BAB 2

1320 Words
Keadaan sangat canggung antara keduanya, mereka sama-sama terangsang, tapi Fiona tidak mau mengorbankan keperawanannya hanya karena nafsu belaka. Apalagi dia dan bos itu tidak ada hubungan apa apa. Derdi menghela napasnya karena dia masih berusaha menahan nafsunya yang masih sangat membara. "Maaf," ucapnya pelan. Fiona hanya menjawab, "Kau tidak salah, aku juga yang salah tadi." "Sebentar, aku mau ganti baju dulu, Pak. Anda bisa menunggu sebentar, kan?" ucap Fiona lalu berlari ke kamarnya. Kenapa aku bisa senafsu ini sih? Dasar adik kecil gak bisa diajak kompromi, tapi siapa sih yang nggak bernafsu melihat orang membuka pintu dengan keadaan hanya memakai kimono mandi dan dengan rambut yang di balut dengan handuk? Apalagi lehernya itu sangat menggoda. Duhhh aku nggak bisa nahan ini sumpah, aku harus apa? Biar bisa muaskan hasrat ini? Aku akan berusaha dapatin kamu, Fi, Apa pun caranya! Fiona keluar dari kamarnya dengan celana selutut dan kaos kedodoran warna putih. Sexy, hanya itu yang ada di pikiran Derdi. "Ehem btw, ada apa malam-malam kemari, Pak?" tanya Fiona sambil meletakkan orange juice di meja. "Besok ada project di luar kota selama tiga hari dan saya ingin kamu menemani saya, untuk menyiapkan keperluan saya nantinya. Dan satu lagi, kalau sedang seperti ini, jangan memanggil saya dengan sebutan Pak! Kita ini umurnya hanya selisih dua tahun, perintah Derdi. "Oh,iya, Pak eh maaf, Der," ucap Fiona meralat ucapannya. "Ya sudah, besok kita langsung ke bandara! Kamu jangan lupa siapkan berkas-berkas besok ya?" putus Derdi dan dia langsung mendekati Fiona lalu berbisik di telinganya. "Kamu sangat seksi, membuat adik kecilku berontak di dalam celana sempit ini," ucap Derdi menggoda. Ucapan bosnya membuatnya mematung seketika dan saat dia sadar dengan perkataan bosnya, dia langsung berteriak, "Dasar Bos m***m!" ucapnya ketika melihat Derdi sudah keluar dari pintu apartemennya. Dia hanya menghela napas dan berjalan menuju kamarnya untuk siap-siap, karena besok dia dan Si Bos m***m ada pekerjaan di luar kota. Pasti dia akan sangat sibuk karena bosnya yang m***m itu sangat suka menyuruhnya melakukan banyak hal, dan bahkan kadang tidak memandang waktu. Setelah membereskan semua itu, dia langsung tidur, entah apa yang terjadi besok dia tidak tau. Tapi yang pasti dia siap menerima segala resiko dari pekerjaan yang dilakukannya ini. *** Pagi - pagi sekali, Fiona sudah siap dengan koper di tangannya. Dia berjalan keluar apartmennya menuju apartmen Bos Mesumnya, dia memencet belnya berulang kali karena bosnya tidak kunjung membuka pintunya, hingga bel terakhir bosnya baru membuka pintunya dan dia masih dengan keadaan shirtless, baru bangun tidur dan belum mandi, ingat belum mandi! Fiona merengut marah, pasalnya dia sudah bangun pagi-pagi dan bosnya malah baru bangun. "Ditungguin lama ternyata baru bangun, capek tahu nunggu!" kesal Fiona. Bosnya memang semena-mena, nyuruh ini itu, eh dianya sendiri belum siap. Kan keselnya jadi double, tapi sekesal-kesalnya dia, palingan dia hanya mendumel karena tidak berani terlalu keras menyindir bosnya. "Ini juga karena kamu!" ucapan Derdi membuatnya bingung, perasaan dia tidak berbuat apa pun yang membuat bosnya sampai insomnia. "Kok gara-gara aku? Emang salah aku, apa?" tanya Fiona, polos banget mukanya. Padahal udah gede juga kok masih malu membahas hal-hal yang tabu dalam kehidupannya itu. "Kamu yang udah bangunin milikku, sehingga aku harus berendam semalaman untuk menurunkannya! Kamu tahu gak? Sampai sekarang dia masih tegak berdiri! Dan ini menyakitkan," ucapnya frustrasi sambil mengarahkan tangannya menunjuk miliknya yang masih keras. "Hah? Kok begitu banget sih?" tanyanya polos. Ya ampun Fiona, bego dan kepo mah langsung aja ngikut dasar. "Gimana mau mimpin rapat? Kalau keadaannya begini?" ucapnya semakin frustrasi, dia sengaja agar Fiona iba dan membantunya menurunkan miliknya yang masih saja tegang. "lha terus rapatnya gimana, Der? Apa kita gak jadi pergi? tanya Fiona. "Ya mungkin akan ditunda sampai dia tidur lagi," ucap Derdi pada sekretarisnya itu. "Emang bisa tidur? tanyanya polos. Derdi menyeringai lalu mengarahkan tangannya agar Fiona mendekat. "Apa kamu benar-benar mau membantuku menurunkannya? tanya Derdi pada Fiona, kesempatan dalam kesempitan ini. "Iya! Biar bisa cepet pergi rapat, Pak. Kan saya bertugas membantu, Bapak," ucapnya, dasar Secretaris With Benefit mah gini, Fiona mah mau aja di bodohin Derdi. Padahal, kan ini cuma akal-akalan Derdi untuk mencapai pelepasannya. Derdi mengajari Fiona, dia membuka ritsleting celananya dan membuka celana dalam bermereknya itu. Fiona terbelalak melihat yang ada di depannya, sangat panjang dan besar. Lalu Derdi menuntun tangan Fiona ke miliknya. Fiona pun mencoba memegang milik Derdi, awalnya dia tidak mau tapi lama kelamaan Fiona melakukannya juga. Derdi menyuruh Fiona berjongkok di depannya dan menyuruh Fiona mengulum miliknya, awalnya Fiona menolak. Karena dipaksa akhirnya dia pun menurut. Lama kelamaan Fiona pun menikmatinya, apa yang dilakukannya membuat sang empunya merem-melek sehingga dia mengeluarkan cairan kenikmatannya. Fiona hanya menatap bosnya polos, dia sangat menikmati wajah bosnya yang sedang b*******h seperti sekarang. "Pak, udah, kan? Sekarang gimana kalau Bapak mandi agar kita bisa langsung pergi?" tanya Fiona, bosnya membuang-buang waktu jika terus-menerus seperti ini. Dia juga sudah tidak tahan, awalnya dia risih, tapi lama kelamaan dia menikmatinya. "Oke, Baby, wait me! Servicemu sangat nikmat," ucapan Derdi membuat Fiona membelalakkan matanya. Bos Mesumnya memang tidak pernah berubah ya? Sekali m***m tetaplah m***m, hal ini membuatnya harus ekstra berhati-hati untuk menjaga dirinya. Dia mengutuk perbuatannya tadi yang seperti jalang, tapi dia tak ada pilihan lagi. Dia diperintah oleh bosnya, sedangkan dia juga menikmatinya. Awalnya sih jijik tapi akhirnya dia menikmati. *** Setelah menunggu, akhirnya mereka berangkat ke bandara dan langsung menuju Bali karena mereka akan membahas pembangunan resort yang ada di sana. Setelah perjalanan satu jam akhirnya mereka sampai di Bandara Ngurah Rai. Mereka menuju hotel tempat mereka menginap, Derdi sengaja memesan satu kamar agar dia bisa mencuri kesempatan dengan Fiona . Mereka menuju kamar hotel yang akan ditempatinya, Fiona terpana karena kamar ini sangat luas dan besar. Sangat mewah dan, ini baru pertama kali dia merasakan menginap di hotel yang sebagus ini. "Pak? Kenapa pesan kamarnya cuma satu?" "Oh itu? Tadi mereka kehabisan kamar jadi ya tinggal satu ini saja." "Kita rapatnya kapan, Pak?" tanya Fiona lagi. "Besok pagi kita rapat. Tolong beresin bajuku, oke? Saya mau mandi dulu" "Oh, iya, Pak." Fiona langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh bosnya itu. Derdi lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya, setelah hampir setengah jam akhirnya dia keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang membungkus pinggangnya . Dia melihat Fiona tengah duduk di bangku balkon kamar hotel tersebut, lalu Derdi berjalan pelan-pelan menghampiri Fiona, setelah dekat dengan tubuh Fiona, Derdi langsung mendekap tubuh mungil itu, di dekatkannya pada d**a bidangnya, lalu dia mulai mencium leher Fiona. "Apa yang Bapak lakukan? Tolong lepaskan, Pak!" ucapnya meronta. "Tolong biarkan begini sebentar saja, Fiona," ucapnya parau. "Eh, eh, tapi gak gini juga kali, Pak? Geli tau, ish, Pak, jangan begini dong! Masa leher saya disedot-sedot sih," ucap Fiona memberontak ingin segera dilepaskan oleh Derdi. "Kamu menikmatinya, kan ?" "Ehem. Iya, Pak, tapi ya jangan di leher juga kali! Ntar kalau keliatan gimana? Besok juga rapat tahu," ucapnya membuat Derdi menghentikan kegiatannya. "Kamu tau gak? Aku sudah ingin memilikimu saat pertama kali bertemu denganmu," "Apa?! Aku gak salah denger, Pak?" tanya Fiona. Dia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh bos nya itu. "Kamu gak salah denger, Sayang, aku sayang sama kamu," ucap Derdi langsung membalikkan tubuh Fiona dan langsung mencium bibirnya. Fiona menjauhkan badannya membuat Derdi mengernyitkan dahinya. "Bagaimana bisa?" tanya Fiona. "Cinta tidak membutuhkan alasan, Nona," ucapan Derdi dan membuat Fiona tersenyum. "Aku juga sayang kamu," ucapnya lalu melingkarkan tangannya di leher Derdi dan langsung membalas ciuman Derdi. Ciuman yang tadinya lembut berubah menjadi kasar dan penuh gairah. Derdi meraba perut rata Fiona lalu membuka kemeja yang di pakai Fiona hingga terlihatlah bra hitam yang dia pakai. Derdi lalu membenamkan wajahnya di belahan d**a Fiona dan membuat kissmark di sana. Fiona mendesah geli bercampur keenakan, dia tidak pernah merasakan sensasi yang seperti ini, ini yang pertama dalam hidupnya. "Sayang, aku ingin memilikimu seutuhnya, aku sudah tidak tahan lagi menahan gairah ini," ucap Derdi disertai dengan nafsu yang sudah menguasai dirinya. "Kalau kau ingin memiliki ku, maka menikahlah denganku!" ucapnya tegas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD