BAB 5 | Observasi Tempat

1591 Words
SEPERTI biasa, sebelum pergi untuk melakukan tugasnya, dia datang ke kamar Isabela dan mencium kening adiknya itu. Walaupun dia terlihat kejam, namun ada sisi kasih sayang yang dimilikinya untuk adiknya. Bagaimanapun juga, apa yang saat Arkana lakukan saat ini adalah untuk mendapatkan banyak uang agar dirinya bisa membahagiakan Isabela. Setelah selesai dengan sebuah kecupan singkat di kening, Arkana pergi meninggalkan kamar Isabela dan bersiap untuk pergi dari rumah. Sebuah perlengkapan di dalam tas dan juga sebuah topeng yang telah Happy siapkan pun segera Arkana gunakan. Topeng itu bergambar wajah manusia yang langsung bisa menyesuaikan dengan bentuk wajah sehingga tidak kelihatan seperti topeng. Terkadang mereka memakai topeng hitam, namun itu terlalu mencolok jika mereka sedang berada di luar markas. Arkana berhenti sejenak di tepi jalan dan menghela napas panjang. Jika sudah masuk kawasan itu, maka namanya bukan Arkana lagi. Tetapi Big Boss. Dia belum juga beranjak, masih memantau perjalanannya dan tersenyum. Apakah jalan hidupnya akan terus berisi dengan identitas ganda seperti ini? Apakah dia harus menjadi penjahat selamanya? Ah, mengapa dia harus memikirkan hal itu? Jika orang itu tidak mengajarkan Arkana menjadi seorang pembunuh bayaran, mungkin mereka—Arkana dan Isabela—masih hidup di jalanan. Tidak ada rumah yang nyaman dan aman untuk ditinggali. Tidak ada makanan-makanan enak yang bisa Isabela masak. Tidak ada uang untuk pendidikan Isabela. Dan tentunya semua itu didapatkan dari misi penting yang selalu dia lakukan bersama dengan rekan-rekannya. Terkadang, manusia diberikan pilihan. Dan mungkin, menjadi jahat adalah pilihan terbaik. Toh, tidak ada yang baik di dunia ini. Semua orang selalu punya sisi jahat. Seharusnya, Arkana tidak lagi sungkan untuk melakukan tindakan pembunuhan kepada mereka. Iya, 'kan? "Big Boss," panggilan masuk ke sebuah walkie talkie yang berada di dalam saku celananya. Big Boss mengambil walkie talkie miliknya dan mendekatkan bibirnya untuk bicara, "aku sudah berada di jalan. Aku akan sampai dalam lima menit. Apa mobil kita aman?" "Ya, kurasa sangat aman. Apa mobil yang ingin kita pakai hari ini? Mobil sport?" Tanya seseorang diseberang sana yang diyakini adalah King. "Kau ingin datang ke sebuah pesta untuk pamer? Kau lupa jika kita akan datang ke sebuah menara tua yang jauh dari kota? Apa menggunakan mobil sport itu akan membantu?" Tanya Big Boss sambil berjalan. Terdengar tertawaan dari beberapa orang di sana. Pasti mereka sudah berkumpul dan berdebat masalah mobil apa yang akan mereka pakai. Pasalnya, King adalah satu-satunya orang yang sangat menyukai mobil sport, sehingga dia ingin sekali naik mobil itu. Jendela Kematian bukan kelompok pembunuh bayaran biasa. Mereka juga mempunyai kendaraan yang lumayan banyak untuk setiap kali misi, digunakan disetiap acara yang berbeda. Mereka tentu saja harus menyamar dengan banyak penyamaran, bukan? Big Boss menuruni anak tangga di ruangan itu—sebuah diskotik yang masih dipenuhi oleh orang-orang. Mereka benar-benar menikmati hidup dengan berjoget-joget dan meminum minuman keras sampai sempoyongan. Tidak jarang sampai menginap bersama orang yang tidak di kenal. Big Boss hanya menggeleng pelan dan masuk ke dalam markas. Tepat sekali, di dalam sudah ada semuanya. "Apa aku sangat terlambat?" Tanya Big Boss sambil menatap jam yang melingkar di tangannya. "Lumayan," jawab Beauty yang sedang menikmati mi instannya. Perempuan satu itu memang suka sekali makan-makanan instan. Big Boss meletakkan barang-barang miliknya di atas meja, "rencananya sudah matang, bukan? Kita langsung pergi saja ke menara itu. Sebelum matahari terbit, kita sudah harus meninggalkan menara itu. Tentunya tanpa jejak seperti biasa." Mereka semua mengangguk lalu bergegas setelah menyelesaikan kegiatan masing-masing. Seperti menghabiskan makanan atau meminum kopi mereka yang sudah dingin. Setelah itu mereka keluar dari markas untuk menuju garasi rahasia di mana mobil-mobil mereka disembunyikan. Bear mengambil alih kemudi dan Big Boss berada di kursi samping. King, Happy, dan Beauty berada di kursi belakang. Mereka sibuk berbicara tentang hal-hal tidak penting dan sama sekali tidak membahas hal pribadi dalam hidup mereka. Iya, mereka sudah terbiasa berbicara masalah-masalah pekerjaan dan meminimkan membahas tentang masalah pribadi agar identitas masing-masing bisa terjaga. "Apakah kalian ada niatan pensiun suatu saat nanti?" Tanya Beauty tiba-tiba. Happy menggeleng, "aku kurang setuju dengan kata pensiun. Kalian tahu, aku bisa menjadi diriku sendiri ketika bersama dengan kalian. Lalu, jika kita pensiun. Itu artinya, aku tidak bisa bertemu dengan kalian. Begitupula sebaliknya. Yang membuat kita berada di sini adalah pekerjaan. Jika tidak ada pekerjaan, tidak ada alasan untuk kita terus bersama." "Kurasa yang dikatakan Happy ada benarnya. Aku juga takut kehilangan kalian semua, terutama kehilangan kamu Beauty." Jujur King dengan wajah sedih. "Tapi, apakah selamanya kita akan terus melajang? Bagaimana kalau suatu hari nanti kita menikah dan kita mempunyai anak. Apakah tidak ada perasaan khawatir dalam diri kalian terhadap keluarga kalian?" Tandas Beauty sekali lagi. "Kali ini, aku setuju dengan Beauty. Tidak selamanya kita akan melajang bukan? Lagipula, setelah menikah, kehidupan kita akan berubah. Tidak bisa sebebas sekarang dan seleluasa saat ini." Tambah Bear yang membuat Happy dan King muram. Big Boss menoleh ke belakang, di mana teman-temannya sedang berada dalam mode overthingking. "Sudahlah, kita harus bekerja. Toh, aku tidak akan melarang siapapun untuk keluar dari Jendela Kematian. Jika memang kalian mempunyai alasan kuat, mengapa tidak? Ingat, jalan hidup kalian adalah pilihan kalian sendiri." Putus Big Boss akhirnya. Mereka pun akhirnya diam dan memilih fokus dengan pekerjaan mereka terlebih dulu. Tidak lama kemudian mereka sampai di area yang cukup sepi untuk parkir. Tetapi sebelum meninggalkan mobil mereka, mereka sudah menyiapkan tutup mobil agar tidak terlihat mencolok oleh orang yang lewat. Setidaknya mereka sudah memikirkan segala hal dengan matang. Barulah, setelah mobil aman. Mereka bergegas ke menara yang berada di tengah hutan. Dari depannya saja sudah terlihat sangat seram. Tetapi karena mereka sering melihat kematian, menara semenakutkan apapun akan terlihat biasa saja. Big Boss berjalan paling depan, mencari jalan masuk selain pintu. Setelah melihat semua ruangan di menara ini dengan drone beberapa hari lalu, setidaknya dia bisa langsung menentukan dari mana mereka masuk. Ada sebuah pintu rahasia yang berada disamping menara. Seperti pintu yang digunakan menyimpan makanan orang jaman dulu, tetapi jika di sini sebagai jalan masuk juga. Krek. Mereka masuk satu-persatu. Senter dihidupkan dan hampir saja Bear berteriak jika saja Beauty tidak refleks menutup mulut rekannya itu. Ada banyak sekali tengkorak manusia di tempat ini. Mereka yakin jika ini adalah tempat pembantaian itu. Terlihat ada beberapa patung yang menyeramkan dan tulang-belulang manusia berada di dekatnya. "Hampir saja aku membangunkan semua warga," ucap Bear mengelus dadanya yang masih bergemuruh. Beauty hanya menggeleng pelan dan tertawa, "untunglah tanganku cepat. Jika tidak, mereka akan menganggap kita sebagai roh gentayangan dari menara ini." "Kau benar," sahut King yang ikut tertawa. Sedangkan Big Boss sudah berjalan lebih jauh dan membuka kertasnya di atas sebuah meja yang kotor. Kertas itu berisi gambar ruangan ini. Ada beberapa ruangan yang sudah dia coret dan diberi tanda anak panah. Big Boss membuka tintanya dan memberikan tanda lagi ketika mereka sampai di tengah ruangan. "Sepertinya, mereka akan tetap masuk lewat pintu depan." Tebak Happy sambil menunjuk gambar yang diberikan tanda panah oleh Big Boss. Big Boss mengangguk, "aku bahkan sudah bisa melihat kejadian yang akan terjadi setelah melihat bentuk fisik menara ini. Apakah kalian mau mendengar analisisku?" Mereka semua mengangguk, rancangan atau analisis Big Boss jarang sekali meleset. Jadi, mereka tidak sabar untuk mendengarkan rencana mereka. "Mereka akan lewat pintu depan. Karena pintu yang kita lewati itu sangat rahasia. Mungkin jika tidak memasukkan drone ke dalam waktu itu, kita juga akan berpikiran untuk melewati pintu saja. Toh, gembok sudah rapuh dan mudah dibuka. Tetapi jika kita melewati ruangan rahasia tadi, tidak ada yang bisa menemukan jejak kita. Menarik, bukan? Mungkin itulah alasan mengapa polisi tidak bisa menemukan bukti apapun tentang penumbalan pada masanya." Jelas Big Boss. "Kalian lihat itu," ucap Big Boss sambil menunjuk salah satu jendela yang berada cukup tinggi. "Tempat itu akan menjadi eksekusi kita. Dari pintu ke lonceng yang berada di atas membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit sambil berbincang-bincang. Setelah itu, kita akan menggunakan dua jendela itu. Jadi, obat itu akan bereaksi setelah mereka lima belas jam korban meminumnya. Bear, kau bisa mengatasinya, bukan?" Tanya Big Boss kepada Bear. "Tentu saja, aku ahli dalam hal itu." Jawab Bear dengan percaya diri. "Baik," jawab Big Boss. "Dan aku mengandalkan kalian berdua untuk masalah pertemuan dengan korban. Kalian tahu 'kan apa yang harus dilakukan?" Tanya Big Boss yang beralih kepada Beauty dan King. Keduanya mengangguk, "kami sangat paham..." "Oke, waktu kita sudah habis. Ayo kita pergi dari sini sebelum ada yang melihat kita." Ucap Big Boss mengintruksikan mereka untuk keluar sesegera mungkin. Mereka buru-buru keluar, namun dengan langkah pelan dan hati-hati. Setelah menjangkau mobil mereka. Tidak membutuhkan waktu lama untuk meninggalkan tempat itu. Meraka kembali ke markas, dengan kegiatan masing-masing. Untuk pembunuhan model seperti ini, keahlian Bear sangat dibutuhkan. Sedangkan dalam pembunuhan bersenjata, keahlian Beauty dan King sangat diandalkan. Jadi, mereka benar-benar memaksimalkan potensi yang mereka miliki pada porsi tertentu. "Apa aku boleh keluar sebentar bersama dengan Beauty?" Tanya King yang membuat semua orang langsung menatapnya. "Pekerjaanku tidak banyak, jadi aku bermaksud untuk mengajaknya melihat tempat yang akan kami kunjungi nanti." Lanjut King. Big Boss tersenyum, "baiklah! Aku tidak akan melarang kencan kalian." "Kami tidak berkencan," elak Beauty. King pun mengangguk, "kami hanya ingin melakukan observasi sebentar sebelum beraksi." "Baiklah, baiklah, terserah kalian saja." Jawab Happy menahan tawa. Setelah itu King dan Beauty pergi begitu saja meninggalkan markas. Sedangkan mereka yang berada di dalam markas sedang sibuk dengan tugas masing-masing. "Apa menurut kalian, hubungan mereka akan berhasil?" Tanya Bear yang sibuk dengan racikannya. Big Boss yang sedang mencoret-coret kertas petanya hanya mengangkat kedua bahunya, "aku rasa, mereka tidak akan berhasil dengan hubungan ini. Kalian tahu, hubungan tanpa identitas itu sulit. Dan aku sangat yakin, Beauty tidak akan membuka identitasnya. Dia teguh sekali dalam memegang identitasnya." ~~~~~~~~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD