Bab 5. Terciduk

2008 Words
Saat ini, aku benar-benar sangat marah. Ketika kami memiliki waktu luang dan aku berhubungan badan dengan istriku, dia selalu memiliki banyak keluhan padaku. Istriku selalu menolak ketika aku menyarankan untuk mencoba beberapa macam posisi. Dia juga selalu menolak dengan keras ketika aku meminta dia untuk melakukan oral seks padaku, tetapi perempuan itu saat ini benar-benar perempuan murahan hingga dia bisa mengguncang badan mobil bersama pria lain.  Dipenuhi amarah, aku tanpa pikir panjang langsung saja berlari menuju mobil BMW tersebut. Aku tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi di dalam mobil begitu aku tiba di sana, tapi mobil itu bergoyang dengan kuat. Hanya dengan memikirkan bahwa istriku yang sangat cantik itu sedang dicabuli oleh pria lain di dalam mobil, aku benar-benar merasa sangat frustrasi.  Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku langsung mengayunkan kepalan tanganku untuk memukul jendela mobil. "b******n, keluar kau! Kau, wanita jalang juga cepat keluar!" teriakku dengan suara keras hingga paru-paruku hampir kehabisan oksigen. Pada malam yang sunyi ini, suara yang dihasilkan oleh kepalan tanganku yang memukul jendela mobil itu terdengar sangat keras. Mobil yang sebelumnya terus bergoyang dengan hebat itu tiba-tiba berhenti dan pintu bagian belakang segera terbuka lebar. "Maaf, suamiku, semuanya tidak seperti yang kau pikirkan, kami hanyalah teman biasa!" ucap seorang wanita yang sedang telanjang yang baru saja turun dari kursi belakang hanya dengan menggunakan sebuah kemeja kecil untuk menutupi bagian dadanya. Ketika aku akhirnya bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas, kemarahanku tiba-tiba hilang begitu saja ketika menyadari bahwa wanita ini bukan istriku, Danita, melainkan wanita asing yang tidak aku kenal sama sekali. Bukan hanya aku yang terkejut, wanita itu juga tampak tertegun selama beberapa saat. Dia kemudian mengulurkan tangannya untuk mendorong ke belakang rambutnya yang menjuntai dengan berantakan di bagian dahinya. Wanita itu menatapku dengan kening mengkerut ketika dia bertanya, “Tunggu dulu, Anda siapa?” Awalnya, aku benar-benar dikuasai amarah dan langsung bereaksi tanpa pertimbangan karena berpikir bahwa Danita yang sedang ada di dalam mobil. Namun saat ini, setelah menjernihkan pikiranku dan mengamati badan mobil BMW di depanku tersebut, itu ternyata adalah mobil yang berbeda.  Meskipun mobil di depanku juga merupakan mobil BMW, namun itu bukan yang Danita tumpangi sebelumnya. Menyadari kekeliruanku, aku dengan cepat berucap dengan nada malu, “Maaf, maaf sebelumnya, saya ternyata salah orang.”   Raut wajah pria yang awalnya terlihat panik di kursi belakang tiba-tiba berubah ketika dia mendengar bahwa aku ternyata hanya orang asing dan bukan suami dari wanita yang sedang bersamanya.  Dia memakai celananya dengan tergesa-gesa sebelum melompat turun dari mobil. Dia menunjuk ke arah wajahku sambil memaki dengan suara keras, “b******n sialan! Kau mengganggu kami tanpa alasan padahal aku sudah hampir ejakulasi! Aku tidak akan melepasmu dan akan membunuhmu, b******n!”  Wanita setengah telanjang di depanku juga tampak tidak terima dan segera mengulurkan tangannya untuk mencakar wajahku.  Melihat pasangan itu yang tiba-tiba tampak menggila, aku segera berbalik dan melarikan diri. Untungnya, kekuatan fisik pria itu sepertinya tidak terlalu baik. Setelah mengejarku selama beberapa saat, dia tampaknya tidak bisa menyusul aku lebih jauh lagi. Aku segera berlari memasuki wilayah taman terdekat dan bersembunyi dari pasangan tadi. Namun meskipun aku berhasil melarikan diri, aku tetap tidak merasa lega. Amarahku justru semakin memuncak hanya dengan memikirkan bahwa istriku saat ini mungkin sedang melakukan hal yang sama dengan  pria lain di luar sana. Istriku saat ini mungkin sedang melepaskan pakaian luar hingga celana dalamnya untuk menyenangkan pria lain.  Pikiranku semakin kacau dan hatiku semakin sakit hanya dengan membayangkan hal menjijikkan itu.  Dengan napas terengah-engah, aku duduk di atas bangku dan mengeluarkan ponselku dari saku celanaku. Setelah mencari nomor Danita, aku segera melakukan panggilan telepon. Butuh waktu lama untuk telepon berdering sebelum akhirnya Danita menjawab panggilanku.  Aku bisa dengan jelas mendengar suara keributan dari seberang sambungan telepon. Tampaknya Danita benar-benar sedang ada di KTV saat ini.  Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku segera bertanya, “Istriku, kamu sedang ada di ruangan yang mana? Aku tadi sempat memeriksa ramalan cuaca dan menemukan bahwa cuaca malam ini sedang sangat dingin. Jadi, aku membawa mantel saat ini untuk aku berikan padamu.”  Danita menjawab dengan cepat, "Tidak perlu, aku minta maaf karena membuatmu kuatir. Cepatlah tidur dan jangan tunggu aku karena aku akan pulang besok pagi. Di sini benar-benar sangat berisik, aku tidak bisa berbicara lebih lama denganmu.”  Aku baru membuka bibirku untuk mengatakan sesuatu namun Danita sudah memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Namun sebelum sambungan telepon benar-benar diputuskan, aku masih sempat mendengar suara seorang pria yang sedang berteriak di sana, “Kau kalah! Cepat lepaskan lagi yang lain ….” Dengan pikiran kacau, aku mematikan ponselku. Tadi, Danita memberitahu aku bahwa dia hanya akan pergi dengan para wanita dan tidak akan pria yang bergabung dengan mereka. Namun aku jelas-jelas mendengar suara pria di sambungan telepon tadi.  Apa yang kalah dan apa yang harus dilepaskan? Apakah Danita berbohong padaku tentang pesta dengan rekan kerja wanita dan justru bertemu dengan pria lain? Apakah dia berbohong padaku dan justru sedang memainkan permainan membuka pakaian dengan pria lain? Tidak hanya itu, melalui sambungan telepon tadi, aku bisa mendengar betapa kacaunya keadaan di sana.  Sepertinya ada banyak pria dan wanita yang sedang berkumpul di tempat yang sama. Mungkinkah Danita sudah sampai di tahap dia bisa bermain dengan pria mana saja di luar sana? Untuk sesaat, aku tidak tahu harus melakukan apa. Pikiranku kemudian tiba-tiba teringat pada foto yang tadi siang masuk ke ponsel Elvina. Bagaimana jika objek foto menjijikkan itu benar-benar Danita? Jika itu memang Danita, aku tidak akan bisa melanjutkan hubunganku dengannya lagi. Aku akan benar-benar tidak bisa menerima Danita yang sudah merendahkan dirinya untuk melakukan hal menjijikkan dengan pria lain selain aku. Setelah tenggelam dalam pikiranku selama beberapa saat, aku kembali menyalakan ponselku dan kembali mencoba untuk menghubungi nomor Danita. Aku terus mengulangi panggilanku sebanyak tiga  kali dan dia tetap tidak menjawab sekali pun.  Mungkinkah Danita terlalu sibuk bersenang-senang dengan mereka hingga dia tidak mendengar panggilanku sama sekali? Hanya dengan memikirkan hal itu, aku bisa merasakan hatiku yang sepertinya baru saja tenggelam ke dasar lembah yang sangat gelap.  Tunggu dulu! Aku tiba-tiba teringat bahwa Danita tadi mengatakan bahwa sahabatnya juga bergabung dengannya. Aku dengan cepat mencari nomor ponsel Dara di buku kontakku dan menelepon wanita itu dengan cepat. Namun sama dengan yang terjadi dengan Danita, Dara juga tidak menjawab panggilanku meski aku sudah mencoba berkali-kali.  Sekarang aku benar-benar semakin cemas karena suara pria asing tadi  benar-benar sangat mengganggu pikiranku.  Saat ini, aku yang sangat cemas sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Aku dengan tergesa-gesa berlari memasuki lobi KTV yang tampak kacau. Aku dengan cepat memeriksa ruangan yang ada di sana satu per satu dengan pikiran bahwa aku harus segera menemukan istriku. Tetapi setelah mencari enam atau tujuh ruangan berturut-turut, aku tetap tidak bisa menemukan Danita. Sebaliknya, aku hanya berhasil menarik perhatian pelayan tempat tersebut.  Salah seorang di antara pelayan itu menghampiri aku dan segera bertanya, “Permisi, Pak, apakah Anda salah satu pelanggan karaoke kami? Anda sebelumnya memesan ruangan yang mana?”  Pada saat ini, aku yang benar-benar sangat cemas merasa semakin tidak sabaran. Aku segera mendorong tubuh pelayan itu ketika aku berkata dengan nada kasar, “Menyingkir! Aku sedang mencari seseorang!”  Pelayan itu jelas sangat marah dengan sikap kasarku. Dia menatapku dengan tajam saat dia berkata, "Maaf, Pak, kami memiliki aturan untuk melindungi privasi pelanggan kami. Jika Anda tidak tahu nomor ruangannya, Anda tidak berhak masuk untuk memeriksa orang di dalamnya. Tolong tinggalkan tempat ini!” Sambil mengatakan hal itu, pelayan tersebut membuat isyarat dengan tangannya ke arah pintu  keluar. Namun aku tahu bahwa jika aku menunda satu menit lagi, Danita mungkin akan dimainkan oleh pria lain untuk satu menit lebih lama lagi.  Aku bergegas melewati pelayan itu dan berlari ke pintu ruangan berikutnya. Ketika aku membuka pintu, aku berteriak, "Danita! Danita, cepat keluar!” Ketika pelayan tadi melihatku menerobos masuk, dia segera mengambil radio link dan berteriak, "Seseorang membuat kekacauan di ruangan lobi di lantai pertama!"  Aku tidak memiliki waktu untuk peduli pada kata-kata pelayan itu. Aku hanya memindai seisi ruangan dengan cepat dan segera berlari menuju pintu berikutnya ketika aku tidak juga menemukan orang yang aku cari. Aku belum membuka pintu berikutnya ketika beberapa penjaga keamanan berbadan besar tiba-tiba datang. Para penjaga keamanan itu segera memukuli aku dan melemparku begitu saja keluar dari pintu masuk gedung KTV.  Aku bisa merasakan darah di dalam mulutku dan anehnya aku tiba-tiba merasa kembali tenang. Aku berpikir bahwa aku sepertinya tidak bisa langsung masuk untuk mencari Danita seperti apa yang aku lakukan tadi. Aku hanya meludah ke sisi jalan sekali sebelum kembali ke mobilku. Aku memutuskan untuk menunggu Danita keluar dari gedung itu. Jika aku benar-benar melihatnya keluar dari sana dengan pria lain, aku akan segera memberi mereka pelajaran yang sesuai.  Sepanjang malam, aku hanya menunggu di dalam mobil dan menatap lurus pada pintu gedung KTV. Aku sempat kembali mencoba menelepon Danita sekali, namun wanita itu tetap tidak menjawab panggilanku. Namun, meskipun aku menunggu hingga pagi, aku tetap tidak melihat Danita keluar dari sana.  Perasaan lelah dan juga putus asa tiba-tiba membebani diriku ketika aku akhirnya memutuskan untuk kembali mengeluarkan ponselku dan berniat menelepon Danita. Namun belum juga aku melakukan panggilan, ponselku tiba-tiba berdering dan itu adalah panggilan masuk darinya.  Aku dengan cepat menjawab panggilan masuk tersebut, “Istriku, kau sekarang ada di mana?”  "Suamiku, aku sekarang sedang di rumah. Pesta tadi malam benar-benar sangat kacau hingga aku tidak sadar bahwa kau kembali menelepon aku beberapa kali. Kenapa kau tidak ada di rumah? Apakah kau berangkat kerja lebih awal hari ini?” tanya Danita dengan suara yang terdengar sangat kelelahan.  Aku mencoba yang terbaik untuk menahan semua gejolak yang ada di hatiku. Aku berusaha tenang ketika berkata, “Iya, aku berangkat kerja lebih awal hari ini karena harus melakukan sesuatu. Ah, bagaimana dengan pestamu di KTV tadi malam?”  "Sayangnya, kami tidak pergi ke KTV tadi malam karena ternyata sudah tidak ada ruangan kosong yang tersisa di sana. Kami memutuskan untuk pergi ke tempat lain. Kau pasti sedang sibuk, jadi aku akan mematikan telepon dan akan mandi sekarang.”   Setelah mendengar Danita mengatakan semua itu, kecurigaan di benakku semakin meningkat. Bagaimana bisa tiba-tiba tidak ada ruangan kosong di KTV dan mereka harus tiba-tiba berganti tempat?  Benar-benar tidak masuk akal! Sangat jelas bahwa dia sedang berkencan dengan pria lain. Aku bahkan masih bisa mengingat dengan jelas kalimat terakhir pria itu sebelum Danita memutuskan sambungan telepon secara sepihak, itu tentang permainan membuka banyak yang dimainkan oleh pria dan juga wanita.  Ketika aku mendengar Danita berkata akan memutuskan panggilan, aku juga berniat untuk melakukan hal yang sama. Namun gerakanku tiba-tiba terhenti ketika menyadari bahwa Danita sepertinya lupa untuk memutuskan panggilan dan aku bisa dengan jelas mendengar suara tawa Danita.  Aku bahkan bisa mendengar Danita yang berkata, “Oh, jangan macam-macam di rumahku. Hati-hati! Bagaimana jika suamiku tiba-tiba pulang dan melihatmu?”  Begitu aku mendengar kalimat itu, kemarahan yang sudah coba aku tekan sejak tadi tiba-tiba kembali meledak. Aku benar-benar sangat marah. Danita, wanita jalang itu berani-beraninya berselingkuh dan bahkan berani membawa pria b******n itu pulang ke rumah kami. Aku segera mematikan teleponku dan langsung mengemudi dengan kecepatan tinggi menuju rumahku. Sial, jika aku berhasil menangkap perselingkuhan yang dilakukan oleh Danita, aku akan membunuh dua anjing itu di tempat saat itu juga. Sementara aku berpikir sambil dikuasai amarah, mobil akhirnya tiba di depan gedung tempat tinggalku. Aku naik ke atas lantai rumahku sambil berlari lalu membuka pintu rumah dengan gerakan yang sangat pelan hingga tidak menimbulkan suara apa pun.  Ketika aku akhirnya masuk ke dalam rumah, aku bisa melihat Danita yang berlari tanpa mengenakan apa-apa ke arahku sambil membungkus rambutnya yang basah dengan handuk. Dia tampak sangat terkejut ketika melihatku dan bertanya, “Suamiku? Kenapa kau tiba-tiba pulang?”  Aku mengabaikannya wanita itu. Aku hanya memfokuskan seluruh tatapanku pada lampu kamar mandi yang masih menyala dan suara pancuran air yang jelas datang dari dalam sana.  Aku mendorong Danita dari hadapanku sambil berkata dengan penuh amarah, “Kau, wanita jangan, tunggu saja! Tunggu sampai aku menangkapnya, baru aku juga akan segera membereskan kalian berdua!” Sambil berbicara, aku berbalik dan berjalan menuju kamar mandi. Dikuasai luapan amarah, aku segera membanting pintu kamar mandi agar terbuka lebar. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD