FH #2

1355 Words
☆☆☆☆☆ Gue menggeliat di dalam selimut lalu tangan gue meraih guling untuk mendapatkan telinga gue. Tapi suara berisik itu malah terdengar semakin nyaring. Gue mengerang kesal dan dengan berat hati membuka mata gue. Melirik ke Arah nakas, ada sumber suara itu. Pagi-pagi buta gini ada yang nelpon gue dan semalem gue lupa buat mode silent hp gue. Sial. Tangan gue dapatkan hp gue yang bercasing pink. Gila aja. Gue bener-bener gak suka warna pink tapi hp gue warna pink? Di layar hp gue tertera nama Pak Roger. Seketika mata gue terbuka lebar, rasa kantuk gue lenyap seketika. Jantung gue berdebar kencang. Masih jam 5 tapi Pak Roger udah nelpon gue. Apa karena masalah kemarin? "Ha-halo, Pak. Selamat pagi!" "Ya. Pagi, Ril. Hari ini apa kamu bisa datang lebih cepat?" Refleks gue butuh saliva pelan. Ini Pasti gue di pecat. Gue di suruh dateng biar karyawan yang lain gak tau soal pemecatan gue. Oke Dapatkan hargai niat baik Pak Roger. "Bisa, Pak. Jam berapa aku sudah harus berdiri di kantor?" "Kalau bisa jam 7 ya!" "Baik, Pak. Akan saya usahakan ---" "Jangan di usahakan ya, Ril. Tapi harus. Ini memerlukan masa depan kamu," Mati gue. Bener kan dugaan gue. Pak Roger mau mecat gue. "Iya, Pak. Saya pasti datang jam 7." "Oke, Ril. Sampai bertemu nanti!" Setelah itu Pak Roger memutus sambungan telpon. Gue menghela nafas sebelum kembali meletakkan hp gue di tempat semula. Kira-kira gue dapet pesangon sebanyak ya? Kerja baru juga sehari-hari udah dipecat aja. ☆☆☆☆☆ Gue langsung masuk ke ruang kerja Pak Roger. Mata gue melotot lebar saat menatap sosok wanita yang berdiri di sebelah kursinya. Bu Lian. Istri sah Pak Roger. Mendadak kaki gue rasanya lemes banget. Gue bakal kena sidang ini. "Ma-maaf, Pak, Bu. Soal kemarin saya benar-benar minta maaf. Saya tidak tau kalau--" "Sudahlah, Ril. Masalah kemarin tidak usah di bahas lagi ya. Saya hargai sikap kamu," sela Pak Roger membuat pandangan mata gue menunduk, takut. "Kamu saya suruh datang kesini karena ada hal penting yang ingin saya sampaikan." "Apa saya dipecat, Pak?" tanya gue seketika setelah mendongak menatap Pak Roger. "Dipecat?" pekik Pak Roger dan Bu Lian bersamaan. Pak Roger terlihat menatap ke arah Bu Lian sebentar lalu fokus lagi ke gue. "Siapa yang mau mecat kamu, Ril?" "Lha terus apa, Pak?" Pak Roger tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Kamu ini ada-ada aja, Ril. Justru saya mau minta tolong sama kamu. Saya rencana mau ke Luar Negeri untuk beberapa minggu tentunya bersama istri saya. Nah, untuk sementara waktu perusahan akan di pegang oleh anak saya. Dan saya harap kalian bisa bekerja sama." "Oh baik, Pak. Saya kira Bapak mau mecat saya gara-gara kejadian kemarin." "Soal yang kemarin lupakan saja. Nantinya kamu akan lebih sering berada di kantor ini sendirian karena anak saya akan memantau dari jauh." "Loh. Memangnya anak Bapak ada di Luar Negeri juga?" tanya gue cepat. "Tidak, Ril. Anak saya ada di Surabaya hanya saja dia akan jarang sekali ke kantor. Kalau ada apa-apa segera beritahu anak saya atau kamu bisa telpon saya." Gue mengangguk sekali mendengar penjelasan Pak Roger. Setelah itu gue keluar dari ruangan Pak Roger. Gue menghirup nafas lega. Kirain gue bakalan di pecat gak taunya di kasih wejangan dan dititipin amanat buat jaga Perusahaan. Lumayanlah. Berarti gue masih bisa ngatur keuangan gue buat nyicil mobil. ☆☆☆☆☆ Gue ngirim laporan dan berkas-berkas penting lewat email. Hari pertama tanpa Bos di kantor. Rasanya sedikit aneh sih, biasanya selalu liat Pak Roger di dalam ruangannya. Sebenarnya gue agak enak juga kerja tanpa ada Bos gue cuman ya gitu, kerjaan gue kayak bertambah banyak. Di tambah gue harus sering-sering kirim laporan via email ke anaknya Pak Roger. Kenapa anaknya gak ke kantor aja sih? Ribet banget kalo kayak gini. Satu jam lagi ada jadwal meeting tapi Bos gue milih meeting di outdoor. Oh iya, sekedar informasi. Anaknya Pak Roger namanya Alexi. Kok namanya mirip gue ya? Ah bodo amat. Yang penting gue fokus kerja dan kerja. Gue pengen punya mobil sendiri. Masa kemana-mana naek ojek online? ☆☆☆☆☆ Masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat dan langsung menuju dapur. Membuka kulkas dan mengambil minuman dingin. Jalanan Surabaya selalu macet pada pagi dan sore hari. Naik ojek aja kena macet apalagi naik mobil? "Habis nguli, Ril?" celetuk Mama yang sedang sibuk memasak di dapur. "Ngojek, Ma!" sahut gue asal dan kembali meletakkan botol minuman itu ke dalam kulkas. Mama malah terkikik geli sambil gelengin kepalanya. "Kerja di kantoran kayak nguli aja, Ril." "Gimana gak nguli, Ma? Bos aku tuh aneh---" "Katanya bos kamu baik?" sela Mama. "Itu Bapak sama Emaknya, ini anaknya Ma. Aneh banget, Ma. Masa kerjanya di rumah?" "Ya gak pa-pa dong, Ril. Yang penting kan semua aman terkendali." "Ya emang aman sih, Ma. Cuman kan ribet. Apa-apa harus kirim email, bentar-bentar ngecek email. Mau istirahat aja kepikiran sama email." Mama kembali terkikik sambil terus mengaduk masakannya. "Mungkin aja dia sibuk makanya belum sempet ke kantor. Ayo mandi sana, bentar lagi Mama selesai masak. Sekalian nanti panggilin Papa di kamar ya, ajak makan bareng!" "Ya, Ma," sahut gue pelan lalu melangkah nenuju kamar. Hari ini benar-benar lelah dan kepala gue terasa pusing. ☆☆☆☆☆ Setelah selesai acara makan bareng Mama sama Papa, gue langsung pamit masuk ke dalam kamar. Tidur. Cuman itu yang gue butuhin saat ini. Seharian mantengin layar laptop bikin gue pusing. Setelah masuk ke dalam selimut, sekali lagi gue membuka hp gue. Mengecek apa ada email masuk. Dan hasilnya nihil. Coba aja gue punya nomer telpon Bos gue, pasti gak bakalan seribet ini. Bodohnya gue kemarin gak minta nomer telpon Pak Alex ke Pak Roger. Sekarang gue sendiri yang susah. ☆☆☆☆☆ Suara deringan dari hp gue membuat gue menggeliat sambil merubah posisi tidur gue. Tapi suara itu terus aja berdering dan mengusik mimpi indah gue. Gue membuka mata dengan malas dan tangan gue meraih benda pipih yang berdering itu. +6281226102610 Kening gue mengernyit melihat nomer asing itu. Jam di sudut layar kanan atas nunjukin angka 01.45. Siapa kira-kira yang nelpon gue malem-malem gini? "Halo," sapa gue dengan suara serak. "Sudah tidur kau rupanya." Suara di seberang sana membuat kening gue mengernyit dan sekali lagi gue ngeliat jam di layar hp gue. Memastikan apakah mata gue yang erorr atau orang yang nelpon gue yang lagi ngelindur. 01.46 Gue kembali nempelin benda itu ke telinga gue. "Siapa sih nih? Gak tau orang lagi tidur? Ganggu aja!" sembur gue. "Saya minta kamu atur ulang jadwal ketemuan saya sama klient dari London. Besok saya tidak bisa menemuinya karena sedang ada keperluan." Gue semakin bingung maksud dari orang yang sedang nelpon gue saat ini. "Ini siapa ya?" tanya gue polos. "Ali. Bos kamu!" "Ali? Ali siapa ya?" "Ck. Bos kamu di kantor Alexi Group!" Gue terkekeh pelan mendengarnya. "Aduh, Mas. Jangan becanda deh. Masnya mau nipu saya ya? Bos gue di kantor namanya Alex. Bukan Ali. Ali dari Arab?" Gue mendengar suara helaan nafas dari seberang sana. Mata gue masih merem melek sambil meluk guling kesayangan gue. "Alex itu nama belakang saya. Nama panjangnya Vaerali Alexi. Masih mau ngeyel juga?" Seketika mata gue terbuka lebar. Rasa kantuk gue lenyap gitu aja. Sumpah. Gue bingung mau ngomong apa. Ini pertama kalinya gue denger suaranya Pak Alex dan suaranya sedikit nyeremin. "P-Pak Alex? Ini beneran Bapak? Dapat nomer telpon saya dari mana Pak?" pertanyaan yang gak penting sebenarnya. Dia kan atasan gue ya pasti punya data gue lah. Bego. "Bukan hal yang sulit. Ingat pesan saya tadi. Segera kerjakan!" Suara nada putus langsung terdengar. Pak Alex langsung mutus sambungan telpon secara sepihak. Padahal gue mau nanya soal kerjaan. Gue menghela nafas panjang. Bos gue bener-bener kelewatan. Masa tengah malem gini gue disuruh kerja? Dengan gerakan malas bangkit dari tempat tidur dan mengambil laptop gue. Lalu kembali duduk di tengah tempat tidur. Ayo mulai rapat rapat Pak Alex untuk berangkat. Ada pertemuan penting dengan klient dari London. Gue atur ulang jadwal Pak Alex dan itu semakin sama jadwal dia ke hari berikutnya. Bos gue bener-bener gila. ☆☆☆☆☆ Sbya 10 Maret 2018 ☆ AyaStoria
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD