DUA PULUH EMPAT

1077 Words
Guru Kimia Archen memberi tugas kelompok yang terdiri dari tiga orang, anggota kelompok pun ditentukan oleh sang guru. Archen sedikit lega karena ia sekelompok dengan Sarah dan Rafi. Mereka bertiga pun bergegas menuju Lab Kimia untuk mengerjakan tugas kelompok. Fasilitas di SMA Pelita Bangsa memang sangat memadai, tak heran jika sekolah tersebut menjadi salah satu sekolah favorite di Jakarta. Di dalam lab, mereka hanya mengerjakan praktiknya saja, sementara untuk laporan harus dikerjakan di luar jam pelajaran. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk melaksanakan kerja kelompok pada hari Minggu di rumah Rafi. “Jam 10 udah kumpul di rumah gue ya, entar gue share location ke kalian berdua ya.” Ucap Rafi. Jiwa pemimpin dalam diri Rafi memang sangat kental. Tak heran selama tiga tahun berturut-turut ia selalu menjadi ketua kelas. Selain itu, saat kelas 11 ia juga pernah menjabat sebagai ketua osis. Itulah mengapa Rafi menjadi salah satu siswa populer di sekolah. Banyak gadis yang ingin menjadi pacarnya. Namun siapa yang sangka, tak seperti tampangnya yang terkesan playboy, Rafi justu setia dengan satu gadis yang dipacarinya sejak kelas sepuluh, Arafah. “Oke. Jangan lupa siapin cemilan yang banyak buat kita.”  Jawab Sarah. Sementara Archen hanya mengangguk sambil membersihkan peralatan praktikum. “Lo naik apa ke rumah gue?” tanya Rafi pada Sarah. “Motor.” “Lho, kenapa gak bareng Archen aja? Rumah kalian bukannya searah ya?” Sarah langsung melihat ke arah Archen, ia buru-buru mengkonfrimasi sebelum Archen merasa tidak nyaman, “Gak apa-apa, gue emang mau bawa motor kok, takut pulangnya mau pergi lagi.” Tentu itu hanya alasan Sarah. Ia tahu Archen tidak akan mau jika pergi bersama. “Oh, oke.”             Ketika jam pelajaran kimia berakhir, mereka langsung kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran berikutnya, mata pelajaran peminatan. Di SMA Pelita Bangsa terdapat mata pelajaran peminatan yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali. Mata pelajaran peminatan tersebut terdiri dari Sastra Mandarin, Sastra Jepang, Sastra Arab, Satra Korea, dan Sastra Jerman. Setiap murid dibebaskan untuk memilih bahasa asing yang mereka minati. Tak sedikit murid SMA Pelita Bangsa yang melanjutkan studi bahasa asing di perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri. Selama beberapa tahun terakhir, Sastra Korea menjadi mata pelajaran yang paling banyak peminatnya di SMA Pelita Bangsa. Hal itu tentu karena masuknya budaya Korea di beberapa negara termasuk Indonesia. Korea Selatan memang berhasil memperkenalkan budaya melalui drama korea, K-Pop, Produk Kecantikan, hingga Fashion. Tak heran jika banyak sekali siswi yang menyukai negeri gingseng tersebut dan tertarik untuk mempelajari bahasanya.             Namun, Archen tentu berbeda dengan kebanyakan orang. Sejak kelas sepuluh Archen selalu mengambil kelas Sastra Mandarin. Sastra Mandarin sendiri menduduki peringkat ketiga favorite setelah Sastra Korea dan Sastra Jepang. Bukan tanpa alasan Archen memilih Sastra Mandarin. Saat ini bahasa Mandarin merupakan bahasa internasional kedua di dunia setelah bahasa Inggris. Negeri China berhasil menjadi negara terkuat di dunia bersama dengan Amerika Serikat. Maka tak heran jika di beberapa negara, bahasa Mandarin digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Archen melihat peluang yangb besar bagi masa depannya jika ia mempelajari bahasa Mandarin di SMA. Hal menarik lain di SMA Pelita Bangsa adalah mata pelajaran peminatan sering kali digunakan sebagai pemersatu anak IPA dan IPS. Dalam satu kelas Sastra Mandarin misalnya, sebagian merupakan anak IPA dan sebagian lagi adalah anak IPS. Itulah kesempatan bagi para murid yang pacaran tapi terhalang jurusan. Saat mata pelajaran peminatan, mereka bisa sekelas dengan sang kekasih. Tak bisa dipungkiri jika ada beberapa siswa yang hanya ikut-ikutan mengambil kelas Bahasa Arab misalnya hanya karena sang kekasih mengambil kelas tersebut.  Hal serupa juga terjadi pada Archen dan Athena, keduanya berada di kelas Sastra Mandarin yang sama. Bukan tanpa alasan pula mengapa Athena memilih Sastra Mandarin, sebab di sekolah sebelumnya bahasa Mandarin menjadi salah satu mata pelajaran wajib. Sehingga Athena sudah menguasai ilmu dasarnya, dan ia tak perlu khawatir akan ketinggalan pelajaran. Hanya saja sejak Athena pindah ke SMA Pelita Bangsa, kelas Sastra Mandarin di-non aktifkan sementara karena sang guru sedang cuti melahirkan. Itulah sebabnya mengapa Archen dan Athena belum pernah bertemu dalam satu kelas yang sama. Namun tepat hari ini, sang guru sudah kembali mengajar dan kelas Sastra Mandarin pun diaktifkan. Archen langsung memasuki kelas Mandarin yang sudah dipenuhi oleh beberapa murid. Meskipun begitu Archen tak perlu khawatir, sebab tempat duduk di pojok sebelah kanan belum ada yang mengisi. Ya, itu adalah tempat duduk favorite Archen. Tidak lama kemudian Laoshi pun datang. Di kelas Sastra Mandarin, semua murid memanggil “Laoshi” yang berarti guru. Salah seorang siswa IPS berteriak dari tempat duduknya, “Selamat Laoshi karena udah melahirkan, semoga anaknya ganteng kayak saya.” Sontak seisi kelas menyoraki guyonan anak tersebut. Laoshi Sharon tertawa, “Terima kasih, tapi Puji Tuhan anak saya perempuan, jadi kayaknya gak ganteng kayak kamu.” Pelajaran pun di mulai. Hari ini seluruh murid diminta untuk menulis surat dalam bahasa Mandarin. Surat itu berisi harapan untuk diri sendiri di masa depan. Laoshi Saron meminta semua murid untuk membayangkan diri mereka dalam delapan tahun ke depan. Mulai dari harapan karir hingga percintaan. Semua murid tentu semangat jika suka membahas tentang “Percintaan.” Beberapa siswa IPS yang konyol berharap agar berjodoh dengan member JKT 48 bahkan Blackpink. Saat semuanya sedang fokus menulis surat, tiba-tiba seorang siswi mengetuk pintu kelas. “Laoshi, maaf terlambat.” Ucap Athena. “Ya, silahkan masuk. Kamu sepertinya anak baru di kelas Mandarin ya? Saya belum pernah melihatmu.” “Saya baru pindah ke sekolah ini Laoshi, nama saya Athena Dewi Yunani, pindahan dari Yogyakarta.” Athena kembali memperkenalkan diri di kelas Mandarin. “Oh, begitu. Anak-anak semua, apa kalian sudah kenal dengan Athena?” Tanya Laoshi Sharon kepada para murid. Beberapa ada yang menjawab “Sudah”, dan sebagian lagi menjawab “Belum.” Jadilah Laoshi Sharon meminta Athena untuk memperkenalkan diri secara lengkap di depan kelas. Saat itulah Athena menyadari keberadaan Archen. Ia sungguh tak menyangka bisa sekelas dengan Archen. Lelaki itu tersenyum melihat keunikan Athena saat sedang memperkenalkan diri. Sikap riang, polos, dan ketulusan Athena tanpa sadar membuat Archen semakin jatuh hati. “Ya, baik Athena, terima kasih karena sudah memperkenalkan diri. Sekarang kamu bisa duduk.” Hanya kursi sebelah Archen yang masih kosong. Tentu saja dengan senang hati Athena duduk di kursi tersebut. “Gue duduk di sini ya.” Ucap Athena sambil tersenyum. Beberapa murid melihat ke arah mereka berdua, mereka menebak-nebak bagaimana rekasi “Si Cowok Dingin” ketika ada orang asing yang duduk di sebelahnya. Archen membalas ucapan Athena dengan anggukan dan senyum lebar. Tentu saja dugaan mereka salah, sebab Athena bukanlah orang asing bagi Archen. Archen langsung menjelaskan kepada Athena tugas yang diberikan oleh Laoshi Sharon, gadis itupun mengangguk paham. “Gue boleh nyumbang harapan?” tanya Athena. “Harapan apa?” “Harapan untuk Archen versi 25 tahun.” “Apa?” “Semoga Archen bisa menikmati hidup. Semoga Archen bisa terus bahagia tanpa rasa sakit.” “Kenapa harapannya gitu?” “Sebab hidup tanpa rasa bahagia bukanlah hidup.” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD