"Terkadang ada sebagian luka yang memilih untuk tetap tinggal, dan setia. Luka itu tidak berniat jahat, dia hanya ingin di dengar dan di ajak berteman" ** Dengan sejuta rasa terpaksa. Nisya menyeret langkah kakinya menuju kamar Silvia. Namun setelah beberapa kali mengetuk pintu dan membagi salam, sang empu kamar belum juga membukanya. Nisya mencoba membuka handel pintu yang tidak terkunci. "Silvia." Panggilnya dengan memasuki kamar menantu keduanya, lalu menutup pintu kembali. Dilihatnya sosok menantu yang terbaring di atas ranjang. Nisya mendekatinya lalu memegang lengannya. "Astaghfirullah, panas sekali. Apa dia demam?" Ucap Nisya khawatir lalu menyiapkan kompresan untuk Silvia. Saat sedang memfokuskan diri dari aktivitasnya, mata Nisya tak sengaja melihat pisau buah di ujung kasur.

