Chapter 2

1092 Words
"Enggak pokoknya besok kita antar dia kekantor polisi." Putus Ilham cepat lalu langsung berbalik badan kearah sebaliknya untuk tidur. pagi hari Ilham tak menemukan Bunga dan anak itu dikamar, ia sudah mengitari rumah namun tetap saja hasilnya nihil, sampai sebuah surat dari Bunga yang diletakkan diatas meja makan terlihat oleh Ilham. Ilham membaca dengan seksama setiap kata yang terucap dalam surat tersebut. Mas, kalau mas masih mau ketemu aku, tolong ijinkan aku untuk merawat anak ini. Kalau enggak. sebaiknya mulai sekarang mas lupain aku!. Bunyi surat tersebut, membuat Ilham mengeram kesal sambil meremas surat yang ia pegang. tanpa menunggu Ilham langsung pergi mencari Bunga. Ia mulai mencari Bunga dirumah orangtuanya. disana hanya ada Mawar adik Bunga yang baru berusia 14 tahun. "Kak Bunga ndak kesini Mas Ilham" Sahut Mawar dengan khas medoknya, karena ia sudah sangat lama mondok di Jogja, Ilham hanya mengangguk dan tersenyum ia tak ingin membuat orangtua Bunga yang sudah tua ikut Khawatir, sebelum pergi ia berpesan Ke Mawar untuk tidak memberitahu ibu maupun ayahnya. setelahnya Ilham kembali mencari Bunga kemanapun. sungguh ia sendiri tidak mengerti, Bunga yang dikenalnya begitu patuh dan santun kepadanya sekarang berani pergi tanpa sepengetahuannya. bahkan wanita itu terdengar mengancamnya. berulang kali Ilham menggeleng tak percaya. tangannya mengepal kuat sambil memukul-mukul setir mencoba untuk menyalurkan amarahnya. Sampai sore tiba Bunga belum juga ditemukan, Ilham sudah sangat putus asa. bagaimanapun Bunga, Ilham masih tetap mencintai istrinya itu dan tak mau Bunga pergi dari hidupnya. "Bunga kamu kemana?" Gumamnya merasa frustasi. sementara Bunga sedang duduk dirumah Ningsih, kebetulan suaminya sedang pergi. Ningsih sahabat Bunga memang menikah dengan pria sukses, namun sayangnya ia selalu saja sibuk sampai tak begitu memperhatikan Ningsih dan anak mereka Leo yang baru berusia sekitar 1 tahun. "Bunga.. aku rasa saran Ilham benar kau harus mengembalikan anak ini ke orangtuanya." Nasihat Ningsih lembut, ia menepuk paha Bunga agar sahabatnya itu paham. "Lalu bagaimana jika nantinya anak ini kembali dibuang orangtuanya, aku yakin anak ini memang dibuang. apa polisi akan kembali menyerahkan anak ini kepadaku? tidak Ningsih!! anak ini hanya akan dimasukkan dipanti asuhan. dan aku tak akan rela akan hal itu. Ini anakku! aku yang menemukannya, dia adalah hadiah dari Allah untukku. aku yakin itu" Sahut Bunga tak mau kalah. Ningsih hanya menghela nafasnya. Putus asa, ia sadar sejak dulu Bunga selalu saja kuat pendiriannya. diam-diam Ningsih menelpon Ilham, ia tak ingin kesalah pahaman antar suami istri itu berlangsung lama. "Apa? Jadi Bunga ada dirumahmu?!." Sahut Ilham dari balik telepon, ia begitu gembira mendapat informasi dari Ningsih. "Iyah.. tapi aku mohon jangan terlalu paksa ia untuk mengembalikan anak itu, aku takut ia bisa berbuat hal yang lebih nekat" Sahut Ningsih sambil berbisik pelan. Matanya masih memandang Bunga yang sibuk mengobrol dengan Leonard anaknya juga bayi itu. "Tentu saja aku tak akan melakukan hal itu." Balas Ilham. Ia tahu semalam ia begitu keterlaluan pada Bunga, ia tak berfikir dari segi Bunga. dan ia yakin seandainya orang tua bayi itu ketemupun mereka akan sangat bahagia karena bayi itu begitu disayang oleh Bunga. kali ini ia tak akan memaksa Bunga, ia memutuskan untuk bicara dari hati ke hati terhadap istrinya itu. "Terima kasih atas infonya Ningsih." setelah menutup teleponnya Ilham segera pergi kerumah Ningsih, sesampainya disana ia sengaja tidak mengetuk pintu takut mengangetkan Bunga. dengan perlahan ia memasuki rumah Ningsih yang memang tidak terkunci. "Bunga..." Lirih Ilham melihat istrinya, tak peduli dengan amarah Bunga, Ilham langsung memeluk istrinya sayang. "Maafin mas... maaf sayang" Sesal Ilham. Ia juga memperhatikan anak yang ada didalam pelukkan Bunga. sesaat Bunga hanya mampu terdiam, hatinya juga begitu sakit harus jauh dari suaminya. apalagi sekarang Bunga melihat setetes air mata membasahi pipi Ilham menghadirkan perasaan bersalah karena telah menyakiti hati suaminya itu seperti ribuan belati menusuk jantungnya. "aku juga salah mas, maafin aku" Sahut Bunga yang juga sudah menangis. Ilham segera menyeka sisa air mata diwajah cantik Bunga. "Mulai sekarang mas gak akan memaksa kamu mengembalikan anak ini, tapi mas mohon untukmu mengijinkan mas mencari tahu asal usul bayi ini. kamu juga gak maukan seandainya kita sudah begitu menyayangi anak ini tapi suatu hari nanti akan ada yang mau merampasnya dari kita. dan yang mas takutkan saat itu kamu lebih terluka lagi, sayang" Jelas Ilham yang masih menangkup wajah Bunga. Bunga hanya mengangguk ia sadar apa yang disarankan suaminya itu benar dan demi kebaikannya. Hanya hatinya yang berharap agar Ilham tak akan pernah menemukan keluarga dari bayi itu. #skip 3 bulan kemudian. Bunga dan Ilham sudah mencari tahu banyak tentang gadis kecil yang mereka temui namun hasilnya nihil, tak ada seorangpun yang mengetahui siapa orang yang telah membuang anak ini. Bunga sendiri melarang Ilham untuk membawa anaknya ke kantor polisi. Ia tak mau gadis kecilnya ketempat seperti itu, meski berkali-kali Ilham jelaskan bahwa mereka tak akan sampai melihat bilik penjara tapi tetap saja Bunga selalu takut dengan kantor polisi. Hari berganti hari Ilham dan Bunga seperti telah menikmati perannya menjadi orang tua muda.. Syena adalah nama yang dipilih Ilham untuk gadis kecilnya yang semakin hari semakin gembul dan cantik. perasaan ingin menjaga Syena seutuhnya begitu kuat mereka rasa, dan toh.. 3 bulan waktu yang cukup menunggu seseorang mencari buah hatinya. Kini Ilham bahkan meminta seorang temannya untuk memalsukan akta Syena, ia tak mau harus melewati sidang pengadilan pengadopsian anak. Karena hal itu pastinya akan sangat berat mereka lewati, dimulai dari pengujian layaknya orangtua asuh, sampai persetujuan negara. yang semua merepotkan bagi Ilham. 'Apakah sebuah kasih dapat diuji? lalu bagaimana nasib anak-anak yang diadopsi dan ditelantarkan lagi?' Pikir Ilham saat itu. 3 minggu kemudian Ilham dan Bunga resmi menjadi orangtua "kandung" Syena. Ilham dan Bunga sengaja pergi dari rumahnya yang dulu seolah menutup jejak masa lalunya. "Mas.. mas bikinin susunya, abis mandi nanti pasti Nena mau nyusu" Titah Bunga yang telah menelenjagi Nena bersiap memandikan dengan air hangat. "Siap ibu sayang, ayah bikinin s**u yang paling enakya buat tuan putri" Sahut Ilham ceria, Bunga hanya tersenyum dengan jawaban Ilham.ia memandikan Syena dengan begitu telaten. air mata bahagia kembali tumpah sedikit mengaburkan pandangan Bunga, dilihatnya dengan jelas gadis kecil itu tersenyum seolah memberi semangat ke ibunya. "Kamu sayang sama ibu? Ibu juga sayang sama kamu. sangat" Ucap Bunga seorang diri saat melihat Nena memperhatikannya. "Ini susunya udah jadi" pekik Ilham ceria, ia memberikan botol itu ke Bunga. "Aduh mas, inimah masih panas banget, kapan sih kamu bisa bikin s**u yang bener?" Sarkas Bunga. Ilham hanya tersenyum bodoh diomeli Bunga. Wanita itu memang berubah menjadi lebih galak dimulai adanya Nena..tapi Ilham tak pernah mempermasalahkan karena selain lebih galak, Bunga menjadi wanita yang lebih lembut perasaannya. Ilham sadar Bunga hanya ingin yang terbaik untuk gadis kecil mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD