT dulu," "Ya enggaklah, keren gitu, baik lagi," "Gue bilang oke, jadi deh sekarang kita tunangan," "Gila, terus terus," "Gue nggak pakek pacaran lagi. Orang tua gue sama orang tuanya setuju, malah seneng. Nikahnya sih nanti dua bulan lagi," ucap Berta. "Gila lo, Enggak selidiki dulu, siapa mantanya atau seluk beluknya," "Enggaklah, kata mami, anaknya baik kok," "Owh gitu," "Ya mau gimana lagi seriusin aja, mumpung ada yang mau," ucap Berta. "Terus si Bayu," "Gue lupain aja lah, udah move on juga," "Selamat deh, yang udah di lamar,"  "Lo kapan nyusul gue,"  "Nantilah gue mah gampang," padahal dalam hati ia iri, Berta aja bisa di lamar sama dokter kece. Ia tahu bahwa Berta memiliki selera tinggi soal laki-laki. Kalau dia bilang keren, pasti tu cowok keren abis. "Lo mau enggak sama abang sepupu gue, kebetulan dia baru balik dari London," "Enggak deh, gue enggak mau pakek jodoh-jodohin. Gue bisa cari sendiri," Rene tidak terlalu suka di jodoh-jodohin, apalagi sama Berta. "Yah, padahal abang sepupu gue keren loh Ren, dia marketing manager di perusahaanya Reckitt Benkiser,"  "Perusahaan bergerak di bidang apa tuh, gue baru denger," "Itu aja lo enggak tau, itu perusahaan besar, kelas dunia. Produsen produk kesehatan, lo tau kan durex, itu salah satu produknya. Posisi dia sebagai marketing manager di sana, keren gila abang sepupu gue," Berta mempromosikan kepada Rene "Jangan deh, gue bisa cari sendiri Ber. Lo kan tau gue enggak suka di jodoh jodohin," ucap Rene. "Tapi abang sepupu gue keren tau, lo pasti enggak bakalan nyesel pacaran sama dia. Duit nya banyak, kerjaanya jalan-jalan keluar negri mulu," "Owh ya," "Iya beneran, kan emang gitu kerjaanya," "Seru dong, jalan-jalan di bayar pula," "Ya, iyalah," "Siapa namanya," Rene mulai kepo, sepertinya promosi Berta sukses membuat Rene penasaran. "Namanya Farhan," "Farhan? Katanya dia keren, kok enggak punya cewek?" "Dulu sih punya, tapi udah putus. Dia minta cariin sama gue, yang cocok lah sama dia katanya. Gue sih bilang ada, temen gue kece, gue bilang namanya Rene, udah setahun jomblo. Gue kirimin aja foto lo sama gue, yang kita selfie di mall. Dia bilang lo oke, cantik," "Lo kok, gitu sih Ber. Enggak ijin gue dulu kalau mau sebar sebar foto gue," Rene kesal. "Kirain lo mau, ya udah terlanjur deh kirim sama abang sepupu gue," "Jadi gimana dong,"  "Yaudah nanti gue bilang sama mas Farhan, kalau lo enggak mau," "Owh, iya deh," "Enggak apa-apa, santai aja lagi," "Ber, udah dulu ya, perut gue keram. Soalnya gue baru datang bulan nih," "Owh iya deh," Rene lalu mematikan sambungan telfonnya. Ia membaringkan tubuhnya di tempat tidur, dan mencoba memejamkan matanya. ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD