Bab 19: Ngobrol sama Mertua

1018 Words
Kemala tersentak kaget dan terbangun dari mimpinya sebab suara alarm yang tepat berada di telinga nya , ia sedikit melirik dan mendesah lega karena sudah bisa bangun tepat waktu dengan alarm yang ia pasang. Dengan segera ia menghubungi Adi guna membangun kan pemuda itu dari tidur lelapnya. Panggilan pertama tak ada jawaban, hingga panggilan ke sepuluh kalinya masih tetap sama; hingga tak lama ia hanya bisa pasrah dan bersumpah jika dengan cara terakhir Adi tetap sama saja tidak bisa dibangunkan,.jangan salahkan dirinya jika pemuda itu akan telat nantinya. Namun karena tidak tenang, Kemala memilih kembali menelpon Adi berharap kekasih ya itu sudah terbangun sebab waktu sudah sangat terlambat. Dan ternyata tetap saja jika Adi sama sekali tidak bisa dibangun kan. "Ah, udahlah terserah. Capek sendiri gue." Kemala meninggalkan ponselnya lalu berjalan menuju dapur tempat mereka biasa makan bersama. "Dari mana aja nya kau? Ditunggui juga." Celetuk emaknya yang membuat Kemala langsung down sebab ia hanya pergi lama dan ibunya menegur tepat di depan semua keluarga yang kebetulan memutuskan untuk sahur bersama hari ini. Tanpa menjawab Kemala memilih makan langsung meski emaknya tidak berhenti terus mencecar dengan kalimat yang tidak seharusnya. Puasa Ramadhan nggak seminggu lagi, setelah makan tadi Kemala tidak bisa lagi melanjutkan tidur sebab sudah waktunya membuat berbagai macam makanan kue-kue an khas lebaran. Pagi ini ia dengan emak memutuskan untuk membuat nastar. Kue kesukaan sang adik. Drtt... Drt... Drtt... Kemala yang sedang sibuk mengadon sama sekali tidak bisa mengangkat panggilan itu. Ia membiarkan sampai mati sendiri. Drtt... Drttt... Drttt... Ponsel milik Kemala berbunyi lagi, yang mau tidak mau Kemala menghentikan kegiatannya yang sedang menguleni adonan. "Assalamualaikum halo .." "Waalaikumsalam,.lagi ngapain yang?" Tanya Adi. Kemala yang pada awalnya sama sekali tidak mengecek siapa yang menelpon segera menjauhkan ponselnya dari telinga untuk melihat dan memastikan nama yang tertera. "Lagi ngadon mau buat nastar, kenapa mas?" "Oh yaudah kalau sibuk,.lanjutkan. aku mau ngerjain ini dulu." Kemala mengangguk. Ia melihat adonan yang sudah hampir jadi dan tinggal membentuk dan juga memastikan rasanya agar tidak mengecewakan. "Mamak juga lagi ngadon ini. " "Loh iya? Mamak mau buat apa emang." Tanya Kemala dengan ponsel yang sudah berada di sebelahnya "Katanya mau buat kue salju. Tapi gak tau juga, gak terlalu suka kue dan segala jenisnya " Oke satu poin yang harus Kemala ingat jika harus hidup dengan Adi nanti nya, pasal nya sang kekasih ini memiliki beberapa hal yang sama sekali tidak disukai kekasih nya itu. Salah satu nya kue dan juga makanan bersantan. "Yaudah, bentar yah. Lagi susah soalnya." "Oke sayang, love you. " "Love you to." Panggilan itu langsung mati yang membuat Kemala mendengus geli atas tingkah keduanya. Tapi yah bodo amat, toh bucinnya tidak menghalangi duit orang lain. Sebenarnya beberapa hari ini ada yang sangat berbeda dengan kekasihnya, di mana Adi gemar sekali ia menghubunginya dari pada mengirimkan pesan. Hal yang sangat bertolak belakang di awal dulu , di mana untuk membalas pesan saja membutuhkan waktu berhari-hari dan paling tidak chat tersebut hanya berlangsung beberapa jam saja. selainnya nol, tau sendiri di awal berjumpa dulu bagaimana seorang Adi. Datar dan sama sekali tidak ada suara. Malam harinya, Kemala yang sudah membuat kue nastar harus di hadapkan dengan kegilaan Adi yang dengan gampangnya memberikan ponsel miliknya ke arah sang ibu. Dan mengatakan jika yang sedang menelpon dirinya adalah calon istrinya. Mala kan belum mempersiapkan apa pun, termasuk mentalnya. "Halo assalamualaikum..." Aduh ya Allah... jantung Kemala terasa dag-dig-dug dan sangat membuatnya bergetar hebat. Ia mencoba bersikap tenang meskipun hatinya sama sekali tidak bisa tenang. bayangkan jika kalian haru berbicara dengan yang namanya ibu mertua pertama kalinya tapi sama sekali gak ada pemberitahuan minimal kita bisa membenahi diri dan menyiapkan mental. kalau begini yang ada ibu mertuanya akan tahu betapa b****k calon mantunya ini. "Waalaikumsalam, Mak. kenalin aku Lala..." Jawab Kemala dengan jantung yang tidak normal lagi, setelah ini ia akan menuliskan surat wasiat karena rasanya ia seperti mengalami penyakit jantung. "kemala buat kue apa aja?" "Baru dikit Mak, ada nastar doang . besok pagi mamak mau buat kue bawang katanya. Mamak udah berapa kue nya?" "Mamak baru tiga, La. tapi gak buat lagi cuma itu aja. Gak sempet!" Kemala mengangguk, ia menggigit jarinya begitu menyadari sudah tidak tahu lagi hendak membahas apa dengan ibu mertuanya ini. "Paling mamak beli jadi aja di pasar sini banyak." "Oh... Mamak berkebun kan yah? nanam apa aja Mak?" Kemala berusaha mencari bahan obrolan yang ia mengerti dan bisa mengundang pertanyaan lainnya. Sehingga obrolan itu akan sedikit lebih panjang. "Yah karet, pisang, kopi. Itu aja sih kalau di sini, emang di sana bapak Mala tanam apa?" "Kalau bapak Mala sih tanam pisang, kopi, jahe. Cuma penghasilan utama yah di karet, Mak." Terdengar tidak ada jawaban sama sekali yang membuat Kemala langsung over thingking takut jika dirinya salah cakap maupun salah berbicara yang membuat ibu Adi merasa tidak nyaman. "Di sana masih laku pisang? di sini mah udah enggak." Alhamdulillah masih di tanggapi yang artinya ibu Adi tidak mendiamkan nya tadi. Kemala tanpa sadar tersenyum sumringah begitu merasakan jika dirinya dengan ibu Adi satu frekuensi obrolan, semoga saja bisa begitu sacara tersu menerus. Hingga kelak tidak ada istilah dalam rumah tangganya rebutan antara suami dengan seorang anak laki-laki bersama ibunya. Mencintai anaknya maka harus bisa juga mencintai ibunya. Sebab seperti yang dikatakan di awal dulu, jika Adi sendiri ingin mencari istri yang bersedia merawat ibunya. Dan ia bersedia dengan catatan bukan mereka yang ikut tinggal bersama mertua yang dalam artian mereka tinggal di rumah mertua. Akan tetapi mertua lah yang ikut bersama mereka di rumah mereka "Alhamdulillah laku, Mak. malah ada agennya langusng sih jadi yang punya kebun pisang tinggal panen dua Minggu sekali nanti di kumpulkan ke agen. Cuma yah gitu, murah Mak." "Berapa harganya?" "Satu tandan pisang super itu paling mentok 50 ribu, Mak. gak pernah itu sampe di atas 60 padahal bawanya ribet dari atas gunung sana." "Hahaha.... yah maklum aja. Yaudah, mamak tutup dulu yah, Ngobrol sama mas Adi dulu. assalamualaikum..." "Waalaikumsalam... " Kemala mendesah lega begitu sudah melewati masa-masa kritis seperti tadi. Berbicara dengan ibu Adi ternyata semenegangkan ini, padahal ibunya baik dan malah terkesan sangat ramah. akh! kan jadi dirinya manja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD