"Ibu marah karena Ningrum dan Mas Huda nggak pernah cerita soal usaha kami di Jakarta?" tanyaku pada ibu yang masih terdiam di kamarnya. Ibu menggeleng pelan lalu mengusap lenganku. "Mana mungkin ibu marah, Rum. Justru ibu bangga sama kalian, karena ternyata kamu dan Huda sukses di Jakarta. Perjuangan dan pengorbanan kamu selama ini sudah diijabahNya. Doa-doa yang selalu ibu panjatkan di sepertiga malam sudah dikabulkannya juga. Alhamdulillah. Ibu benar-benar nggak menyangka jika selama ini kalian hidup makmur di sana. Ibu sering mengkhawatirkan kalian, takut jika kamu dan Huda seperti yang digunjingkan orang-orang jika kalian menderita dan kekurangan makanya tak bisa sering pulang." Aku dan ibu saling peluk, menguatkan. Ada haru dan bahagia yang menggelora dalam d**a. Tak apalah gagal m

