UNTUK kali pertama dalam sejarah kehidupan seorang Arga Leavit, ia melihat sesosok mak lampir yang biasanya cerewet dan meminta untuk di rebus hidup-hidup itu nampak memasang wajah murung dengan mulut yang tertutup rapat. Hanya hembusan napas kasarnya saja yang dapat cowok itu dengar.
Awalnya Arga fikir, Shanin akan bercerita heboh mengenai kejadian menyeramkan tadi. Bahkan Arga sudah siap memasang telinga untuk mendengar celotehan panjang Shanin, namun ternyata hal ini di luar dugaan.
Dengan wajah yang masih nampak shock, gadis itu hanya melamun dengan kedua telapak tangan yang menggenggam cangkir berisi cokelat panas dihadapannya.
Dan kali pertama juga, seorang Arga mengerjakan otaknya dengan ekstra untuk mencari bahan pembicaraan di sore menjelang malam hari ini.
"Nin?" Setelah berf
