Chapter 04

2648 Words
Malam harinya, Silla tak bisa tidur dengan nyenyak. Dirinya membolak - balikan badannya sedari tadi. Ponselnya berdering diatas meja samping ranjangnya. Akhirnya dia merasa kesal sendiri, kemudian bangun dari tidurnya. Kemudian wanita itu memutuskan untuk mengambil ponsel dimeja sebelah ranjang, kemudian mengangkatnya. Britney is calling.. Panggilan masuk dari Britney membuat wanita itu menautkan alis nya heran. Tumben, Britney menelponnya. "Eh, si cewek setan nelpon gue malem - malam. Mau ngajak ribut nih orang?" batin Silla. Entah itu mendengar, melihat, bahkan memikirkan pun tentang Britney semua akan menjerumus ke arah suudzon mulu. Entah emang wajah Britney cocok disuudzonin atau begimana, kagak tau juga ya. "Kenapa?" jawab Silla to the poin tanpa basa - basi. Dari sebrang telpon, suara Britney sudah kayak orang nyanyi diiringi musik segala. Dikira konser apa? "Lo lupa? Semua nunggu lo di klub b***h! Jangan - jangan lo takut sama gue?" Janji? Sama si setan alas, astaga bisa - bisanya dia lupa. Mungkin karena dosen sialan itu terus menyiksa dengan memberikan tugas menggunung membuat dia tidak bisa bernafas lega. "Yee.. mana ada gue takut sama lo. Gue lupa." "Tiga puluh menit lo nggak dateng tandanya lo pengecut! Gue bakal bener - bener buat si kacung lo bakal malu seumur hidup!!!" "Siapa takut?! Gue kesana sekarang, tunggu gue!" Bip Silla memutus panggilannya dan menuju walk in closet untuk berganti pakaian. Wanita itu mengenakan tank top putih yang ditutupi oleh jaket denim dipadukan rok denim sepuluh centi diatas lutut. Wanita itu memakai tasnya dan menyambar kunci mobil kemudian turun ke bawah. Saat dia turun, Silla berpapasan dengan Mamahnya - Aegis. Dia mendekati Aegis dan menyengir. Sementaa Aegis menatap wanita itu sudah paham jika Silla mau baik - baikin dia, maka bentukannya bakalan seperti ini. "Mah, Silla keluar sebentar ya," kata Silla. "Mau kemana malem - malem begini? Kalau Papah kamu tau, kamu bisa digantung dijemuran ruko," omel Aegia. Silla menyengir sambil menggaruk tengkuknya. Dia mendekati Aegis dan memijat tangan wanita itu lembut. "Mah, Silla janji kok nggak minum - minum sampe hangover. Cuma mau nemuin temen doang, suer deh." Aegis berdecih, "Kurangin main ke klub, lagi pula nggak baik anak gadis sering main ke klub. Mamah nggak mau kamu sering - sering ke klub nggak jelas," omel Aegis. "Siap Mah, Yaudah Silla berangkat dulu," kata Silla sambil mencium pipi Aegis. *** Sesampainya di klub, Silla langsung masuk dan mencari keberadaan Britney. Dia mencari ke seluruh penjuru klub, namun tak menemukan keberadaan wanita itu. Tiba - tiba bahunya ditepuk, Silla menoleh ke belakang. Ternyata itu adalah Lena, teman satu genknya Britney. "Ikut gue, Britney dah nungguin lo dari tadi," bisiknya. Silla hanya berdehem menjawab ucapan Lena, "Hm." Kemudian Silla mengikuti Lena hingga ke kumpulan wanita yang sedang meneguk alcoholnya. Britney yang meneguk alcohol menatap Silla dengan tatapan meremehkan. Dia bangkit dan bersedekap dihadapannya. "Sekarang mau lo apa?" tanya Silla. "Gue mau ngasih tantangan buat lo. Kalau lo menang gue nggak akan ganggu temen lo lagi. Deal?" "Deal," jawab Silla tanpa pikir panjang. Matanya menatap tajam Britney, jujur dia ingin mematahkan keangkuhan wanita itu sekarang. "Well, liat disana." Britney menunjuk salah satu pengunjung yang duduk membelakangi mereka. Dari perawakan bisa Silla tebak jika pria itu jakung, putih dan pastinya tampan. "Terus?" "Gue mau lo cium cowok yang diujung sana." Silla tertawa, mencium? It's that easy. Nggak ada yang lebih susah apa? "Easy," kata Silla tertawa. "Kalau lo mampu, gue bakal jauhi temen lo yang cupu itu." "Oke, gue pegang omongan lo." Silla melangkah menuju pria yang dimaksud oleh Britney. Dia harus membuat pria itu pasrah dan dia akan menang. Wanita itu menanggalkan jaket denimnya menyisakan tank top putih ketatnya "Permisi," ucap Silla. Tak ada sautan darinya. Silla fikir mungkin suara musik terlalu kencang membuat semua orang b***k seketika.Wanita itu memutuskan untuk mencolek bahu pria itu dengan s*****l. Pria itu menoleh. Mata wanita itu melotot sempurna. Dia meringis dan segera pergi meninggalkan pria itu. "Gue nggak bisa." Britney tertawa mendengar ucapan Silla. "Lo nggak fair. Lo harus nyelesaiin tantangan lo kalau lo nggak cuma omong doang." "Lo gila. Dia dosen gue!" Britney tertawa kencang begitu pula dengan ketiga antek nya Lena, Joya, dan Blown. "Ini bukan kampus lo b***h. You must kiss him right now!" Britney mendorong Silla ke arah Louis yang masih membelakangi mereka. "Oke stoped! I can try kiss him." Silla gugup setengah mati. Ia takut Louis akan marah dan menambah hukumannya menjadi setahun. Untuk menghilangkan kegugupannya Silla meneguk gelas yang berada dimeja. Rasanya pahit, dia tak pernah meneguk alcohol sebelumnya. Tapi, efek alcohol ini membuat dirinya lebih percaya diri dan tidak gugup. Silla menegakan tubuhnya berjalan seerotis mungkin. Kakinya berjalan menyilang ke kanan dan kiri, walau dia hanya menggunakan sepatu kets namun tak masalah. Dia pasti bisa menaklukan monster satu ini. "Sebentar lagi Silla, c'mon you can do it." Saat jaraknya beberapa meter dari Louis, kakinya tersandung dengan kakinya sendiri mengakibatkan dirinya jatuh. Bruk Dia jatuh dipangkuan Louis, reflek Silla mendongakkan wajahnya. Wanita itu meringis, sementara pria itu hanya datar saja. "Eh Bapak, apa kabar Pak hehe?" kata Silla meringis. "Jauhkan tangan kamu," kata Louis terdengar seperti mengeram. "Ta-tangan?" Dia tiba - tiba merasa sesuatu yang keras berada digenggamannya. Wanita itu menoleh. Ternyata dia memegang kejantanan dosennya. Langsung Silla melepaskan tangannya merasa malu. Tapi ia kemudian berfikir jika ini saat yang tepat untuk menjalankan misi dari Britney sialan itu. "Mon maap Pak." Cup Silla menempelkan bibirnya di bibir Louis. Louis menaikan alisnya heran. Hanya hitungan lima detik kemudian Silla melepaskan bibirnya dan hendak berdiri. Louis menahan pergelangan tangan Silla, akibatnya wanita itu terhuyung kembali ke pangkuan Louis. "Aw, pak." Pekiknya panik. "Berani sekali kamu." "Kan saya minta maaf sebelum saya mencium bibir bapak." "Mencium? Itu yang kamu sebut mencium? Saya akan tunjukan apa ciuman itu sebenarnya." Louis memegang tengkuk Silla dan langsung melumat bibir ranum milik nya. Silla hanya diam mematung ketika Louis menciumnya. Karena tak kunjung mendapat balasan, pria itu menggigit bibir bawah wanita itu. Silla yang terkejut secara tak langsung membuka mulutnya. Pria itu menggunakan kesempatan ini untuk memasuki lidahnya dan bergerilya dirongga mulut Silla. Mengabsen seluruh inci mulut wanita itu. Silla memang pernah berciuman dengan mantan kekasihnya Edgar, namun ciuman milik Louis lebih memabukan untuknya. Bahkan wanita itu, tanpa sadar sudah mengalungkan tangannya ditengkuk pria itu. Louis mengelus perut rata wanita itu. Sentuhan tangan Louis membuat tubuh Silla tersengat membuat gairah ditubuh Silla terbakar. Tangan Louis naik menuju d**a wanita itu dan meremasnya dari luar. Silla melenguh merasakan sentuhan Louis yang memabukan. Saat permainan begitu menggairahkan, Louis dengan sengaja melepaskan tautan mereka memberi jeda Silla untuk menghirup oksigen. Mereka sama terengah - engah dalam gairah masing - masing. "I want you," suara serak Louis membuat Silla terhipnotis. Wanita itu dapat melihat gairah dari mata birunya. "Jangan disini," Silla mengelus rahang pria itu membuat Louis mengeram karena sentuhannya. Kemudian Louis tersenyum dan mengecup bibir wanita itu sekilas.Pria itu mengangkat tubuh Silla dan membawanya keluar dari klub. Britney yang melihat Silla pergi dari klub tersenyum miring. "You will die b***h!" *** Louis melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mobilnya berhenti disebuah hotel. Louis melingkari tangannya dipinggang wanita itu hingga ke kamar hotel. Setelah mereka berdua masuk ke kamar, Louis mendorong Silla hingga wanita itu terhuyung ke ranjang. Dia melepaskan dasinya kesembarang arah. Silla yang melihatnya tersenyum menggoda ke arah Louis. Louis melepaskan kancing kemejanya satu persatu dan menanggalkan kemejanya. Kini pria itu half naked, dan menubruk tubuh Silla yang masih utuh dengan tank top. "I got you.." Louis menyambar bibir Silla dan memainkan lidahnya disana. Tangannya tak tinggal diam meremas p******a Silla dari luar tank top. "Engh.." Silla melenguhkan tubuhnya karena sentuhan tangan Louis pada dadanya. Louis tersenyum licik melihatnya. Dia merobek tank top milik Silla dan menyisakan bra hitam miliknya. Ciumannya pria itu berganti menuju leher jenjang Silla. Pria itu menggigit dan meninggalkan banyak bekas disana. Tubuh Silla bagai candu. "Ahhh.." "Say my name." "Ahh Louis." Mendengar erangan wanita itu membuat Louis sangat b*******h. Entah kapan bra milik wanita itu sudah lepas, kini Silla polos tanpa busana. Pemandangan indah tepampang jelas dimata Louis. Dengan cepat pria itu meraup dua gundukan indah milik Silla. Silla membusungkan d**a merasakan sentuhan dari bibir Louis. Tangan wanita itu menekan kepala Louis ke arah dadanya. Setelah puas dengan dua gundukan milik wanita itu, kini dia mencium perut datar Silla dan mengarah menuju pusara wanita itu. Indah, tak ada rambut yang menghalangi keindahan miliknya. Louis memainkan lidahnya pada k******s milik Silla, menggigit dan menjilatnya membuat wanita itu melenguh kenikmatan. "Ahhh... Louis," rancau Silla. "Youre so sexy dear." "Ahhhh.." Louis kemudian bangkit dan memegang kejantanannya yang mengacung. Silla melihatnya terkejut, begitu besar dan panjang. "You want touch?" Silla memalingkan muka karena malu. Kemudian pria itu memasukan kejantanannya ke dalam kewanitaan wanita itu. Silla merasakan kesakitan, bahkan hingga menitihkan air matanya. Tangannya mencengkram sprei saat milik pria itu berada pada miliknya. Louis yang melihatnya merangkak naik dan mencium kening Silla. "Ini akan baik setelah ini, dan kamu akan merasa nikmat saat milik ku bergerak pada milik mu." Dengan pelan Louis menggerakan miliknya, awalnya memang terasa sakit. Namun kini berganti dengan suatu yang nikmat. Louis bergerak dengan kencang. "Ahhhh,oh dear youre so s**t!" "Ahhh, Louis.. ahhh faster!" "As you wish dear." Louis menggerakan tubuhnya kencang. Silla menggelinjang merasakan nikmat tiada tara. Louis menggerakan untuk mencapai k*****s nya. "Uhh ahhh.. " "Aku mauu keluarr.." "Ahh.. yes dear together." Louis semakin mengencangkan gerakannya untuk mencapai klimaksnya. Akhirnya ia mencapai klimaksnya dan mencabut miliknya sehingga spermanya bertebaran dilantai. Silla terkulai lemas, Louis menyelimuti wanita itu dan mengecup bibirnya sekilas. Ini adalah s*x terhebat yang dia lakukan. *** Louis kembali ke kantor pagi sekali. Dia memerintahkan Ben, asistennya untuk mengirim beberapa baju dan perlengkapan untuk wanita itu dihotel. Dia tak menyangka, bahwa dia akan berakhir diranjang dengan mahasiswinya sendiri. Memikirkannya membuat kepalanya sakit. Bagaimana dia bisa ceroboh, hingga kelepasan seperti itu. "Pak, meeting akan diadakan dua puluh menit lagi," kata Ben, asistennya. "Baiklah, kamu persiapkan terlebih dahulu." "Baik." Setelah itu Ben keluar, menggantikan seorang wanita bertubuh sexy masuk ke ruangannya. "Hi dear, aku minta uang." Louis menatap wanita itu dingin, hanya menatap tak ingin membalasnya. Tetapi, wanita itu semakin mendekat hingga duduk diatas meja kerja Louis. "Aku minta uang bulanan lebih, dua kali lipat seperti sebelumnya," katanya mendengus. "Apa suamimu sangat miskin, sehingga kamu memerasku Carmila?" "Iya! Dia sangat pelit sekali, aku butuh untuk bersenang - senang. Aku tidak suka diatur, aku ingin bebas senang - senang." Louis menarik laci mejanya kemudian menulis cek menuliskan beberapa nominal. Kemudian menyerahkan kepada wanita didepannya. "Sesuai permintaanmu, aku memenuhinya. Jadi jangan pernah menunjukan mukamu didepan putraku lagi." Wanita itu tersenyum lebar dan mengambil ceknya. "Menikahlah, sehingga kamu tidak akan menjadi bujang lapuk lagi," ejeknya. "Aku tidak butuh mendengar ceramahmu. Sebentar lagi aku meeting, kamu bisa keluar dari sini sekarang." "Dasar pria tua yang dingin, baik - baik aku akan pergi. Keinginanku sudah terpenuhi. Kamu tenang saja, sebulan ini aku tidak akan mengganggumu. See you my-ex," kata Carmila pergi dari ruangan Louis. Sementara Louis memijat kepalanya yang pusing dengan kedatangan wanita itu. "Parasit," gumamnya. *** Silla terbangun dari tidurnya. Wanita itu bangun dengan kepala yang berat. Dia semalam bermimpi menjijikan b******a dengan dosennya. Mengingatnya, wanita itu menggelengkan kepala jijik. Kemudian wanita itu bangkit mengganti posisinya menjadi duduk. Silla melihat tubuhnya polos tak berbusana. Dia terkejut dan menutup tubuhnya dengan selimut. Silla melihat sekelilingnya, ternyata ini bukan kamarnya. Wanita itu melihat sebuah note yang tertempel pada meja samping ranjang. Terimakasih malam hangat nya, kau begitu liar diranjang. Louis. Melihatnya, wanita itu meremas note dan membuang ke sembarang tempat. Jadi dia benar - benar gila b******a dengan dosen sialan itu. "Argh... Dasar Louis sialan!" Dia tidak terima jika dia berakhir diranjang Louis. Akhirnya Silla memungut pakaiannya yang berserakan dilantai dan memakainya dikamar mandi. Dia melihat dirinya dicermin, tubuhnya penuh bercak merah pasti karena ulah pria b******k itu. Wanita itu melihat paper bag yang ada dimeja. Kemudian wanita itu membukanya. Dia melihat sebuah syal dan baju. Ada sebuah note yang tertempel disana. Gunakanlah ini untuk menutupinya. "b*****h sialan.." Silla kemudian menyambar jaket dan memakainya. Sementara syalnya dilingkarkan untuk menutupi bercak merah dilehernya. Dia keluar dari kamar hotel dengan hati yang panas dan tentu ngilu diarea bawahnya. Entah apa yang dilakukan pria b******k itu hingga area kewanitaannya rasanya begitu terkoyak. Silla memberhentikan taksi. Didalam taksi dia berfikir, dia tak mungkin pulang dengan keadaan seperti ini. Kemudian Silla memutuskan menuju flat milik Dimas. Ting tung Dimas dengan muka bantalnya membuka pintu. Silla langsung menerobos masuk begitu saja. "Ehh.." "Berisik lo." Silla menghempaskan tubuhnya disofa. Dimas yang melihatnya sudah terbiasa dengan sifat sahabatnya yang bar - bar. "Gue masak semalam, gue tau lo laper." Dimas berjalan ke dapur. Silla tersenyum lebar, sahabatnya memang yang paling mengerti dirinya. Silla mengedipkan matanya melihat Dimas, dan menggerakan tangannya membentuk sebuah pistol seakan mengatakan 'Gue suka gaya lo' "Bacod," teriak Dimas. Wanita itu hanya terkikih mendengar teriakannya. Dimas kembali dengan sebuah nasi dan juga ayam goreng. Silla langsung menyantapnya tanpa tau malu. "Sekali - kali kesini makanan kali, setiap kesini cuma bawa tangan kosong numpang makan." "Diem dulu ya, ngomelnya setelah gue makan aja." Silla melanjutkan menyantap makanan. Dimas kembali ke dapur mengambil botol minuman untuk wanita itu. "Nih, setelah makan pergi sono. Gue mau lanjut tidur." "Yaelah, pelit lo." "Serah." Dimas naik ke atas untuk melanjutkan tidurnya. Walau sebenarnya dia tak mengantuk, tapi bercak merah dileher Silla yang dia lihat entah kenapa membuatnya tak suka. Silla setelah makan kemudian naik menuju kamar Dimas. Pria itu terpejam. Kemudian Silla seenaknya naik ke ranjang Dimas. "Dim geser.." "Apa sih lo ganggu!" Silla mendorong Dimas dengan kakinya agar mau menggeser badan kekarnya. Akhirnya wanita itu berhasil menggeser tubuh Dimas. "Nah gini kan enak." "Dim, gue mau cerita.." "Masalah bercak merah di leher lo?" tebak Dimas. Silla memegang lehernya dan membulatkan mata. "Lo tau?" "Lo kurang pinter nutupinya." "Gue semalem ke klub, gue ngerasa badan gue panas setelah minum sesuatu." Dimas berbalik dan memukul kepala Silla. Pletak "Lo emang bego." Silla mengelus kepalanya yang sakit. "Kok lo mukul gue?" "Ya iyalah lo b**o, udah jelas pasti lo dijebak." "Maksud lo?" "Gue yakin seseorang udah masukin sesuatu di minuman lo." "Lah, mana gue kepikiran bego." "Makanya otak diisi pelajaran biar nggak b**o banget." "t*i lu!" "Kalau nyokap lo tau lo udah tidur sama cowok gue pasti digebukin. Nggak bisa jagain lo bener." "Dimm.." "Mulai sekarang lo nggak boleh pergi ke klub lagi." "Dimm.." "Nggak ada bantahan, semua juga buat kebaikan lo Sil." "Dimm.." "Apasih nggak jelas." "Gue boker dicelana." Silla menyengir sedangkan Dimas langsung berdiri jijik melempar bantal ke arah wanita itu. "b*****t lo, t*i ditinggal dikamar gue." "Yee.. kan gue dah manggil lo, tapi lo tetep ngomong panjang lebar. Udah keluar nggak usah dipermasalahin napa." "Fiks jorok banget lo jadi cewek. Buruan ke kamar mandi!" "Iyaa iyaa sabar." Silla memegang bokongnya sambil berjalan ke kamar mandi. Dimas memutuskan melepas sprei dan mengganti yang baru. Fyi, Dimas orang nya bersih banget, beda sama Silla yang jorok banget. "Dim.. pinjem baju sama celana lo. Pakaian gue kena t*i semua." "Sialan lo memang!" Dimas mengambil pakaiannya dan memberikan ke Silla. Wanita itu mengintip dari celah pintu dan mengambil pakaian dari Dimas. Setelah memakainya, wanita itu keluar dengan kaos yang terlihat besar ditubuhnya. Celananyapun juga kebesaran, namun wanita tetap cantik. Dimas melirik wanita itu yang masih mengeringkan rambut dengan hair dryer. "Nggak usah dibalikin bajunya, buat lo aja." "Heh, lo pikir gue punya kadas kurap apa?" tanya Silla tak terima. "Lah emang." "Sialan lo." Silla meletakan hair dryer dan ikut bergabung dengan Dimas dikasur. "Dim.. kalau gue hamil gimana?" "Emang sekali coblos langsung jadi? Begonya dari lahir lo." "Iya juga ya. Tapi kalau pun gue hamil, gue nggak bisa terima kalau anak gue bapaknya dosen killer itu." "Ha? Jadi lo tidur sama Pak Louis?!" Silla membekap mulut Dimas yang kencang. "Stss.. ya ampun toa banget mulut lo." "Gila lo, sekali mancing buy one get one." "Buy one get one?" Silla mengerinyitkan alis tak paham. "Lo nggak tau? Pak Louis kan duda berbuntut satu." "Ha?!" Silla melongo mendengar nya, jadi dia tidur dengan duda beranak satu? Oh Tuhan..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD