“Akhir pekan nanti, aku ingin mengajakmu pergi menemui anakku. Kamu tahu kan jika aku sudah punya anak dari pernikahanku yang dulu? Aku ingin memperkenalkan kalian. Bagaimana pun juga dia adalah anakku dan dia berhak tahu dengan siapa ayahnya ini akan menikah lagi,” ucap Steve saat di perjalanan mengantar Sani ke rumahnya. Mereka sudah cukup berdamai setelah perdebatan kecil di taman tadi dan sepertinya Sani pun sudah mulai tenang. Dia tidak lagi bertanya yang aneh-aneh dan juga sudah menerima jika dirinya tidak bisa lagi bekerja di kafe itu. Tadinya ia pikir gadis ini akan terus menyudutkannya. Sani menatap Steve yang tengah menyetir. Ia terlihat bingung dan ragu. “Haruskah aku melakukannya? Bagaimana jika dia tidak menerimaku? Atau malah membenciku dan menganggap aku telah merebutmu dar

