Romansa Nakal

1040 Words
"Baguslah. Ayah sangat berharap bahwa kalian nanti akan memberikan cucu untuk Ayah." Lizzy memberikan senyuman sedang Saga menutupi wajahnya yang kesakitan. Setelahnya, tak ada lagi yang bersuara selain piring dan gelas yang menimbulkan bunyi karena saling bergesekan. Setelah menyelesaikan sarapan, Lizzy membantu Ibu Mertuanya dengan membereskan piring-piring. Saga yang melihat istrinya itu masuk ke dapur juga beranjak ke dapur. Pria itu menarik tangan Lizzy begitu Lizzy meletakkan beberapa piring di pencucian piring. "Apa maksudmu dengan menyenangkan? Jelas-jelas semalam kau telah melakukan KDRT bahkan dari tadi kau sempat menginjak kakiku!" Lizzy malah tersenyum tipis. "Sayang, masa kau tak mengerti juga. Semalam memang menyenangkan tapi hanya untukku saja karena aku membuatmu menderita." Mata Saga membulat ketika mendengar jawaban Lizzy. "Dasar gila! Kau menganggap melakukan kekerasan pada suamimu sendiri adalah kesenanganmu." "Yah terserah kau mengatakan apa, kesenanganku adalah kesenanganmu." kata Lizzy santai. Dia lalu berjalan melewati Saga hendak meninggalkannya. Namun sebelum itu terjadi, Saga menarik tangannya sampai Lizzy tertarik ke belakang. Dia mendecak kesal mulanya kemudian memutar tubuh memandang Saga yang kini berjarak dekat dengannya. "Kau bilang kesenangan? Baiklah ayo kita bersenang-senang. Kita adakan permainan namanya Jangan Jatuh Cinta. Aturan permainannya sederhana marilah kita berlomba-lomba mencari perhatian satu sama lain dan jika salah satu dari kita jatuh cinta maka--" "Dia yang akan kalah." Saga tersenyum sinis saat kalimat tersebut keluar dari mulut Lizzy.. "Aku yakin kau tak akan bisa mengalahkanku Lizzy Grace." "Jangan senang dulu Tuan Saga, permainan belum dimulai nanti kita lihat siapa yang tertawa paling akhir." genggaman dilepaskan, Lizzy berjalan menjauh dari Saga seraya menggelengkan kepala secara perlahan. "Kau melawan orang yang salah Tuan Saga." gumam Lizzy dengan pelan. "Mari kita lihat Nona Lizzy apa kau akan bisa menahan pesonaku." Sejak itulah drum perang ditabuh dan permainan dimulai. Saga lalu mencari cara agar permainan mereka itu berjalan lancar tanpa diketahui oleh orang tuanya. Akhirnya setelah lama berpikir keras, Saga mendapat sebuah ide dengan cara memisahkan Lizzy dengan orang-orang yang menyayanginya. Kalau dia berhasil maka Saga akan menang banyak karena tak ada seorang pun yang memihak Lizzy. Tepat makan malam, ketika semua orang berkumpul, Saga berdehem ingin mendapat perhatian dari setiap orang. Deheman sukses cukup membuat semua anggota keluarga menoleh ke arahnya. "Ibu aku sudah memutuskan bahwa aku akan membawa Lizzy ke rumahku. Kami sudah menikah dan sudah kewajibanku untuk menghidupinya sekarang." Alis Mahendra mengerut. "Sudah mau pergi? Kalian bahkan baru kemarin menikah, tapi sudah mau pulang saja? Lebih baik kalian tinggallah dulu sekaligus pikirkan tentang bulan madu kalian." "Ayah bulan madu bisa kita pikirkan nanti, untuk tinggal aku rasa tak baik kalau kami di sini terus." sahut Lizzy setuju dengan pernyataan Saga. Rupanya Lizzy mengerti dengan jalan pikiran pria itu. Sebuah permainan tak akan berjalan lancar ketika mereka bersama keluarga dan Lizzy sangat mendukung jika mereka pergi dari tempat tersebut. Alasan kenapa Lizzy setuju bermain sebab permainannya menguntungkan dirinya. Mahendra mengembuskan napas. "Baiklah kalau itu mau kalian. Ayah hanya menurut saja. Kapan kalian akan pergi?" "Lusa." "Besok." Baik Saga dan Lizzy saling memandang. Mereka kembali tak sepemikiran. "Lusa saja, aku harus melihat semua barang-barangku apa semuanya sudah aku bawa atau tidak?" "Pokoknya besok! Kita ini, kan baru menginap selama sehari kalau tambah satu hari makin ribet tahu!?" "Nggak nanti lusa saja." "Lizzy, aku suamimu. Kau harus menuruti perintahku sebagai seorang istri." Pertengkaran mulut terjadi di antara mereka tapi tak ada satu anggota keluarga pun yang mau melerai. Benar saja, tak lama mereka mengambil keputusan sendiri dan Saga pemenang argumen tersebut. Lizzy pun kalang kabut dengan mengemas barang malam itu juga. "Awas kau kali ini kau menang tapi ke depannya kau tak akan menang." Keesokan harinya Lizzy dan Saga telah siap dengan koper mereka. Mereka lalu pergi setelah pamit pada Mahendra dan Yuna menuju rumah Saga. Tak ada satu pun kalimat yang keluar dari mulut Lizzy dan Saga hingga mereka tiba di rumah milik Saga. Begitu mobil masuk ke dalam rumah, mereka disambut hangat oleh seluruh pelayan dan bukan itu saja. Saat keduanya keluar dari mobil, seorang wanita berjalan menghampiri mereka dengan girang ataj lebih tepatnya pada suaminya itu. "Saga!" Si wanita langsung memeluk Saga disertai ciuman liar yang penuh napsu. Pria itu tak menolak bahkan menikmati kala lidahnya dan lidah si wanita itu bersinggungan. Lebih menyenangkan lagi melihat Lizzy dari matanya ketika sedang melakukan kegiatan tersebut. Lizzy bergidik jijik dan tanpa ambil pusing bergerak masuk ke dalam rumah membuat si empunya rumah kesal setengah mati. Saga mendorong si wanita kemudian berjalan masuk mengikuti Lizzy yang melihat ke segala arah. "Apa-apaan itu tadi?" Lizzy melirik sebentar pada Saga lalu kembali lagi menatap seluruh ruangan. "Apa maksudmu?" "Mengabaikanku." Senyum sinis ditampakkan oleh Lizzy. "Oh jadi kau tersinggung mmm ... aku rasa apa yang aku lakukan itu tidak salah. Buat apa aku menonton sesuatu yang menjijikan seperti itu? Ukh, itu tak sehat untuk mataku yang masih suci." Saga menggeram. Dia kemudian menarik tangan Lizzy agar mendekat. Perlahan pergelangan tangan Saga mencengkeram lengan kecil milik Lizzy sementara matanya memandang tajam tepat pada mata coklat madu sang istri. Lizzy memang merasa kesakitan sekarang tapi dia bisa mengontrol diri dan mendorong Saga untuk menjauh. Dia lalu pergi naik ke tangga untuk melihat kamar yang akan dia tempati. Sementara salah seorang pelayan mengikutinya dengan membawa tas koper milik Lizzy yang dibawakan Syahreza kemarin pada kediamannya di siang hari. Sosok wanita itu mendekat pada Saga dan memeluknya dari belakang. "Sudahlah sayang, jangan dipikirkan. Lebih baik kita bersenang-senang," Tidak mendapat respon positif, Saga memandang wanita itu dengan tatapan tajam. "Bersenang-senang katamu? Aku sedang marah dan kamu dengan entengnya kamu mengucapkan hal itu?!" "Jangan marah dulu sayang, tenanglah. Jika kau selalu seperti ini maka kau tak akan bisa membuat gadis itu terkendali olehmu. By the way, siapa gadis itu? Apa dia mainan barumu?" "Bukan ... dia istriku." Mata si wanita membulat. "Is-istrimu? Jadi lusa kemarin, kau menikah dengan dia?" Saga mengangguk tanpa ada perasaan bersalah menyebabkan perasaan berkecamuk dalam hatinya. Pelukan dilepaskan, ada kesakitan di matanya. "Apa dia akan tinggal di sini? Bersama kita?" "Iya. Dia akan tinggal di sini." "Tapi Saga ini adalah rumah kita berdua." "Aku tak punya pilihan lain. Lagi pula kami sedang bermain dan aku tak mau kalah dari gadis itu." balas Saga seraya memandang ke lantai dua di mana Lizzy berada See you in the next part!! Bye!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD