CHAPTER 1

1045 Words
Seorang wanita terbangun dari tidurnya padahal langit masih gelap dan jam baru menunjukkan pukul lima pagi. Wanita itu mencuci mukanya, lekas berganti pakaian dengan setelan baju olahraganya.  Itu sudah rutinitas wanita itu setiap pagi untuk menjaga tubuhnya tetap ideal, selesai mengikat tali sepatunya, dengan semangat keluar dari Apartemennya untuk memulai olahraga lari paginya. Wanita itu adalah Lisa Spencer. Lisa berlari dari gedung Apartemennya menuju taman yang dekat, karena ini masih sangat pagi tetapi sudah terdapat orang yang melakukan aktivitas yang sama seperti Lisa. Langit perlahan berubah dari gelap menjadi terang. Lisa yang berkeringat setelah berlari beberapa putaran, berjalan dengan santai untuk kembali ke Apartemennya. Di perjalan pulang, Lisa melihat seseorang yang memakai pakaian serba hitam, wajahnya yang tertutup dengan masker sehingga Lisa tidak bisa melihat dengan jelas.  Lisa yang melihat tingkah laku aneh orang itu yang asik melihat sekelilingnya penuh waspada seperti seorang pencuri. Lisa memincingkan matanya menatap dengan penuh curiga lalu saat orang itu melewatinya, Lisa dengan sengaja membuat orang itu tersandung dan terjatuh lalu menjerit "Pencuri-pencuri!!"  Orang itu terkejut saat mendapati Lisa berteriak pencuri yang menyatakan dialah pencuri itu. Orang itu langsung membekap mulut wanita itu dengan tangannya dan menyeretnya ikut bersamanya. Lisa terkejut saat mulutnya dibekap oleh orang itu, meronta untuk dilepaskan akan tetapi tidak bisa. Akhirnya ikut bersama orang itu sampai di tempat sepi, Lisa mengigit tangan orang itu dengan keras.  "Auchh.. Shit... Kenapa kau mengigitku?" Ucap orang itu ternyata adalah seorang pria.  "Kau! Dasar penjahat! Pencuri!" Ucap Lisa sambil memukul pria itu.  "Hei!! Hei!! Ouch... Auch.. Stop..Stop... STOP!!" bentak pria itu dengan keras.  Lisa yang mendengar bentakan pria itu langsung berhenti memukul dan melihat pria itu menatapnya dengan tajam.  "Sudah cukup!!! AKU BUKAN PENCURI!!" Teriak pria itu sambil membuka masker wajahnya lalu menghembuskan nafasnya berat. "Pertama aku bukan seorang pencuri, Kedua siapa kau Nona? Dan ketiga kamu sudah mencari masalah dengan orang yang salah Nona?" Ucap Pria itu menatap Lisa dengan wajah yang begitu dekat. Lisa mendorong tubuh pria itu dengan kuat sehingga jarak mereka berjauhan "Bagaimana kamu bisa buktikan bahwa kamu bukan seorang pencuri? dan siapa aku itu bukan urusanmu?" Pria itu terkekeh "Bagaimana kamu bisa bilang bahwa aku seorang pencuri. darimana kamu asumsikan itu?"  "Dari tingkahmu dan juga cara berpakaianmu, hanya para penjahat ataupun pencuri yang berprilakuan seperti itu? Apa kamu masih tidak mau mengaku?" Pria itu langsung tertawa setelah itu melepaskan topinya, seketika itu Lily terkejut melihat wajah tampan dari pria itu. Lily merasa bahwa dia pernah melihat wajah itu, tapi di mana?. Pria itu tersenyum melihat ekspresi wajah wanita yang ada didepannya. "Sekarang kau sudah tau siapa aku? Jadi jangan kau bilang aku ini pencuri lagi. Karena kamu sudah tahu identitasku, jadi kunci mulutmu dan jangan membual." Setelah pria itu berkata ponselnya berbunyi, membuat Lily tersadar yang sedari tadi menatap pria tampan di depannya. "Baiklah." ucap pria itu lalu memutuskan panggilannya.   "Hari ini kamu beruntung Nona." ucap pria tampan itu lalu pergi meninggalkan Lisa sendiri di sana. Pria itu berjalan menuju sebuah mobil hitam yang terpakir di jalan sepi, langsung membuka pintu mobil itu dan masuk duduk ke dalam. "Kenapa lama kali? Hari ini jadwal kita begitu padat." Ucap seorang pria yang duduk di sisi kiri.  "Ada kejadian kecil tadi, tapi tidak perlu khawatir hanya masalah kecil." ucap pria itu sambil melihat tangannya yang masih ada bekas gigitan dari wanita itu. Pria itu tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi. "Syukurlah, kita akan kembali ke Penthouse dulu." ujar pria di sebelahnya sambil melihat tablet di tangannya, sedangkan pria itu memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak.  ***** Lisa yang sudah siap berangkat ke kampus, karena hari ini memiliki satu kelas setelah itu akan langsung pergi bekerja. Perusahaan T.R tempat Lisa berkerja adalah perusahaan yang memproduksikan barang mewah dari busana, tas, sepatu dan perhiasan. Lisa berkerja sebagai desainer magang di sana, dikarenakan Lisa yang belum lulus mendapatkan gelarnya. Lisa sudah sangat bersyukur bisa magang di perusahan ternama itu dan berharap bisa menjadi desainer tetap di sana.  Bakat Lisa turun dari Mamanya Anastasya Spencer yang juga seorang perancang busana yang cukup terkenal. Anastasya pernah berkata kepada Lisa saat Lisa berusia umur dua belas tahun bahwa sebuah pakaian dapat menyalurkan kebahagian, kehangatan dan juga kedudukan orang. Jadi buatlah pakaian yang dapat membuat orang memakainya mengingat semua itu. Lisa yang sudah sampai dikelasnya, meletakkan tasnya di atas meja lalu menyandarkan kepalanya di atas tas menganggap tas itu adalah bantal. "Bonjour Lisa, ini masih pagi. Kenapa begitu tidak semangat?" tanya Jelly yang duduk di sebelah Lisa. "Aku tadi pagi mengalami kejadian yang kurang menyenangkan." mengarahkan kepalanya ke sebelah kiri dan menatap Jelly dengan kepala masih di atas tasnya. "Kejadian apa? Coba ceritakan?" tanya Jelly dengan penasaran. Lisa bangun dan menghela napasnya sejenak lalu berkata "Sudahlah! Lupakan! Aku tidak ingin membahasnya." ucap Lisa yang langsung mendapat pukulan oleh Jelly. "Isss... Selalu begitu! Sudah bikin orang penasaran tetapi tidak mau menceritakan." lalu duduk membelangkangi Lisa alhasil membuat Lisa tertawa melihat tingkah lucu Jelly. Setelah usai kelas hari ini, Lisa langsung menuju tempat dia bekerja. Hanya butuh sepuluh menit Lisa berjalan sampai di tempat kerjanya. Lisa memasuki perusahaan raksasa itu dan mulai mengerjakan tugasnya sebagai desainer junior disana dengan membantu para desainer seniornya.  "Hei Lisa." sapa Morgan Danner yaitu ketua desainer Lisa.  "Ya Sr, ada yang bisa aku bantu?" tanya Lisa dengan senyum cantiknya.  "Oh come on Lisa, ini sudah bukan jam kerja lagi. Sudah berapa kali aku bilang anggap kita teman saat di luar jam kerja?"  "I'm sorry Morgan. Aku belum terbiasa." Ujar Lisa canggung.  Morgan tertawa melihat sikap Lisa yang masih kaku terhadapnya, padahal sudah beberapa kali mereka berbincang diluar. "Yuk! Seperti biasa. Aku akan mengantarmu pulang." ucap Morgan sambil membukakan pintu mobil untuk Lisa. "Tidak Morgan! Aku tidak mau merepotkanmu." Ujar Lisa sambil menggelengkan kepalanya.  "No Lisa, ini tidak merepotkanku. Bukannya aku bilang bahwa rumahku sejalan dengan Apartemenmu" "Ta.. Tapi aku tidak enak dengan lainnya"  "Tidak perlu kamu khawatir tentang mereka. Cepat masuk!" Ucap Morgan yang membuat Lisa terakhir menerima ajakan Morgan. Lisa masuk ke dalam mobil Morgan, Morgan tersenyum lebar menutup pintu mobil Lisa lalu berjalan memutari mobilnya sambil mengepalkan tangannya dan berkata "Yes." Sesampai di depan gedung Apartemen Lisa, Lisa mengucapkan terima kasih kepada Morgan lalu segera keluar dari mobil berjalan masuk ke dalam gedung Apartemennya. Morgan yang berada di dalam mobil menatap sosok Lisa sampai hilang, baru pergi meninggalkan gedung Apartemen Lisa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD