Eishi melirik jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya, untuk kesekian kalinya menghela nafas panjang lalu menatap ke arah pintu masuk restoran. "Sebenarnya dia mau datang atau enggak? Kenapa sampai sekarang belum muncul juga?" lirihnya dengan perasaan tak tenang.
Sejak 15 menit yang lalu, Eishi sudah sampai di restoran yang akan menjadi tempat di mana pria itu bertemu dengan Sean. Sampai saat ini, Sean belum juga memperlihatkan batang hidungnya, dan hal itu membuat perasaan Eishi benar-benar tak tenang. Eishi takut jika Sean tidak akan datang menemuinya, terlebih sejak tadi Sean sulit sekali dihubungi, karena itulah Eishi tidak bisa membuang pikiran tentang kemungkinan jika Sean tidak jadi jadi datang menemuinya.
Eishi meraih ponselnya yang sejak tadi tergeletak di meja, untuk kes
