Mencengkram stir di hadapannya, Asta masih berusaha menahan emosi. Bukan saatnya untuk membuat keributan di acara reuni itu, Asta... Bukan. Sani lebih penting saat ini. Ya, keadaan sahabatnya itu jauh lebih penting. "Lo nggak apa-apa?" Asta menatap khawatir, melupakan sejenak apa yang memancing amarahnya detik itu. Gadis di sampingnya masih menunduk, meremas jemarinya satu sama lain. Dari jaraknya, Asta tidak bisa memastikan jelas ekspresi gadis itu karena wajah Sani menghadap ke arah jendela di sampingnya. Tapi yang Asta bisa pastikan dari apa yang ia lihat, Sani sedang berusaha mengontrol dirinya sendiri. "Sa..." panggil Asta berusaha mendapat respon. Dia tidak akan menjalankan mobilnya sebelum Sani menjawab panggilannya. Gerakan terakhir yang Asta amati dari kedua tangan Sani adalah

