Malam ini Zia ingin tidur di kamar kost-ku. Memang, sudah berapa malam ini dia terus saja tidur di sini. Aku sendiri tak keberatan, aku pun senang bila Zia merasa senang. Kami seperti keluarga, seperti saudari kandung saja. Kadang, pulang kerja Zia membawakanku jajanan di depan pabrik, katanya enak-enak. Enak dan murah. Aku sendiri juga kerap membawakannya makanan, seperti tadi sore, aku tak lupa membungkus satu porsi makanan khas Sunda untuk Zia. Dia senang, makannya pun lahap. Badannya terlihat berisi sekarang. Mengingat dulu kami pernah kurus tinggal tulang, rasanya sangat bersukur bila saat ini kami masih sehat dan memiliki daging yang banyak. Aku ingin gemuk, tapi tubuhku seakan menolaknya. “Nanti akan gendut otomatis kalau sudah melahirkan anak.” Begitu komentar Zia saat aku menga

