Sinyal Berbahaya

1454 Words
"Udah sampai semua?" Sissy berjalan menuruni anak tangga dengan tubuh terbalut dress ketat berwarna hitam. Wajah cantiknya dipoles make up natural yang membuatnya terlihat lebih dewasa. "Okay. Gue jalan sekarang," ucapnya lalu menutup sambungan telepon. Namanya Sylvia Raline. Anak kedua dari dua bersaudara. Sherina - kakak perempuannya, sudah menikah tiga tahun yang lalu dan kini menetap di Jogjakarta mengikuti suaminya. Malam ini Sissy dan teman-temannya akan merayakan kelulusan sekolah di sebuah klub malam ternama. Ini bukan pertama kalinya Sissy mendatangi klub malam. Semenjak orang tuanya berakhir di meja hijau dua tahun yang lalu, Sissy yang semula memegang predikat anak baik-baik mendadak kehilangan kendali dalam mengontrol dirinya sendiri. Dugem, rokok, alkohol, menjadi penenangnya di saat kepala terasa hampir pecah. Kedatangan BMW putih membuat langkah kaki Sissy terhenti. Gadis berambut cokelat itu menatap tidak suka pada dua orang yang baru saja keluar dari mobil tersebut. Seorang wanita glamor menghampiri Sissy dengan wajah bahagia. Lalu pemuda yang bersamanya berjalan mengikuti dari belakang. "Sayang! Mama kangen banget sama kamu!" Sissy tidak memberikan reaksi apapun. Sementara Niken - mamanya, memeluk Sissy dengan senang. "Selamat atas kelulusannya ya, Nak. Mama bangga banget sama kamu," ucap Niken setelah melepas pelukannya. Sissy mengabaikan ucapan Niken. Matanya menatap tajam sosok pemuda yang bersandar di tiang rumah. "Ngapain ke sini?" "Mama mau ajak kamu dinner. Kita harus merayakan kelulusan kamu," ucap Niken dengan bibir tersenyum lebar. "Merayakan kelulusan aku atau merayakan hubungan kalian?" Senyum di bibir Niken hilang seketika. Lalu ia meraih tangan Mario dan mereka saling menggenggam seperti sepasang kekasih. Sissy berdecih jijik melihatnya. Sungguh ia tidak habis pikir dengan isi kepala dua manusia di hadapannya ini. "Sayang, Mama tahu kalian pernah bersama. Tapi Mama gak bisa menahan hati Mama yang mencintai Mario," ucap Niken berharap Sissy dapat memahaminya. "Aku tahu kamu gak akan mudah menerima ini. Tapi aku serius sama Tante Niken," timpal Mario yang semakin membuat Sissy ingin muntah. "Terserah. Gue gak peduli. Bye!" Sissy mengangkat kedua tangannya lantas berlalu pergi meninggalkan mama dan mantan kekasihnya. Tidak lama hubungan yang pernah Sissy jalani bersama Mario. Hanya bertahan empat bulan sampai Mario memutuskan Sissy dengan alasan ketidakcocokan. Mereka terpaut usia dua tahun. Dan sekarang Sissy tahu selera Mario bukan yang muda seperti dirinya, tapi seperti mamanya. "Kamu mau kemana?" Sissy masuk ke dalam mobil berwarna merahnya. Lalu menurunkan kaca mobil setelah menyalakan mesin kendaraan beroda empat tersebut. "Pergi ke tempat dimana aku gak bisa liat kalian!" Niken menghela napas menatap mobil yang dikendarai Sissy melaju keluar dari halaman rumah. Sementara itu Mario mengusap kedua lengannya dari belakang. "Sissy udah berubah sekarang. Tante kangen Sissy yang dulu." Mario memberikan kecupan di atas kepala Niken, lalu wanita itu membalasnya dengan memeluk pemuda tersebut. *** Mencoba terlihat baik-baik saja dengan hati yang sedang kacau ternyata sangat sulit. Sissy tidak bisa berbohong pada hati kecilnya kalau ia sangat sakit dan kecewa atas apa yang terjadi dengan keluarganya. Hidup Sissy tadinya baik-baik saja. Dia terlahir dan tumbuh di tengah keluarga kaya raya tanpa kekurangan kasih sayang. Sampai pada akhirnya, sebuah rahasia besar sang papa terkuak dan menghancurkan kebaikan itu dalam sekejap. Tama - Papa Sissy, diam-diam menikah siri dengan mantan asisten rumah tangganya. Rahasia itu baru terbongkar setelah tujuh tahun berjalan. Bahkan Tama dan Kinanti telah dikaruniai anak laki-laki berusia enam tahun. Setelah Niken menangkap basah Tama yang sedang bermesraan melalui telepon dengan Kinanti, hari itu juga Niken meminta cerai dari Tama. Konflik dan perceraian mereka memberikan dampak buruk kepada hidup Sissy. Meski Sherina selalu mengulurkan tangan padanya, tapi tetap saja Sissy merasa hancur. Tepat setelah Sissy menghentikan mobilnya di parkiran klub malam, ponselnya berdenting menandakan adanya pesan baru. Milka: Lo dimana, Sy? Anak-anak udah pada nanyain nih. Sissy segera membalas pesan tersebut. Me: Gue udah diparkiran. Kemudian gadis yang dua minggu lagi akan genap berusia sembilan belas tahun itu keluar dari mobil. Kaki jenjangnya membawa Sissy masuk ke dalam klub. Alunan musik DJ, aroma alkohol, asap rokok, menyambut kedatangannya. Sissy berjalan melewati orang-orang yang sedang berjoget di bawah lampu disko. Tentu tidak sedikit pula yang bermesraan tanpa malu di setiap tempat. Sissy tersenyum sambil melambaikan tangan saat melihat wajah teman-temannya. Beberapa botol minuman jenis vodka, whiskey, wine, dan bir berada di atas meja, bersanding bersama beberapa bungkus rokok. "Gue kira lo gak bakal datang," ucap cowok bergaya rambut undercut bernama Fabian setelah melempar sebungkus rokok Dunhill kepada Sissy. Sissy tersenyum miring sambil mengeluarkan sebatang rokok dari sana. "Ya kali gue skip." Gerald merangkul Sissy yang duduk disebelahnya. Laki-laki tampan blasteran Amerika-Manado ini memiliki rambut ikal pendek berwarna cokelat terang. Lalu ada si kembar bernama Zaidan dan Zaiden yang duduk di samping kanan dan kiri Milka. "Ngomong-ngomong lo pindah ke Jogja kapan, Sy?" Zaiden bertanya. "Dua Minggu lagi. Sama kayak kalian." Sissy sudah mendaftarkan diri untuk kuliah di sebuah universitas ternama di Jogjakarta. Begitu juga dengan Zaidan dan Zaiden yang akan kuliah di kota kelahiran ibu mereka di Surabaya. "Gila sih. Gak nyangka gue kalo kita bakal ambil jalan sendiri-sendiri secepet ini. Kayak baru kemaren kita kenalan, ya gak sih?" ucap Gerald yang dibalas anggukan serta kekehan oleh teman-temannya. "Dari enam yang bertahan di Jakarta tinggal tiga. Ya walaupun gak ada yang satu kampus, tapi semoga komunikasi kita tetep terjaga," ucap Zaidan. Milka mengangguk antusias. "Dan janji kalo kita bakal sama-sama kumpul lagi kayak gini!" "Janji!" Fabian bangun dari posisi duduknya sambil memegang gelas. "Udah mellow-nya jangan kelamaan. Mending kita party coy!" serunya sambil mengangkat gelas tersebut. Mereka tertawa lalu mengambil gelas mereka yang sudah terisi minuman dan bersulang. "CHEERS!" Semakin malam suasana klub semakin ramai. Dengan panduan DJ seksi yang berdiri di atas stage, keenam remaja itu asyik berjoget bersama para pengunjung lain. Sissy tertawa lepas. Dia benar-benar terlihat bahagia. Hanya saat bersama teman-temannya dan saat seperti ini ia seakan tidak mempunyai beban hidup apa-apa. Hingga wajah ceria Sissy hilang seketika begitu melihat sepupunya dibawa keluar dari klub oleh tiga pemuda. Sissy bisa melihat wajah penuh lebam sepupunya dan dia terlihat lemah tak berdaya. Karena panik, Sissy pergi begitu saja tanpa disadari oleh teman-temannya. "Galang! Stop! Berhenti b******n!" Teriakan Sissy berhasil menghentikan aksi ketiga pemuda itu. Mereka tertawa mengejek melihat kedatangan Sissy. "Galang!" Sissy berjongkok panik melihat sepupunya sudah lemah terbaring di tanah. Luka lebam menghiasi wajah tampannya. "Sy?" "Wohooo! Liat guys, ternyata si cupu udah punya cewek buat belain dia." Salah satu dari yang menghajar Galang tertawa, lalu diikuti oleh dua lainnya. Sissy mengepalkan kedua tangannya. Lalu bangun dan menghadap ketiga laki-laki itu dengan berani. "Siapa yang cupu? Kalian yang cupu! Badan aja gede, muka sangar, tapi beraninya keroyokan! Pengecut!" Ketiga cowok itu tertawa bersamaan. "Ini cewek kok gemesin banget ya. Jadi pengen gue goyangin di ranjang." Mereka tertawa lagi. "b******k!" Sissy melayangkan tamparan di pipi kanan laki-laki itu. Tidak terima ditampar, laki-laki itu langsung mencekal kuat pergelangan tangan Sissy hingga gadis itu meringis kesakitan. "Berani ya lo tampar gue," geram laki-laki tersebut. Matanya menyorot tajam seakan ingin menerkam Sissy. "Lepasin!" Sissy berusaha melepaskan diri. Namun, cekalan laki-laki itu sangat kuat. "Anjing! Dia gak tahu apa-apa! Jangan ganggu dia!" Galang mencoba bangun, namun cowok berambut gondrong menahannya dengan menginjak punggung Galang. "Jangan digangguin katanya, Sob," ucap laki-laki bertindik sambil tersenyum mengejek. Sissy yakin pergelangan tangannya akan meninggalkan bekas merah. Cekalan tangan laki-laki bernama Rey sangat kuat hingga membuat Sissy tak berhenti meringis. Sampai akhirnya, seseorang yang baru datang menepuk pundak Rey dan membuat semua mata teralihkan padanya. Sissy menautkan alis saat tahu siapa laki-laki itu. Dia Elkan Guevara, kakak tiri Milka. "Kak El?" Sissy bergumam pelan. Elkan tersenyum misterius menatap Sissy. "Lepasin dia, Rey," ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari Sissy. "Tapi, El, ini cewek udah kurang ajar sama gue. Dia berani nampar gue," balas Rey masih menatap Sissy penuh dendam. "Gue tahu." Elkan menepuk-nepuk pundak Rey, seakan mengatakan kalau dia yang akan mengurusnya. Akhirnya dengan perasaan tidak rela Rey melepas cekalannya di tangan Sissy. Sissy menghela napas. Dugaannya benar, pergelangan tangannya meninggalkan bekas merah. "Sy! Pergi, Sy! Cepetan!" Galang terlihat panik. Seakan ia menangkap sinyal berbahaya dari Elkan. Sissy menoleh menatap Gilang. Ia hendak menghampiri sepupunya itu, tapi pinggangnya ditarik oleh Elkan hingga membuat tubuhnya menabrak d**a bidang laki-laki itu. "Lo temennya Milka kan?" Sissy menggeliat tak nyaman. Ia berusaha melepaskan diri dari Elkan. Kalau begini namanya keluar dari kandang singa masuk ke kandang buaya. "Buset! Lo kenal, Sob?" Elkan mengabaikan pertanyaan temannya, sekarang ia menyentuh dagu Sissy dan memajukan wajahnya lebih dekat dengan wajah gadis itu. "Apaan sih, Kak? Lepasin gue!" Sissy mencoba mendorong d**a bidang Elkan dengan kedua tangannya. Tapi tentu tenaganya tidak cukup kuat untuk menandingi laki-laki ini. Tatapan Elkan jatuh pada bibir Sissy. Ia menyeringai menatap penuh nafsu bibir itu. Sialan! Sissy memukul-mukul d**a bidang Elkan. "Lepasin gue b******k!" Elkan mengangkat kepalanya. Tersenyum mengejek menatap Galang yang seakan ingin menghajarnya. "Kalian urus si Galang. Gue mau tidurin si cantik ini dulu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD