13 - Pengakuan Juan.

1869 Words
Pagi ini Juan terbangun dalam keadaan tidak baiik-baik saja. Semalaman Juan memang tertidur pulas, tapi Juan tidur dengan posisi pikiran yang kacau. Juan baru saja akan menuruni tempat tidur ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Juan meraih ponselnya, menghela nafas panjang saat tahu kalau orang yang baru saja menghubunginya adalah sang Mommy. Mau tak mau, Juan mengangkat panggilan dari Pricilia. "Iya, Mom." "Kamu baru bangun atau sudah bangun dari tadi, Sayang?" "Juan baru bangun, Mom." "Oh baru bangun," gumam Pricilia. "Oh iya, kapan kamu pulang ke rumah, Sayang?" "Setelah mandi dan sarapan, Juan akan langsung pulang ke rumah, Mom." "Baiklah, Mommy tunggu." Pricilia menyahut penuh semangat. Pricilia pikir, Juan tidak akan pulang, dan jika memang Juan tidak akan pulang hari ini, Pricilia berniat menyusul Juan. "Mom, apa Daddy ada di rumah?" "Iya, Sayang. Hari ini Daddy ada di rumah, kenapa?" "Ada hal penting yang ingin Juan sampaikan pada Daddy dan juga Mommy." "Baiklah, Mommy tunggu di rumah ya." Pricilia jadi semakin tidak sabar untuk bertemu dengan Juan. "Iya, Mom, bye." "Bye, Sayang." Juan meletakkan ponselnya di nakas, dan bergegas pergi menuju kamar mandi. 1 jam sudah berlalu sejak Pricilia menghubungi Juan. Saat ini Juan sudah dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya. Hanya butuh waktu tak lebih dari 15 menit untuk Juan sampai di tempat tujuannya. Juan menghentikan mobilnya tepat di depan pintu utama. Tak lama kemudian, ada seorang pria paruh baya datang menghampiri Juan. Juan keluar dari mobil, lalu menyerahkan kunci mobil miliknya pada Pak Nardi. "Pak, tolong masukkan mobilnya ke garasi ya." "Baik, Den." Pak Nardi memasuki mobil, sementara Juan memasuki rumah setelah mengucap terima kasih. Kedatangan Juan di sambut langsung oleh Pricilia. "Daddy mana, Mom?" Juan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah rumah, mencari di mana Alexander berada. "Daddy ada di ruang kerjanya, Sayang. Kamu sudah sarapan?" "Sudah, Mom." "Mau langsung bertemu Daddy?" "Iya, Mom." Juan ingin segera berbicara dengan Alexander tentang dirinya dan Anna, menurutnya, lebih cepat lebih baik. "Ya sudah, sana. Mommy akan buatkan minum untuk kamu dan Daddy." Juan mengangguk, lalu pergi menuju ruang kerja Alexander yang berada di lantai 2. Juan pergi menemui Alexander, sedangkan Pricilia pergi menuju dapur untuk membuatkan minuman sekaligus membawakan cemilan untuk suami juga anaknya. Juan sampai di lantai 2, dan saat ini sudah berdiri tepat di depan pintu ruang kerja Alexander. Juan menarik dalam nafasnya, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Perasaan Juan campur aduk, antara gugup, takut, dan juga khawatir. Juan mengetuk pintu di hadapannya, tak lupa untuk memberi tahu Alexander jika dirinya yang datang. Tama berselang lama kemudian, Alexander memberi izin agar Juan memasuki ruang kerjanya. Begitu sudah mendapat izin, Juan memasuki ruang kerja Alexander yang sangat luas, juga penuh dengan berbagai macam buku. "Hai, Dad," sapa Juan sesaat setelah menutup pintu. Alexander yang sejak tadi menunduk, lantas mendongak, tersenyum pada Juan yang saat ini mendekatinya. "Hai, Son. Baru datang?" "Iya, Dad, Juan baru saja datang." Alexander beranjak bangun dari duduknya, lalu mempersilakan Juan agar duduk di sofa. Alexander juga duduk, tapi di sofa yang berbeda dengan Juan. "Ada hal penting yang ingin Juan sampaikan, Dad." "Wah kebetulan sekali, ada hal penting juga yang ingin Daddy sampaikan sama kamu." Perasaan Juan seketika berubah menjadi tak tenang, terlebih ketika melihat betapa bahagianya Alexander. Sayangnya, Alexander tidak menyadari perubahan mimik wajah Juan. "Jadi, siapa dulu yang akan berbicara, kamu atau Daddy?" "Daddy dulu." Juan ingin tahu hal penting apa yang ingin Alexander sampaikan padanya. "Daddy dan Mommy sudah membicarakan tentang tanggal pernikahan." "Pernikahan?" Ulang Juan dengan kening yang kini berkerut dalam. "Iya, pernikahan." "Siapa yang akan menikah?" Juan tahu, orang yang Alexander maksud pasti dirinya dan Bella, tapi tetap saja, Juan masih ingin memastikannya. "Tentu saja kamu dan Bella, masa Daddy," ucap Alexander sambil tertawa pelan. Alexander tertawa, lain halnya dengan Juan yang kini memasang raut wajah tak bersahabat. "Juan setuju untuk bertunangan dengan Bella, tapi bukan berarti Juan mau menikah dengan Bella, Dad." Ucapan Juan mengejutkan Alexander, begitu juga dengan Pricilia yang baru saja memasuki ruang kerja sang suami. "Maksud kamu apa, Sayang?" Juan menoleh, begitu juga Alexander. Orang yang baru saja bertanya bukanlah Alexander, melainkan Pricilia. Pricilia bergegas menghampiri Juan, dengan tergesa-gesa meletakkan nampan yang ia bawa di meja. "Juan, apa maksud ucapan kamu barusan?" Pricilia menatap intens Juan, begitu juga dengan Alexander. "Seperti yang tadi Juan katakan, Juan memang mau bertunangan dengan Bella dan kita berdua sudah bertunangan, tapi bukan berarti Juan mau menikah dengan Bella, Mom." Penjelasan Juan membuat Alexander dan Pricilia semakin bingung. "Kenapa bisa begitu, Sayang? Kamu belum siap menikah dengan Bella? Kalau kamu memang belum siap, tidak apa-apa, Daddy dan Mommy tidak akan memaksa kamu untuk segera meresmikan hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius." Juan menggeleng. "Bukan karena Juan belum siap, Mom, tapi karena Juan tidak mencintai Bella, jadi Juan tidak akan pernah menikahi Bella." Jawaban Juan berhasil mengejutkan Alexander dan Pricilia. Saking terkejutnya, pasangan suami istri tersebut sampai melotot. Alexander dan Pricilia berpikir jika Juan mencintai Bella, karena itulah Juan setuju untuk bertunangan dengan Bella tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Tapi sekarang, Juan malah mengatakan tidak mencintai Bella, lalu kenapa kemarin Juan malah ingin segera bertunangan dengan Bella? "Ma-maksud kamu apa si, Sayang? Jangan buat Mommy bingung dong." Juan tahu, jawabannya pasti sangat mengejutkan sekaligus membingungkan kedua orang tuanya, jadi Juan akan menjelaskannya secara perlahan. "Juan mencintai wanita lain, Mom." Butuh keberanian besar bagi Juan untuk berkata jujur. Awalnya Juan gugup sekaligus takut, tapi setelah kalimat tersebut terlontar, perasaannya berubah menjadi sangat lega, dan Juan merasa beban di bahunya sedikit berkurang. Jawaban Juan kembali mengejutkan Alexander dan Pricilia. "Ka-kamu mencintai wanita lain? Siapa? Apa Daddy dan Mommy mengenalnya?" "Juan tidak akan memberi tahu Daddy dan Mommy siapa wanita yang Juan cintai." "Kenapa, hm?" Pricilia bertanya lemah lembut. "Menurut Juan, yang paling penting sekarang adalah, bagaimana caranya agar hubungan Juan dan Bella tidak berlanjut ke jenjang yang lebih serius, entah itu lamaran atau bahkan menikah." "Jika kamu memang mencintai wanita lain, kenapa kamu setuju untuk bertunangan dengan Bella, hah? Kamu bahkan yang meminta agar Daddy dan Mommy mempercepat proses pertunangan kalian!" Alexander jelas marah, dan Juan sudah menduganya. Menurut Juan, rasanya akan sangat aneh jika Alexander tidak marah. Sejujurnya, Juan malas untuk memberi tahu orang tuanya tentang alasan kenapa ia ingin bertunangan dengan Bella, karena itu hanya akan mengingatkan tentang betapa bodoh dirinya. Juan akhirnya menjelaskan semuanya, secara detail, tanpa ada yang ia lebih-lebihkan. "Dasar bodoh!" umpat Alexander sesaat setelah mendengar penjelasan Juan. Pricilia menatap tajam Alexander, tapi Alexander memilih untuk mengabaikan tatapan tajam sang istri. Menurut Alexander, Juan memang bodoh. Juan sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan Alexander, karena apa yang Alexander katakan memang benar, dirinya sangat bodoh. "Juan akan mencari cara agar hubungan Juan dan Bella berakhir, tidak sampai ke jenjang pernikahan." "Juan!" Sejak tadi, Alexander menahan diri agar tidak membentak Juan, tapi ucapan Juan barusan berhasil memancing emosinya, sampai akhirnya, ia membentak sang putra. "Juan serius, Dad." Juan menyahut tegas. "Juan tahu Juan salah dan bodoh, karena itulah, apapun akan Juan lakukan untuk memperbaiki semua kesalahan Juan pada Anna." "Oh, jadi wanita yang kamu cintai namanya Anna," ucap sinis Alexander. "Iya, namanya Anna dan Anna yang Juan maksud adalah Anna anaknya Om Anton dan Tante Sein." Pada akhirnya, Juan memilih untuk memberi tahu identitas dari wanita yang ia cintai. "Aduh, kepala Mommy pusing," lirih Pricilia sambil memijat keningnya yang seketika menjadi pusing sesaat setelah tahu siapa wanita yang Juan cintai. Pricilia mengenal kedua orang tua Anna, karena mereka sering bertemu di acara-acara penting kantor. Pricilia juga mengenal Anna, meskipun mereka jarang bertemu, dan sudah lama tidak bertemu. Pusing bukan hanya di rasakan oleh Pricilia, tapi juga di rasakan oleh Alexander. "Kamu pikir, kamu bisa dengan mudah mengakhiri pertunangan kamu dengan Bella? Tidak, Juan! Semuanya tidak semudah yang kamu bayangkan! Semuanya tidak semudah membalikkan telapak tangan!" Alexander tidak membentak Juan, tapi nada bicaranya masih saja tegas, begitu juga dengan tatapan matanya yang sangat tajam. "Juan tahu, Dad. Juan sangat tahu semuanya tidak akan mudah, tapi, apapun akan Juan lakukan agar Juan bisa bersama dengan Anna." "Juan, kamu tidak boleh dan tidak akan bisa mengakhiri pertunangan kamu dengan Bella dalam kurun waktu dekat ini, kamu tahu itu kan?" Pricilia berkata dengan sangat hati-hati. "Juan tahu, Mom. Juan tidak akan mengakhirinya dalam kurun waktu dekat ini, tapi pasti Juan akan mengakhirinya." "Apa Bella tahu kalau kemarin kamu pergi menemui Anna? Dan tahu tentang siapa Anna sebenarnya?" Atensi Juan kembali tertuju pada Alexander. "Dia tahu, Dad. Kemarin dia mengikuti Juan sampai restoran tempat di mana Juan dan Anna bertemu. Saat itu, dia pasti melihat Anna. Tapi sepertinya dia belum tahu tentang siapa Anna sebenarnya." Alexander kembali memijat keningnya yang terasa semakin pusing. Padahal Alexander berharap jika Bella tidak tahu tentang pertemuan Juan dan Anna. Sekarang Alexander yakin, pasti Bella sudah memiliki kecurigaan terhadap Juan dan Anna. "Daddy tenang saja, apa yang Daddy takutkan tidak akan terjadi." Juan jelas tahu apa yang saat ini ada dalam pikiran Alexander. "Jangan meremehkannya Juan, kita tidak tahu seberapa nekatnya Bella." Alexander mendongak, menatap tajam Juan. Alexander tahu kalau Bella sangat mencintai Juan, oleh sebab itulah, Alexander takut jika Bella akan melakukan hal-hal nekat. "Seandainya Bella tahu jika Juan mencintai Anna, sekaligus tahu jika Juan ingin mengakhiri pertunangannya dengan Bella agar bisa kembali bersama Anna, ya sudah, biarkan saja. Toh cepat atau lambat, Bella akan tahu semuanya." "Apa yang akan kamu lakukan jika seandainya Bella melakukan playing victim dengan memberi tahu media kalau kamu dan Anna selingkuh di belakang dia?" Ya, itulah yang sebenarnya Alexander takutkan. "Memberi tahu media kalau itu semua tidak benar, dan soal kerugian perusahaan yang pasti akan kita alami dampak dari pemberitaantersebut, ya biarkan saja, toh Daddy mencari uang untuk Juan, bukan?" Juan berkata dengan sangat santai. "Juan, kamu tahu, perusahaan yang akan terkena imbasnya bukan hanya perusahaan kita, tapi juga perusahaan keluarga Anna," erang Alexander frustasi. Alexander tak habis pikir, bisa-bisanya Juan terlihat santai, tidak panik sama sekali. Sebenernya Juan memang tidak panik? Atau hanya berpura-pura tidak terlihat panik? "Dad, apa yang saat ini Daddy takutkan belum tentu akan terjadi, kan." "Daddy tahu, tapi Daddy takut jika hal itu akan terjadi, karena itulah, kita harus memiliki rencana mulai dari sekarang." "Juan yakin, Bella tidak akan berani melakukan kebohongan seperti itu, Dad. Bella pasti tahu, apa resiko yang akan dia dan keluarganya alami jika sampai media tahu apa yang sebenernya terjadi." Juan berharap Bella tidak senekat itu. "Tapi, jika seandainya Bella sampai senekat itu, maka Juan akan meminta bantuan Opa jika memang Daddy tidak sanggup mengatasi berbagai macam masalah yang nanti akan timbul." Setelah mengatakan kalimat yang berhasil mencengangkan kedua orang tuanya, Juan keluar dari ruang kerja Alexander, meninggalkan Alexander dan Pricilia yang kini pusing tujuh keliling. "Dia persis seperti kamu saat masih muda, Dad." Pricilia menyindir Alexander. Ketika melihat betapa ngototnya Juan untuk mengakhiri pertunangannya dengan Bella, lalu mendengar tentang bagaimana cara Juan untuk menyelesaikan masalah yang mungkin nanti akan timbul, Pricilia teringat pada Alexander saat Alexander masih muda, dulu. Alexander mendengus, lalu membela diri. "Juan jauh lebih keras kepala dari Daddy, Mom." "Bagi Mommy sama saja, Daddy dan Juan tidak ada bedanya, sama-sama keras kepala." Pricilia menyahut ketus. "Tapi baguslah, itu artinya, dia benar-benar anak Daddy, bukan anak tetangga atau anak dari mantan-mantan Mommy." "Tentu saja dia anak Daddy, wajahnya saja mirip dengan Daddy," balas ketus Alexander. Kali ini giliran Pricilia yang mendengus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD