PIKIRANNYA penuh! Dia tidak tahu harus pergi kemana untuk saat ini. Dia tidak mungkin datang ke markas dan merenung di sana, karena tidak nyaman saja ketika ada yang datang sedangkan mood- nya memburuk. Arkana memilih menyusuri jalan, menaiki taksi online dan berhenti tepat di depan sebuah tempat dengan plang bertuliskan 'apotek' di sana. Laki-laki itu menatap ke arah kanan dan kiri, lalu masuk dari sisi samping dan terdengarlah suara musik yang samar-samar.
Dia belok ke kanan, menuju sebuah lorong yang lumayan panjang tepat berada di di ruang paling pojok yang langsung menghubungkannya dengan sebuah tempat di mana musik yang terdengar samar-samar tadi berada. Dua bodyguard tersenyum tipis dan membuka akses untuknya. Arkana masuk ke dalam—suara musik yang tadinya terdengar samar-samar pun menjadi sangat jelas dan keras. Ini adalah club' malam di mana dirinya bekerja.
Tidak semua orang tahu di mana letak club' ini. Selain karena letaknya yang tidak masuk akal, club' ini juga hanya diisi oleh orang-orang ber-uang yang ingin menikmati glamornya malam tanpa takut ketahuan. Banyak sekali orang penting, pejabat, bahkan para artis pun datang kesini. Mereka bisa sepuasnya menikmati dunia malam yang mereka sembunyikan dari dunia luar demi image bersih mereka. Ya, mungkin adanya tempat VVIP seperti ini yang seringkali menjadi tempat terbaik bagi mereka untuk hidup di dunia gelap; minum alkohol, tidak jarang berbagi narkoba, bermain dengan beberapa perempuan atau laki-laki sewaan, dan kegiatan lain yang begitu suram.
Lalu, ... tanpa mereka ketahui, ada sebuah tempat yang lebih rahasia daripada club' malam itu. Sebuah markas rahasia yang mempunyai banyak barang-barang tak ternilai harganya di sana. Belum lagi garasi bawah tanahnya yang menyimpan puluhan mobil kuno hingga modern yang mengalahkan para konglomerat kaya raya yang suka memamerkan hartanya. Markas itu berada di sebuah lorong gelap yang tidak pernah dilewati orang-orang. Toh, tempatnya begitu tersembunyi—memasukinya pun menggunakan akses khusus.
Bangunan yang lumayan luas itu adalah milik kelompok Jendela Kematian. Mereka membangun bangunan ini memang digunakan untuk markas (utamanya). Namun sebagai penyamaran, mereka tidak lupa menyewakannya untuk tempat lain seperti toko obat dan juga club' berisi para VVIP di malam hari. Mungkin orang-orang tidak akan menyangka dengan adanya markas besar dengan banyak sekali koleksi barang-barang mewah di dalamnya. Belum lagi dengan teknologi maju yang tidak ditemukan di manapun.
Sayangnya, seberapa suksesnya Arkana sekarang, dia tidak bisa memamerkannya dan memberikan bukti kepada orang yang pernah menghinanya dulu—bahwasanya dirinya kaya raya. Arkana pun tidak bisa memberitahuku Isabela tentang berapa banyak kekayaannya. Dia tidak berani mengatakan tentang sumber dana yang dimilikinya sekarang. Arkana tidak siap jika Isabela mengetahui apa pekerjaan tetapnya saat ini.
Bahkan, sampai saat ini pun, dia masih memikirkan tentang Isabela. Perempuan itu memang satu-satunya prioritas yang Arkana utamakan dan tidak akan ada yang bisa mengganti posisi Isabela sampai kapanpun itu. Meskipun dirinya marah, kesal, dan kecewa, semua keinginannya hanya untuk melihat Isabela tetap hidup dengan baik. Sayangnya, Isabela menganggap bahwa Arkana hanya menghalangi kebahagiaannya.
Arkana duduk disalah satu kursi di depan meja bartender. Meminta salah satu temannya itu memberikannya minuman beralkohol di dalam botol itu. Awalnya temannya ragu karena Arkana tidak pernah minum sama sekali. Mereka bahkan mengira jika Arkana tidak bisa minum-minum. Tetapi sekarang, Arkana seperti membuktikan bahwa apa yang mereka katakan tentang dirinya adalah sebuah kesalahan. Bahkan dengan meminum satu botol pun, Arkana belum mabuk sama sekali. Jangankan mabuk, goyah sedikit saja tidak.
Laki-laki itu malah berdiri dari duduknya, memasukkan jemarinya ke dalam saku jaketnya dan ikut berbaur dengan orang-orang di lantai dansa. Berjoget mengikuti alunan musik yang begitu memekakkan telinga. Arkana memejamkan matanya dan membiarkan seluruh suara masuk dengan seenaknya ke dalam kedua telinganya. Pantas saja beberapa orang memilih club' sebagai tempat yang pas untuk melepaskan penat di dalam pikiran. Mereka bisa tenang hanya dengan membaur dan menikmati musik yang tengah diputar dengan kencang.
Tidak lama kemudian, seseorang mengalungkan lengannya di leher Arkana. Membuat laki-laki itu sontak membuka matanya dan menatap sosok perempuan berpakaian seksi tengah tersenyum ke arahnya. Dari tatapannya, Arkana bisa memastikan bahwa perempuan itu sedang mabuk.
"Lepaskan!" Tandas Arkana dengan melepaskan lengan perempuan itu dari lehernya dengan paksa.
Perempuan itu menggeleng, "mau tidur bersama? Aku baru melihatmu dan aku ingin tidur denganmu! Apa kamu tidak mau menghabiskan malam ini denganku?"
Arkana menghela napas panjang! Dia sudah mempunyai cukup banyak masalah. Mengapa harus ditambah lagi?
"Lepaskan!" Tandas Arkana yang kembali ditarik tangannya untuk mendekat ke arah perempuan itu.
Bukannya melepaskan tangan Arkana, perempuan itu lebih berani dan akhirnya memeluk laki-laki itu dengan sangat erat.
"Jangan pergi begitu saja! Apakah kamu tidak mau bersamaku malam ini? Aku kesepian! Aku butuh teman untuk bersamaku. Mengapa semua orang menjauhiku? Mencampakkan aku begitu saja. Bahkan mereka pun meninggalkan aku tanpa kata. Lalu, mereka berkhianat! Aku sendirian sekarang. Mau kah kamu bersama denganku malam ini saja?" Mohon perempuan itu dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
Arkana tentu saja tidak tersentuh sama sekali dengan ucapan dari bibir perempuan itu. Dia bukannya tidak berempati. Hanya saja dia tidak mau ikut campur dalam masalah orang lain.
"Nona, ... kamu bisa membeli laki-laki di depan sana untuk menemanimu malam ini. Aku tidak datang untuk bermain-main dengan perempuan. Aku datang untuk minum, berjoget, atau melamun. Aku sama sekali tidak tertarik dengan siapapun." Tandas Arkana to the point.
Perempuan itu memegang kedua bahu Arkana, "aku tidak peduli! Aku mau denganmu! Aku tidak suka yang lainnya! Laki-laki lainnya aku tidak suka."
Rasanya ingin sekali mendorong perempuan itu sampai jatuh agar menjauhi dirinya. Namun Arkana masih mempunyai hati untuk tidak melakukannya. Arkana akhirnya melepaskan genggaman tangan perempuan itu dengan paksa dan hendak meninggalkan perempuan berpakaian terbuka itu di sana. Tapi sayangnya, semua pandangan orang yang berada di lantai dansa begitu saja tertuju kepadanya ketika perempuan itu mulai menangis; mengatakan bahwa pacarnya pergi mencampakkannya setelah selingkuh dengan perempuan lain.
"Dia benar-benar ingin pergi dariku setelah berselingkuh deng—" ucapan perempuan itu terputus ketika tangan Arkana lebih dulu membungkamnya.
Arkana hanya bisa tersenyum kikuk di depan semua orang dan membawa perempuan itu keluar dari club' itu sebelum semakin mempermalukan dirinya. Perempuan itu tentu saja melebarkan senyumnya karena Arkana membawanya keluar.
"Apa kamu ingin bersamaku? Kamu berubah pikiran, bukan?" Tanyanya dengan merengek kepada Arkana.
Arkana mendorong perempuan itu cukup kencang, "kita tidak saling mengenal! Jadi tolong jangan terus memaksaku untuk mengikuti apa yang kamu mau. Jangan berteriak seakan-akan kita mengenal."
"Kalau begitu, ayo kenalan!" Tandas perempuan itu yang berdiri dengan tidak seimbang. Sesekali tubuhnya goyah ke kanan dan ke kiri. Kadang mencari pegangan, meraih tangan Arkana namun selalu ditepis laki-laki itu dengan sebal.
"Aku sudah memperingatkan dirimu untuk tidak menyentuhku! Kita tidak kenal sama sekali." Ucap Arkana yang mulai kehilangan kesabaran. "Kenapa semua orang menyebalkan? Bahkan aku tidak bisa menikmati waktuku karenamu!" Sambung Arkana dengan suara kesal.
Perempuan itu berusaha memegang lengan Arkana, namun lagi-lagi ditepisnya. Sampai perempuan itu oleng dan hampir jatuh. Untungnya Arkana memegangnya. Sehingga perempuan itu tidak sampai jatuh menghujam lantai lorong yang gelap.
"Ah, sial! Kenapa dia harus pingsan disaat seperti ini? Siapa yang harus aku telepon untuk membantunya?" Sambung Arkana frustasi.
Mau tidak mau Arkana membantu perempuan itu. Awalnya, dia ingin meninggalkan perempuan itu di sini. Tapi lorongnya terlalu gelap dan panjang. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan perempuan itu?
"Kenapa aku harus peduli padanya? Bahkan aku tidak mengenalnya dan dia selalu mengatakan menginginkan aku! Dasar perempuan gila!" Umpat Arkana sekali lagi.
Namun tiba-tiba dia teringat pada Isabela. Matanya menatap ke arah perempuan yang berada di dalam pelukannya itu. Tidak mungkin dia meninggalkan perempuan itu sendiri dan membiarkannya menjadi santapan para laki-laki yang tentunya akan melewati lorong ini. Dia selalu mengingat adiknya ketika ada perempuan yang membutuhkan bantuannya. Hanya saja, beberapa kali dirinya bisa menolak. Tetapi untuk kali ini, sepertinya dia harus membantu.
Arkana menggendong perempuan itu ke basement setelah mendapat kunci mobil perempuan itu. Keduanya pun masuk ke dalam mobil itu dengan perempuan itu yang duduk di jok samping—memejamkan kedua matanya dengan tidak sadarkan diri.
Tiba-tiba ponselnya bergetar dan Arkana pun membukanya. Sebuah pesan dikirimkan oleh Isabela dan Gala. Kedua pesan itu baru masuk, mungkin karena baru ada sinyal. Di dalam sana memang sinyalnya tidak baik. Sebelum membuka pesan dari Gala, Arkana membuka pesan sang adik terlebih dahulu.
"Kakak, aku menerima Kak Gala karena aku kasihan padanya. Dia tidak mempunyai siapapun lagi. Dia mengatakan bahwa aku dan Kakak adalah orang yang bisa dipercayai olehnya. Lalu aku berpikir bahwa Kakak akan setuju, tetapi ternyata tidak. Lalu aku marah dengan hal yang tidak jelas dan tidak pasti pada Kakak. Aku minta maaf! Tapi aku juga tidak bisa meninggalkan Kak Gala. Bisakah Kakak memaafkan aku?"
Suara Isabela membuatnya merasa sangat bersalah. Namun, apakah itu artinya dia harus mengalah untuk kebahagiaan adiknya. Tapi apakah yang akan dilakukan kepada Isabela jika tahu bahwa Arkana lah yang bertanggungjawab atas kematian Ayahnya? Arkana takut jika Gala menyakiti Isabela, hanya itu!
Lalu pesan kedua dikirimkan oleh Gala.
Gala : kamu berada di mana? Aku sulit sekali menghubungimu. Jika kamu membaca pesanku, segeralah datang ke rumah sakit. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada Isabela, tapi dia sudah tidak sadarkan diri. Cepat datang! Isabela pasti akan segera siuman jika bertemu denganmu.
Dunia yang Arkana tahu, rasanya menghilang. Tanpa basa-basi, dia langsung menstater mobil perempuan itu. Melupakan fakta bahwa dia tidak membawa mobilnya sendiri. Yang paling penting sekarang hanyalah keadaan Isabela saja.
~~~~~~~~~