Bab 3. Pemilik Nomor Tidak Dikenal

1502 Words
Sambil terus melanjutkan kata-katanya, Direktur Favian mengulurkan tangannya untuk membuka kancing baju Elvina. Sementara Elvina yang tampak sangat ketakutan saat ini dengan cepat menutupi bagian dadanya yang terbuka dengan kedua telapak tangannya. Elvina segera memohon dengan wajah memelas sedih pada Direktur Favian agar menghentikan tindakannya. Aku melihat situasi di ruangan itu dan segera tentang memikirkan apa yang harus aku lakukan saat ini. Setelah berpikir selama beberapa saat, aku melangkah dengan terburu-buru ke depan pintu kantor. Aku mengetuk permukaan pintu yang keras itu beberapa kali sambil berteriak dengan suara keras, "Direktur Favian, saya ingin mendiskusikan tentang persoalan beasiswa dengan Anda!” Tidak lama setelahnya, suara Direktur Favian terdengar dari dalam ruangan, "Ah, Archer. Tolong tunggu sebentar, aku sedang sibuk sekarang." Pintu kantor Direktur Favian di depanku tiba-tiba terbuka secara mendadak. Elvina yang ada di ambang pintu hanya menatapku sekilas sebelum berlari pergi dengan terburu-buru. Hanya dengan sekali pandang, aku bisa melihat pakaiannya yang sedikit berantakan. Melihat penampilan Elvina barusan, aku benar-benar mengumpat Direktur Favian sepuluh ribu kali di dalam benakku. Begitu aku memasuki kantor Direktur Favian, dia tampak sedang meneguk segelas air dengan ekspresi tidak senang dan berkata kepadaku, "Archer, lain kali, tolong jangan datang dengan mendadak seperti ini jika aku sedang memiliki tamu di dalam sini. Hal itu benar-benar mengganggu pekerjaanku.” Perkataannya seperti itu, namun faktanya, pekerjaan yang dia maksud jelas hanya omong kosong. Sangat jelas bahwa dia hanya takut aku mengganggu kegiatannya melecehkan para gadis-gadis polos seperti Elvina. Namun meski mengetahui betapa busuknya pikiran Direktur Favian, aku hanya tersenyum dan berkata, “Baik.” Aku bertanya tentang pengaplikasian program beasiswa sekolah pada Direktur Favian sebelum meninggalkan ruang kantor itu setelahnya. Ketika aku tiba kembali ke ruang guru, aku melihat Elvina sedang duduk di kursi kerjanya dengan kepala yang dia letakkan di atas meja. Gadis itu jelas sedang dalam suasana hati yang buruk. Mungkin ini pertama kalinya dia mengalami pelecehan semacam itu. Aku menatap gadis itu dengan tatapan prihatin sebelum kembali duduk di kursi kerjaku dan segera bertanya dengan nada cemas, "El, apa kamu baik-baik saja?" Elvina tiba-tiba mengangkat kepalanya untuk menatapku sambil menyeka air mata dari sudut matanya. Gadis itu menyunggingkan senyum dari sudut mulutnya dan berkata, "Tidak apa-apa. Tadi, Anda melihat semuanya?" Aku mengerti apa yang dimaksud oleh Elvina. Dia pasti berpikir bahwa aku melihatnya dilecehkan oleh Direktur Favian melalui celah di jendela. Menanggapi pertanyaannya itu, aku segera mengangguk dan wajah Elvina tiba-tiba memerah. Bagaimanapun, dia adalah seorang gadis yang masih sangat muda. Sangat jelas dia akan merasa sangat malu jika mengetahui bahwa seseorang melihat dirinya ketika sedang dilecehkan. Aku dengan cepat berkata, "Tidak apa-apa, aku tahu kamu adalah gadis yang baik. Aku tahu bahwa itu bukan keinginanmu dan Direktur Favian pasti telah mengancam kamu dengan menggunakan masalah regulasi guru tetap itu, bukan?" Elvina meremas tangannya dengan kuat sebelum mengangguk. Tatapannya saat ini jelas menunjukkan bahwa dirinya tidak tahu harus berbuat apa. Mengetahui gejolak di hati Elvina, aku menghela nafas dan berkata, "Direktur Favian tidak hanya hari ini saja melakukan hal semacam itu. Dia adalah seorang direktur yang tidak akan pernah berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Jika regularisasi ini tidak terlalu penting bagimu, sebaiknya kamu secepat mungkin mencari sekolah lain dan tinggalkan tempat ini. Direktur Favian sudah melakukan hal serupa pada banyak guru magang sebelumnya dengan menggunakan masalah regularisasi itu sebagai bahan ancamannya." "Bagi saya, regularisasi ini sangat penting. Sepanjang hidupnya, Kakek ingin melihat ada anggota keluarganya yang berhasil menjadi seorang guru. Saat ini, kakek sedang sekarat, jadi saya ingin mendapatkan regularisasi secepat mungkin, agar beliau bisa beristirahat dengan tenang nantinya." Elvina berkata sambil menundukkan kepalanya. Aku ingin menghibur Elvina dengan beberapa kata lagi, tapi dia segera mengangkat kepalanya dan berkata, "Oke. Untuk saat ini, mari kita berhenti untuk membicarakan hal ini. Ngomong-ngomong, Pak Archer, apa yang ingin Anda tanyakan sebelumnya?" Aku pikir Elvina tidak mau membahas hal ini lagi dan aku juga tidak ingin membuatnya malu lagi. Setelah merasa ragu selama beberapa saat, aku kembali menatap Elvina sebelum bertanya, "Oh, aku lihat ukuran p******a milikmu cukup besar. Jadi aku hanya ingin bertanya tentang apakah tali pengait bra milikmu bisa rusak dengan cepat hanya dengan mengangkat kedua tanganmu tinggi-tinggi?" Sebelumnya, aku ingat bahwa istriku mengatakan bahwa tali bra-nya rusak dengan alasan seperti itu dan kebetulan p******a Elvina terlihat cukup besar juga. Jadi aku bertanya tentang permasalahan tersebut pada Elvina. Tapi, ketika aku menanyakannya, raut wajah Elvina tiba-tiba berubah drastis. Elvina menatapku dengan pandangan tidak percaya yang dipenuhi amarah ketika dia berkata, "Pak Archer, saya pikir Anda adalah pria yang baik. Saya tidak pernah menyangka bahwa Anda akan sama bejatnya seperti Direktur Favian." Saat itu, aku baru kembali mengingat bahwa Elvina baru saja dilecehkan oleh Direktur Favian, lalu tiba-tiba aku bertanya tentang masalah p******a miliknya. Wajar saja jika saat ini dia mengira aku memiliki niat buruk padanya. Melihat betapa marahnya Elvina saat ini dan dengan cepat segera menjelaskan tentang permasalahanku padanya. Aku menceritakan tentang rusaknya bra istriku dengan alasan tersebut dan aku bahkan memberitahu Elvina bahwa aku saat ini curiga bahwa istriku sedang berselingkuh. Setelah aku selesai menjelaskan, Elvina tampak segera mengerti mengapa aku menanyakan hal semacam itu pada dirinya. Elvina segera meminta maaf dan mengatakan bahwa dia sebelumnya telah salah paham dengan kata-kataku. Dengan wajah tersipu malu, Elvina berkata, "Tidak. Tali bra adalah benda yang sangat elastis, itu tidak akan bisa rusak, selama itu tidak ditarik dengan tenaga yang sangat kuat." Aku menghela nafas berat karena suasana hatiku tiba-tiba menjadi kembali tertekan. Pesan teks mencurigakan itu yang ditambah dengan kata-kata Elvina yang jelas menyatakan bahwa tali bra istriku tampaknya telah dirobek oleh seorang pria. Menurut penuturan Elvina sangat jelas bahwa hanya seorang pria yang bisa merusak benda semacam itu. Berbicara tentang pesan teks, mengingat isi dari pesan teks yang masuk ke ponsel istriku pagi ini yang mengatakan bahwa mulut istriku sangat hebat, jantungku seperti akan segera lepas detik ini juga. Aku selalu meminta pada istriku untuk melayani aku dengan mulutnya dan dia selalu menolak dengan keras. Namun dia ternyata menggunakan bibirnya itu untuk melayani laki-laki lain. Mungkin menebak isi pikiranku saat ini Elvina juga tampak merasa sedikit malu. Dia dengan cepat segera bangkit berdiri dan berkata, "Saya akan ke kamar mandi dulu sebentar." Elvina sudah pergi, tetapi belum lama dia pergi, sebuah pesan teks muncul di layar ponselnya yang terkunci. Aku melirik layar ponselnya sekilas dan melihat bahwa pesan yang baru saja Elvina terima adalah sebuah foto. Awalnya, aku tidak ingin tahu sama sekali, namun ketika aku melihat nomor yang tampak di layar, aku segera mengenali deretan nomor yang tidak asing itu. Bukankah itu nomor yang sama dengan nomor pengirim pesan teks yang diterima istriku pagi ini? Aku mengeluarkan nomor yang kusimpan di ponselku dan membandingkan setiap angkanya dengan deretan angka yang ada di layar ponsel Elvina. Benar saja, itu nomor yang benar-benar sama persis. Bagaimana bisa nomor ini mengirim pesan teks ke istriku tadi pagi dan sekarang mengirim pesan teks juga ke Elvina? Aku membuka pesan teks itu tanpa sadar dan foto yang muncul di layar ponsel membuat jantungku berdetak lebih cepat. Foto itu menunjukkan foto seorang wanita yang sedang memberikan oral seks kepada seorang pria. Foto tersebut tidak menunjukkan seluruh wajah wanita itu kecuali dagunya yang kecil. Di foto itu, dagu halus itu tampak ditutupi dengan cairan kental yang seperti s**u yang bahkan ada yang menggantung di sekitar bibir wanita itu juga. Foto itu secara keseluruhan relatif gelap, tetapi aku masih bisa melihat tubuh bagian depan wanita itu yang terbuka dan menunjukkan sepasang p******a yang sangat montok. Namun tidak hanya sampai di situ rasa terkejutku, hal yang lebih mengejutkan aku adalah pakaian wanita itu jelas-jelas adalah seragam seorang perawat. Ketika aku melihat foto itu, pikiranku tiba-tiba menjadi kacau. Meskipun foto itu sangat gelap, seragam perawat ini dan bentuk wajah dagu ini sangat mirip dengan istriku. Namun, jika yang ada di dalam foto tersebut benar-benar istriku, bagaimana mungkin foto semacam ini dikirim ke ponsel Elvina? Aku benar-benar merasa bingung. Ketika aku masih memegang ponsel Elvina dan menatap foto di layar dengan tatapan linglung, Elvina entah sejak kapan ternyata sudah ada di belakangku. Dia dengan cepat merebut kembali ponsel miliknya. Aku mengangkat kepalaku dan melirik Elvina yang wajahnya memerah seperti darah. “Pak Archer, mengapa Anda melihat ponsel saya tanpa izin?” tanya Elvina sambil menatap aku dengan tatapan malu Aku segera menjelaskan, "Aku tidak bermaksud begitu. Aku pikir itu adalah pesan dari nomor yang tidak dikenal. Aku pikir itu adalah pesan spam dan ingin membantumu menghapusnya. Ngomong-ngomong, apakah wanita yang ada di foto itu kamu?" Aku menatap Elvina dengan tatapan penuh antisipasi. Elvina buru-buru menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tentu saja bukan saya, bagaimana mungkin saya." Elvina tampaknya terlalu malu untuk melanjutkan kata-katanya. Aku juga mengerti apa yang dia maksud dengan mengatakan bahwa dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Aku juga sangat tahu bahwa bagian wajah yang ada di foto tersebut tidak terlihat mirip dengan bentuk wajah Elvina. Setelah beberapa saat diam, Elvina tiba-tiba kembali berkata, "Pengirim pesan itu adalah pacar saya, dia memang selalu mengirimiku foto-foto mesum." Jantungku berdetak kencang. Nomor telepon itu ternyata milik pacar Elvina dan wanita di foto itu adalah istriku?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD