11

1466 Words
SMU Harapan Nusa geger dalam sehari! Terutama yang kelas tiga. Bukan hanya karena ada dua orang kembar yang baru bertemu selalu berjalan beriringan (sebenernya Maya yang selalu “ngikutin” April), tapi juga karena keduanya sama-sama ber-otak encer. Galih, cowok terpintar kedua setelah Maya, harus rela turun pangkat ke nomer tiga semenenjak ada April. Dan yang paling bikin geger adalah, Maya yang semula cerewet jadi tambah cerewet lagi. Yang diomongin ya topik ‘kembaran tapi bukan saudara’ meskipun April memiliki versi lain: ‘kembaran tapi belum tau kalau saudara’. Dari kelas sebelah, adik kelas, tukang pangsit, tukang dawet, tukang pecel, tukang kebun, tukang tambal, sampe tukang becak juga di diceritani sama Maya. Dan lagi-lagi, kedatangan April membuat geger. Kedatangannya membuat pangkat salah seorang siswi turun juga. Cheryl, yang sebelumnya tercantik dan terpopuler harus tergusur oleh kedatangan April. Sebelumnya sih, yang pertama memang Maya, dikarenakan Maya sekarang udah punya cowok, otomatis, pangkat itu nggak berlaku lagi. Pokoknya hari ini, April bikin geger deh! Tapi April menghela napas lega karena kehebohan yang dibuatnya bersifat positif-positif aja. Jadi Bu reva nggak akan menegurnya di hari pertama sekolahnya. 00000 Hari ke dua, April memutuskan berangkat lebih pagi. Dia malas kalau harus antri absen dengan sidik jari. Mana alatnya Cuma satu lagi! Kalau di sekolahnya dulu, pake id card! Di setiap kelas ada satu, jadi ngga perlu antri. Dan ternyata April malah datang kepagian, jadi baru sedikit orang yang datang. April berjalan melewati koridor menuju kelasnya, sambil menggosok-nggosok telapak tangannya. Udara pagi Jogja sejuk, tidak seperti Jakarta. Saat masuk ke kelasnya, ternyata Maya sudah duduk di bangkunya. Tangannya memegang sebuket mawar merah. “ Jiah! Pagi-pagi udah dapet bunga.” Ujar April. Maya menoleh kaget, “ yeee... bukan buat Maya. Buat situ kok!” ujarnya. April menghampiri Maya lalu duduk di bangkunya. Benar saja, kolong mejanya penuh dengan kado-kado. Entah dari siapa saja. “ Kacau!” ucapnya. “ Bukain aja satu-satu! Biasanya ada suratnya! Kalau udah, buang aja. Tapi kalau isinya coklat atau makanan, kasih Maya aja! Kebetulan, Maya belum makan. Hehehe” ucap Maya yang sudah berpengalaman. “ Biasanya Ranggaro rocher lho!” tambah Maya. April tersenyum. Nanti waktu istirahat, dia akan mentraktir Maya makan. Semalam, April mencari alamat rumah Maya, jl. Ketoprak no 22. Ternyata cukup mudah. Tidak jauh dari tempat dia mengontrak bersama Bi Sari. Dia agak miris melihat keadaan rumah adik dan mama-nya. Jauh berbeda dengan kontrakannya. Apalagi rumahnya di Jakarta. Menurut cerita tetangga Maya, ibu Maya berkerja di pasar, tidak lagi jadi pembantu. Jual kue dan juga buka usaha jahit. Sedangkan Maya, kalau sepulang sekolah biasanya bekerja sebagai penyiar radio swasta di Jogja. Setelah membuka semua kado, dan memilah-milah mana yang ia sukai dan mana yang tidak, April memutuskan untuk memberikan barang yang tidak ia sukai ke anak-anak jalanan yang doyan ngamen di depan kontrakannya. Yang dibuang cuma yang ngasih bunga. “ Bentar ya?” ujar April sambil beranjak dari bangkunya. “ He’em” ujar Maya yang sedang merapikan barang-barang di meja mereka. April berjalan dengan santai. Tanpa ada tanda-tanda akan kedatangan seseorang yang tak asing buatnya. Dan sama juga dengan sosok itu yang baru menyadari kalau April sedang melintas di hadapannya. Membawa buket bunga-bunga dengan senyum, meskipun April malah membuka tempat sampah dan membuang bunga-bunga cantik itu! April yang merasa diamati menoleh ke arah sosok itu. Akhirnya, dua manik itu bertumbukan. Saling mencari kebenaran dalam diri masing-masing. Berusaha ingin mendapatkan jawaban yang sama. Sama-sama ingin kembali. April tersentak. Yang di hadapannya benar-benar Aksa. April mengerjapkan matanya lalu masuk ke kelasnya tanpa memperdulikan Aksa yang sama tersentaknya dengan April. Melihat ada yang tidak beres dengan raut wajah April yang tidak seceria tadi, Maya mengernyitkan dahinya, “ April kenapa?” tanyanya. April tersenyum, “ Nggak papa kok!” jawabnya bohong. April tertunduk lesu. Di ambilnya coklar delfi premium dari tasnya. Setelah di buka, April langsung menyantapnya. “ Eh, nggak boleh makan coklat pagi-pagi. Ntar sakit perut lho!” ujar Maya. “ Biarin.” Ucap April cuek. April suka makan coklat kalau sedang bingung. Makanya, di tasnya selalu ada coklat delfi premium. Kadang chunky bar. “ Hei, sayang!” Tiba-tiba Maya berseru ke arah seseorang yang baru saja masuk ke kelas. Refleks, April jadi ikut-ikutan noleh. Dan untuk keduakalinya dalam pagi ini, April tersentak melihat siapa yang dipanggil Maya dengan sebutan sayang. Binggo! Aksa! “ sini.” Panggil Maya. Sementara Aksa berjalan mendekat dengan gugup. Pandangannya terus memperhatikan April dan Maya bergantian. “ Kaget ya Maya punya kembaran? Kenalan gih!” ujar Maya polos. April yang menguasai keadaan bersikap senormal mungkin. Di ulurkannya tangan untuk memperkenalkan diri, “ April.” Ucapnya singkat. Aksa jadi semakin gugup melihat sikap April yang acuh tak acuh terhadapnya. Perlahan, di sambutnya tangan April, “ Aksa.” Ucapnya. Maya yang sama sekali tidak merasakan kalau suasana sudah berubah, hanya tersenyum sambil menatapi kekasihnya yang baru datang itu. Tanpa menyadari kekasihnya semakin gugup saat merasa April seolah-olah tidak mengenalnya. “ Duduk dong!” ucap Maya. Aksa duduk persis di depan meja Maya. Ditatapnya wajah Maya yang sejak tadi tersenyum. “ Ngapain ke sini?” tanya Maya. “ Belum makan kan?” tanya Aksa balik. Maya nyengir. “ Kamu kan punya mag! Kalo pagi makan dong!” tegur Aksa. Lalu dia mengeluarkan sebungkus roti dari dalam tasnya, “ Nih!” “ Ye! Stroberi! Ma’acih.” Ujar Maya. Aksa tersenyum. “ Mau?” tanya Maya kepada April yang telungkup di mejanya. “ Nggak ah! Aku nggak suka stroberi.” Ucap April. Maya mangut-mangut, lalu tersadar sesuatu, “ Eh, bukain dong surat-suratnya!” ucapnya. “ Oh, iya!” April lalu mengeluarkan berpuluh-puluh surat dari dalam kolong mejanya. Lalu April dan Maya mulai memilah-milah surat itu. Dan berdasarkan eliminasi Maya, yang sudah kenal dengan semua cowok-cowok di SMU Harapan Nusa, memilih tujuh surat yang menurutnya dari cowok yang paling oke. “ Ini dari Rafael!” ujar Maya, lalu mulai membacakan surat itu surat itu, “ Dear April, Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali aku lihat kamu, alias kemaren. Aku mau kok jadi cowok kamu, kalo kamu masih jomblo. Kalo kamu nerima aku, aku tunggu di belakang kantin pulang sekolah nanti. Salam cinta, Rafael.” April menahan tawa. Selain suratnya yang norak, Maya juga membacakannya dengan nada yang puitiiisss banget. Aksa aja ketawa. “ Nggak! Ogah gue!” ujar April. “ Eh, bentar-bentar!” Maya meronggoh-ronggoh amplop dari Rafael, lalu mengeluarkan sebuah foto dari dalam amplop itu, “ Widihh! Pake foto!” seru Maya geli. April merebut foto itu dari tangan Maya yang masih cekikikan. Setelah dilihatnya foto itu, April jadi ikut tertawa. “ Norak!” ujar April. Maya mangut-mangut, tanda setuju. “ Oke, surat yang lain.” Ucap Maya saat cekikikannya sudah behenti, “ Hmmmm.... yang ini dari Tedjo!” ujarnya. Dan kesimpulannya, ketujuh cowok itu sama-sama ngajak ketemuan, hari ini, sepulang sekolah, di belakang kantin. Dan semua kata-kata di suratnya itu hampir sama. 00000 Tedjo bersandar pada tembok belakang kantin sambil merapikan rambutnya yang silau terkena sinar matahari. Dengan percaya dirinya yang to the max, Tedjo yakin banget kalau April akan datang kebelakang kantin. Tedjo senyam-senyum membayangkan sebentar lagi, masa jomblonya akan berakhir. “ He, Jo! Sampeyan wis gendheng yo? Ngguya-ngguyu dewe!” Samir menegur Tedjo dan sukses membuatnya terlonjak kaget. Gangguin aja! Batin Tedjo. “ Ya kenapa to? Terserah aku!” katanya kesal. Belum lagi Samir ikut-ikutan nongkrong di situ, “ Lho? Ngapain sampeyan di sini?” tanya Tedjo. “ Lha sampeyan sendiri ngapain?” tanya Samir balik. Tedjo mencibir. Gengsi dong kalo dia bilang mau nemuin cewek di sini. Nanti dikira nggak gentle lagi. “ Nggak ada. Ngadem aja! Sampeyan?” jawabnya bohong. “ Sama! Ngadem!” ujar Samir sama bohongnya. Padahal, tujuannya ke sini sama saja dengan Tedjo, nungguin April. “ Lho! Tedjo, Samir? Ngapain kalian di sini?” Rafael muncul dari sisi lain kantin. Sementara Tedjo dan Samir menghela napas. Alhasil, sepuluh menit kemudian, di belakang kantin berkumpullah tujuh cowok yang sama-sama nungguin satu cewek. Semuanya pada bohong, menyembunyikan alasan yang sebenernya. Alasannya ya gengsi dan, niatnya pamer. Kalo salah satu dari mereka diterima, enam orang lainnya akan menjadi saksi pahit. Dan yang ditunggu-tunggu tiba. Dengan sikap tenangnya, April berjalan semakin mendekat ke tempat tujuh cowok itu. Di belakangnya, Maya membuntuti April sambil berusaha menahan tawa. Gila banget, mereka kayak mau nawar barang obral! Melihat yang dinanti sudah hampir di hadapan, ketujuh cowok itu mulai overacting berusaha menarik perhatian April. Namun, seolah-olah pertahanan perang yang dalam sekejap hancur disambar petir, hati cowok-cowok itu seolah lenyap saat April melewati mereka tanpa menoleh sedikitpun. Sementara itu, Maya yang batas ketawanya udah di ubun-ubun, sudah nggak bisa di tahan. Maya ketawa ngakak begitu melewati kerumunan cowok-cowok itu. Sumpah, nggak tahan banget lihat tampang melongo mereka. April berjalan menghampiri BMW-nya yang terparkir apik di bawah pohon mangga yang letaknya memang di belakang kantin. “ Yuk, Maya!” ajaknya. “ Ayukkk!”    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD