4

1293 Words
Esok paginya ada pergantian shift oleh dokter yang akan dines pagi sampai sore, Lolita akhirnya bisa legah karena akan pulang ke rumahnya beristirahat sejenak sebelum sore ini ia ada pergantian lagi. Lolita memang lebih sering menghabiskan waktu di rumah sakit, jika ia pulang ke rumah, pasti hanya mandi sebentar dan istirahat sebentar lalu kembali ke rumah sakit, seterusnya seperti itu. Ketika sedang berjalan menuju kamar mandi, sahabatnya Yuna datang merangkul pundaknya dengan cepat. Wanita ini sunggu mengejutkan. Katanya dalam hati. "Selamat pagi, Sahabat cantikku," sapa Yuna yang tiba-tiba muncul dari belakang. "Pagi juga, Yun, aku mau ke kamar mandi dulu," kata Lolita sembari masuk kedalam kamar mandi. Beberapa menit kemudian Lolita keluar dari kamar mandi dan menuju ruangannya untuk mengambil tasnya dan pulang ke rumahnya. Lolita harus pulang, ia sangat lelah dari semalam harus bekerja tanpa terpejam sedikit pun. "Ada apa kamu ke sini?" Tanya Lolita yang melihat Yuna di ruangan sedang duduk menunggunya. Yuna memang selalu datang di saat dia tidak ada pekerjaan. Tatapan Lolita terlihat sangat lucu karena tatapan dengan mata yang begitu sembab karena kurang tidur, walaupun Lolita memakai kacamata, namun Yuna tetap bisa tau mata sahabatnya itu, sungguh sulit menjadi dokter meski pekerjaan itu adalah pekerjaan yang mulia. "Aku kemari karena tahu kamu selesai dinesnya pagi," kata Yuna sembari melihat bunga yang semalam di kirim seseorang untuk Lolita. "Ini bunga dari siapa lagi? Kok makin ke sini, aku makin penasaran sama pengirim bunga ini?" tanya Yuna. "Kamu ‘kan tau, aku tak pernah tau semua itu dari siapa, biarin aja, ayo kita balik, aku lagi males banget ngebahas hal itu," kata Lolita sembari memperbaiki rambutnya dan mengikatnya ulang. "Aku ‘kan baru nyampe, masa langsung pulang sih, tapi ngomong-ngomong, kamu gak penasaran sama sosok pengirim semua hadiah inni? Punya pengagum rahasia bisa menjadi lebih membahayakan loh," kata Yuna sembari mencium beberapa rangkaian bunga. “Aku mah males tanggepin, kan gak ku minta,” Lolita mengangkat kedua bahunya. “Iya. Tapi bisa jadi membahayakan loh.” “Udah. Kita gak usah bahas itu.” "Kok aku jadi penasaran banget ya ini? Mengingat kamu udah sering menerima rangkaian bunga ini.” Yuna sejenak berpikir dan berperang dengan pikirannya sendiri. “Aku sih penasaran, tapi meski aku penasaran, pengirim itu gak bakal nongol juga, kok, jadi gak apa-apa,” kata Lolita. “Aku kok curiga pengirim semua ini, adalah Dokter yang suka sama kamu, siapa sih namanya, lupa aku, oh iya … namanya Richard, ‘kan?” Yuna mengangguk. "Masa sih? Di ‘kan belum tentu suka sama aku. Kamu jangan berpikir kejauhan.” Lolita menggeleng. “Penasaran gak kamu?” “Aku ‘kan udah bilang, jika aku penasaran, tapi aku berusaha bawa nyantai aja," kata Lolita sembari menjauhkan bunga itu dari dekatnya. "Aku malas bahas ah, gak ketemu titiknya juga.” Yuna menggeleng. “Aku ‘kan sudah bilang, gak usah di bahas tapi kamu selalu saja mikirin hal yang gak penting itu, siapa aja yang mengirimiku bunga, ku anggap sebagai hadiah aja, gak lebih,” kata Lolita menjelaskan. “Emang semalam pasien banyak banget, ya? Sampai kamunya ngantuk banget? Biasanya ‘kan kamu biasa aja dan ngomong itu sudah tugas dokter, tidur dan tak makan sudah biasa, tapi lihat kamu yang sekarang, lebih mirip Zombie.” Yuna terkekeh seraya menggeleng. "Semalam ada dua operasi yang aku kerjakan, pertama waktu sore kemaren mana kejebak macet, kedua jam 10 malam, walaupun tugas dokter emang kadang gak tidur dan gak makan tapi aku juga kan butuh tidur, Yuna sayang, karena jika dokter tidak fokus, pasien juga bisa bahaya," kata Lolita sembari mengangkat kedua bahunya. "Kita shopping aja, gimana? Bukannya kamu suka shopping?" ajak Yuna. "Bisa gak shoppingnya siang nanti aja? Aku mau pulang gantian, mandi, istirahat sejenak, setelah itu aku baru bisa spirit lagi," kata Lolita seraya membuka kacamatanya dan melap kacamatanya yang agak buram karena terkena air sewaktu ia membasuh wajahnya. "Kelamaan kalau siang nanti, gimana kalau jam 10?" tanya Yuna. "Jadi … kamu sengaja ke rumah sakit hanya mau ngajakkin aku shopping?" tanya Lolita sembari melototi sahabatnya. "Hem ... aku juga mau kenalin kamu sama teman baruku," jawab Yuna. "Cowok?" tanya Lolita. “Iya.” “Gak usah deh, ngapain jodoh-jodohin sih? Aku bisa kok nyari jodoh sendiri.” “Kamu mau nyari jodoh dimana? Kamu di rumah sakit mulu kerjaannya.” Yuna menggeleng. “Jodoh ‘kan bisa datang sendiri.” Lolita menautkan alis. “Gimana mau datang, kamu selalu berinteraksi dengan pasien, gak pernah berinteraksi di luar sana.” Yuna menghela napas. “Aku beneran gak usah di kenalin, Yun, kamu kayak gini remehin aku banget deh.” Yuna hanya mengangguk dan menyunggingkan senyum. “Seharusnya itu saat kamu pulang bekerja, kamu seharusnya masih punya sisa tenaga untuk melakukan aktivitasmu yang lain di luar pekerjaan. Namun, jika yang terjadi justru kebalikannya, maka kamu harus mulai berpikir ulang apa yang salah dengan pekerjaanmu atau caramu menyelesaikan pekerjaan. Bekerja bukan berarti kamu harus menghabiskan seluruh tenagamu donk, Lol. Kamu tak harus mendedikasikan seluruh hidupmu untuk bekerja. Kamu harus nyari jodoh juga.” Yuna menggelengkan kepala. Sejenak Lolita berpikir, apa pun yang di katakan Yuna memang ada benarnya. Bekerja setiap hari, dari senin hingga jumat bahkan tidak sedikit juga yang tetap bekerja di hari libur seperti sabtu dan minggu, apalagi dengan profesi seorang dokter, mulai dari pagi hingga malam hari memang jadi rutinitas sehari-hari yang mau tidak mau, harus dijalani oleh kebanyakan orang termaksud Lolita.   Namun, dalam menjalani pekerjaan sehari-hari Lolita yang terkadang terlalu fokus untuk segera menyelesaikan pekerjaan atau tanggung jawab yang bertumpuk, sehingga akhirnya lupa untuk mengambil jeda atau rehat sebentar di tengah-tengah asyik bekerja. Dan, pada akhirnya ia sampai tak sempat mengenal pria lain. “Mau gak?” tanya Yuna. “Apa kamu gak bisa nunda pertemuan kamu dan teman kamu? Aku gak mau lah di kenalin seperti itu, kesannya aku perawan tua banget sampai harus di kenalin segala sama kamu,” kata Lolita. “Aku dah terlanjur janji, Felina sayang, aku mohon kali ini aja, ya? Aku pasti akan sangat malu jika gak datang bersama kamu.” "Baiklah. Kita langsung ke mall aja sekarang, mall ‘kan udah buka, lagian kalau aku udah tiduran lama dan bangunnya buru-buru aku kadang gak bisa bangun, lagian sore ini aku dines lagi," kata Lolita sembari beranjak dari duduknya dan mengambil tasnya. "Nah gitu donk, kamu susah amat ya di bujuk," kata Yuna nyengir karena berhasil mengajak sahabatnya yang emang sejak tadi kerjanya hanya menguap. ■■■■■ Sampai di mall Lolita dan Yuna langsung menuju toko sepatu yang koleksinya keren abis kata Yuna, Lolita tertarik membeli beberapa sepatu yang ia bisa pakai bekerja di rumah sakit karena baginya penampilan adalah yang utama. "Koleksinya keren-keren, Lol, aku mau beli berapa ya?" Yuna kegirangan. "Mbak mau yang mana?" tanya pegawai toko kepada Lolita yang sedang melihat-lihat. "Saya mau yang itu sama yang ini, saya coba di sana, ya," Tunjuk Lolita di salah satu kursi,  ia lalu duduk di sofa. Semua koleksi terbaru lalu berada di hadapannya karena pegawai toko begitu santun dan membuat Lolita ingin mencoba semua koleksi terbarunya. "Mbak pilih mana aja yang Mbak suka, lalu Mbak coba kalau cocok mbak bisa langsung bungkus atau masih ragu juga tidak apa-apa," kata pegawai itu seraya membuka dos sepatu satu persatu. "Saya hanya pilih dua loh, kok semua koleksinya malah kemari? Gak apa-apa, Mbak, saya bisa ambil sendiri kalau ada yang saya suka," kata Lolita keheranan. "Karena Mbak adalah pelanggan tetap dan pelanggan pertama kami dipagi ini, selain itu Mbak juga sangat cantik, jadi kami akan melayani Mbak dan teman Mbak secara hormat agar Mbak merasa puas berada di sini," kata pelayan resto menjelaskan dengan detail. Mendengar pujian itu membuat Lolita sejenak tersenyum bangga, namun ia cepat kembali sadar bahwa ia cantik dan masih ada yang lebih cantik lagi dari dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD