DELAPAN BELAS

2209 Words
Mereka kemudian memesan taksi online untuk menuju ke Observatorium Bosscha. Setibanya di sana waktu masih menunjukkan pukul empat sore, sehingga mereka harus menunggu kurang lebih satu jam lamanya. Kedua remaja itu memutuskan untuk berkeliling komplek Bosscha yang luas nan hijau. Bukan Lembang namanya kalau  udaranya tak terasa dingin. Athena menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya agar terasa hangat. “Lo gak bawa jaket emang?” tanya Archen. “Enggak, gue gak tahu kalau ternyata bakal sedingin ini.” Archen kemudian mengeluarkan jaket dari dalam tasnya, “Nih.” “Lo gak mau pake emang?” “Enggak, lagian gue kan pake lengan panjang. Lo aja yang pake.” Gadis itu pun langsung mengenakan hoodie berwarna abu-abu milik Archen. Ukurannya yang besar membuat Athena terlihat sangat mungil dan menggemaskan. Lagi-lagi Archen tak bisa menahan tawa melihat Athena jari-jari Athena yang tenggelam dalam balutan hoodie. Saat sedang bersama Athena, waktu terasa begitu cepat bagi Archen. Menunggu satu jam seperti menunggu lima menit, sebab Athena adalah pribadi yang menyenangkan. Siapapun akan merasa nyaman saat sedang bersamanya. Tepat pukul lima sore kunjungan pun dimulai. Pertama-tama para pengunjung diarahkan untuk memasuki bangun kupel yang di dalamnya terdapat teleskop refektor Ganda Zeiss yang merupakan teleskop terbesar dan tertua di Bosscha. Para pengunjung diberikan sedikit penjelasan mengenai sejarah teleskop Ganda Zeiss serta penggunaannya. Athena benar-benar merasa takjub berada di dalam bangunan kupel dan melihat teleskop dengan ukuran yang sangat besar. Selanjutnya para pengunjung diarahkan menuju ruang audio. Saat itulah petugas kembali menjelaskan tentang sejarah Observatorium Bossch dan ilmu astronomi. Di katakan bahwa Observatorium Bossha merupakan Observatorium tertua di Asia yang didirikan pada zaman Belanda. Observatorium Bosscha merupakan tempat pendidikan dan riset mengenai benda-benda langit atau yang biasa disebut dengan ilmu astronomi. Saat ini Observatorium Bosscha dikelola oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bersama dengan Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB).   Namun kabar buruknya adalah sudah banyak polusi cahaya di sekitar Bosscha, hal itu berakibat pada terganggunya pengamatan benda-benda langit dari Observatorium Bosscha. Seperti yang kita tahu, saat ini Kota Bandung sudah menjadi salah satu destinasi wisata favorite banyak orang. Sehingga banyak sekali lampu-lampu buatan, seperti lampu gedung, lampu taman, atau lampu dari tempat liburan. Lampu-lampu itulah yang menyebabkan polusi cahaya dan menutupi cahaya alami dari langit. Selesai dari ruang audio, para pengunjung diberi kesempatan untuk menghampiri toko souvenir. Inilah salah satu bagian kesukaan Athena. Tak jauh berbeda dengan perempuan lain yang suka belanja, Athena pun begitu, terlebih kalau sudah melihat diskon, bisa kalap! Sementara Athena asik memilih kaos, Archen hanya melihat-lihat beberapa souvenir yang terpajang. “Archen, sini deh.” Panggil Athena. Archen pun menghampiri. Athena memperlihatkan dua pasang kaos berwarna biru dongker dengan gambar astronot di depannya, “Beli kaos ini yuk, biar kembaran sama gue.” “Buat apa sih? Enggak ah, elo aja.” “Yah, Archen, plissss.” Athena kemudian memasang wajah cemberut. “Iya, iya, yaudah, ada ukuran L gak?” Athena menjawab dengan antusias, “Ada! Kali ini gue yang bayar ya.” Tanpa menunggu jawaban dari Archen, Athena langsung menuju kasir untuk membayar kaos tersebut. Puncak dari kunjungan malam pun tiba. Para pengunjung akan segera melakukan peneropongan langit malam. Takdir seolah berpihak pada Athena dan Archen, keadaan langit yang cerah menjadikan acara peneropongan malam itu berjalan dengan lancar. Saat berada di dalam ruangan para pengunjung menggunakan teleskop Bamberg untuk pengamatan, sementara saat berada di luar ruangan menggunakan teleskop portable. Athena benar-benar takjub dapat melihat berbagai macam planet, mulai dari Saturnus hingga Jupiter. Keberadaan benda langit benar-benar di luar jangkauan manusia. Jika dipikirkan melalui logika, kenapa hanya bumi yang bisa ditempati oleh manusia? Lalu, apakah mungkin ada makhluk yang menempati planet lain? Berapa sebenarnya jumlah bintang yang ada di langit? Bagaimana mereka tercipta? Hal-hal itu tentu tidak bisa dijawab sepenuhnya oleh manusia, melainkan kuasa Tuhan. Acara peneropongan selesai tepat pukul delapan malam. Semakin malam udara di Lembang tentu semakin dingin. Namun berkat hoodie yang diberikan oleh Archen, saat ini hanya kehangatan yang Athena rasakan. Sebelum menuju ke hotel, mereka berdua memilih untuk berhenti di salah satu rumah makan dengan menu andalan Nasi Tutug Oncom. Nasi Tutug Oncom merupakan salah satu makanan khas Bandung yang rasanya nikmat. Nasi Tutug Oncom adalah nasi yang dicampur dengan oncom dan disajikan dengan beberapa lauk pauk lainnya seperti ayam goreng, tahu dan tempe goreng, sambal serta lalapan. Udara yang dingin membuat siapapun jadi merasa cepat lapar, termasuk Athena dan Archen. Archen menambah satu nasi tutug oncom namun tidak dengan lauknya, sedangkan Athena menambah satu potong ayam goreng. Tidak sampai dua puluh menit keduanya sudah melahap habis semua makanan yang ada di meja. Karena lokasi hotel yang tak terlalu jauh dari tempat makan, mereka memilih untuk berjalan kaki menuju hotel sambil menikmati suasana malam Kota Bandung. Angin sepoy-sepoy beserta suara lalu lalang kendaraan seolah memperkuat keindahan dari  kota ini. Tak heran jika bagi sebagian orang Bandung adalah kota romantis. Tanpa disadari Archen yang tadinya berjalan di sebelah kanan kini mengganti posisinya menjadi di sebelah kiri Athena. Ya, itu adalah salah satu acara Archen untuk melindungi Athena. Jika suatu hal buruk terjadi, seperti tertabrak kendaraan atau ada seseorang yang berniat jahat, maka hal buruk itu akan menimpa Archen, bukan Athena. Sebab Archen lah yang saat itu berdiri tepat di pinggi jalan raya. Jarak yang harus mereka tempuh kurang lebih empat ratus meter. Jika berjalan sendirian tentu jarak itu akan terasa cukup jauh, namun jika bersama seorang terkasih jarak itu bukan lah apa-apa. Dan itulah yang dirasakan oleh kedua remaja tersebut. Seolah terbawa angin, mereka kini sudah sampai tepat di depan hotel yang pilihkan oleh Bunda Athena. Itu adalah salah satu hotel bintang empat yang cukup terkenal di Lembang. Setelah cek-in, Archen mendapat kamar nomor 404 sedangkan Athena kamar nomor 405. Kamar mereka pun saling berhadapan. Setelah masuk ke kamar masing-masing, hal pertama yang Athena lakukan adalah bersih-bersih alias mandi. Namun entah benar atau hanya sugesti saja, Athena merasa ada seseorang yang mengetuk pintu kamar hotelnya. Saat Athena mematikan shower, suara itu menghilang, tetapi saat Athena menyalakan shower, suara itu tiba-tiba kembali muncul. Ini adalah pertama kalinya Athena menginap di kamar hotel sendiri, jadi wajar jika ia berspekulasi yang tidak-tidak. Terlebih untuk urusan mistis, Athena tergolong anak yang penakut. Padahal ia gemar sekali menonton film horror, tetapi karena film horror itu juga lah yang sering kali membuat Athena membayangkan hal yang tidak-tidak saat sedang sendirian dan berada di tempat sepi. Athena masih berusaha untuk tetap berpikiran positif, ia mengganggap suara tadi hanyalah sugesti dari dalam dirinya. Gadis itupun segera merebahkan tubuh di kasur dan memejamkan mata. Padahal saat itu waktu baru menunjukkan pukul sembilan malam. Kali ini suara datang dari dalam kamar mandi. Bukan suara ketukan melainkan suara air. Athena memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandi dan menemukan keran dalam keadaan terbuka. Padahal jelas-jelas ia sudah mematikan semua keran dan shower begitu selesai mandi tadi. Kali ini Athena sudah tidak bisa untuk berpikiran positif. Ia pun segera mengambil ponsel dan keluar dari kamarnya. Ya, Athena berniat untuk pergi ke kamar Archen. Tak lama setelah Athena mengetuk pintu, lelaki yang saat itu mengenakan kaos hitam dengan celana boxer selutut pun segera membuka pintu. Archen sedikit kebingungan melihat Athena yang mengenakan piyama berwarna biru dengan gambar panda sedang berdiri di depan kamarnya, “Lo ngapain di sini?” tanya Archen. “Sen, plis, gue tidur di kamar lo, ya?” ucap Athena dengan nada ketakutan sampai sesekali melihat ke arah kamarnya. “Ha? Gila kali lo?” “Aduh, Sen, kasih gue masuk dulu dong, entar gue jelasin di dalam.” Tanpa menunggu jawaban dari Archen, Athena langsung menerobos tubuh Archen yang saat itu menghalangi jalannya. Archen benar-benar bingung sekaligus khawatir. Ia melihat lorong hotel untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat Athena masuk ke dalam kamarnya. Jujur saja, Archen takut digrebek! Kini Athena sudah duduk di sofa panjang sambil menggigit kuku. Archen yang kebingungan dengan sikap Athena langsung duduk di sampingnya, “Lo kenapa deh kayak orang abis ngeliat setan aja ekspresinya.” Athena langsung menutup mulut Archen dengan telapak tangannya, “Ih lo tuh ya, kalo ngomong jangan sembarangan. Kalau “dia” nya denger terus malah pindah ke kamar lo gimana?” “Dia?” tanya Archen bingung. “Iya, makhluk yang tak kasat mata! Lo harus tahu, kamar gue tuh horror parah. Masa tadi pas gue lagi mandi, tiba-tiba aja ada yang ngetok pintu kamar gue. Terus nih ya, pas gue lagi mau tidur, masa keran kamar mandi kebuka dengan sendirinya. Pastikan ada yang gak beres!” Archen berusaha untuk menenangkan Athena, “Sugesti lo aja kali itu mah.” Athena meletakkan ponselnya di meja yang ada di samping sofa dan kini mulai menatap Archen, “Enggak, Sen, gue serius! Malem ini gue tidur di kamar lo ya, plis, plis, gue takut banget.” Archen langsung menelan ludah setelah mendengar permintaan Athena. Pikirannya mengarah kemana-mana. Di satu sisi Archen teringat pesan Bunda Athena untuk selalu melindungi dan menjaga Athena, namun di sisi lain Archen takut terjadi hal-hal yang sulit untuk dikendalikan. Maklumlah, bagaimanapun juga Archen hanya remaja laki-laki biasa dengan orientasi seksual yang normal. Tapi melihat Athena memohon dengan tatapan melas membuat Archen tak tahan, ia pun menyetujui permintaan Athena. “Yaudah, lo tidur di kasur. Biar gue tidur di sofa aja.” Ucap Archen yang saat itu langsung mengambil remote dan menyalakan televisi. “Ih, gak usah, kan gue yang numpang kamar. Jadi gue aja yang tidur di sofa, lo di kasur.” Archen kembali duduk di samping Athena dan menatap matanya, “Kalau kayak gitu, yang ada tidur gue gak nyenyak karena khawatir lo gak nyaman tidur di sofa.” DEG! Jantung Athena seolah berhenti saat Archen mengucapkan itu. Siapapun yang melihat dan mendengar pasti mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara. Athena mengipas-ngipaskan wajah yang terasa memerah karena mendengar ucapan Archen. Suasana pun sedikit canggung. Untuk mencairkan suasana Athena segera mengganti channel tv, “Aduh, ini gak ada film yang seru apa ya.” Ucap Athena tiba-tiba. Karena menggunakan tv kabel, ada banyak channel tv hollywood maupun asia. Hingga ada salah satu channel yang menayangkan film “Love, Rosie.” Itu adalah salah satu film bergenre romantic dan komedi dengan durasi satu jam empat puluh menit. Saat perjalanan menuju hotel tadi, mereka berdua sempat  mampir ke minimarket untuk membeli beberapa cemilan. Archen pun memberikan sekotak jus apel dan ciki kepada Athena. Mereka kini sudah duduk berdua di atas sofa sambil menonton film dan menikmati cemilan. Archen diam-diam memperhatikan Athena saat gadis itu sedang tertawa lepas karena adegan komedi yang ada di film. Tanpa Archen sadari, ia mulai menaruh perasaan pada Athena. Entah karena perjalanannya kali ini atau memang sebenarnya sudah sejak awal ia menaruh hati pada Athena. Hanya saja ia tak menyadari, atau mungkin tak mengakui. Ketika keduanya sedang fokus nonton, tiba-tiba saja muncul adegan ranjang yang membuat keduanya kini merasa kikuk. Athena tidak tahu apa yang harus ia lakukan, gadis itu pura-pura memainkan sedotan jus apelnya, “Aduh lama banget lagi adegan panasnya.” Batin Athena. Tak jauh berbeda, Archen juga pura-pura sibuk dengan biscuit coklat yang ada di tangannya. Setelah adegan ranjang selesai, mereka kembali fokus menonton. Kurang lebih setelah sembilan puluh menit menonton, Athena tertidur di atas sofa. Sementara Archen masih melanjutkan nontonnya. Athena yang saat itu sudah tertidur nyenyak tidak menyadari bahwa ia mengubah posisi tidurnya. Ya, kini ia menjadikan paha Archen sebagai bantalnya. Archen terdiam mematung, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Haruskah ia membangunkan Athena dan menyuruhnya untuk pindah ke kasur? Tapi Archen tak tega, gadis itu terlihat lelah sekali. Atau haruskan ia memindahkan tubuh Athena tanpa membangunkannya? Archen kemudian memperhatikan wajah Athena, mulai dari alisnya yang tak terlalu tebal, hidungnya yang kecil, matanya yang bulat, hingga pipinya yang chubby. Dan bibir itu, bibir yang selaku mengukir senyum tulus adalah salah satu ciri khas Athena. Beberapa orang mungkin sudah tidak asing dengan kalimat “Laki-laki dan perempuan tidak boleh berduaan, nanti yang ketiganya setan.” Dan kalimat itu sekiranya sudah hampir terbukti. Tiba-tiba saja tangan Archen menyentuh bibir mungil Athena, ia kemudian menundukkan kepala, dan mendekatkan bibir ke bibir Athena. Namun saat tinggal satu jengkal, Archen langsung teringat dengan semua ucapan bunda Athena. Athena harus dilindungi bukan hanya dari kejahatan yang datang dari orang lain, tapi juga dari dirinya. Toh, jika Archen mencium bibir Athena saat itu, itu berarti Archen melakukan kejahatan karena mencium tanpa seizin Athena. Ia tak ingin mengingkari janji yang sudah dibuat. “Sadar, Sen, sadar, lo cuma lagi terbawa suasana. Jangan sampai napsu mengendalikan diri lo dan membuat segalanya menjadi berantakan.” Lelaki itu pun langsung mengangkat kepalanya. Sebelum semuanya bertambah parah, Archen memutuskan untuk menggotong Athena dan memindahkan ke kasur. “Ini anak makannya banyak tapi kok badannya enteng ya.” Batin Archen. Setelah memindahkan Athena, Archen langsung merebahkan dirinya di sofa, dan tak lama kemudian ia sudah terbawa ke alam mimpi. Tengah malam Athena terbangun karena merasa harus. Dilihatnya Archen yang sedang tertidur pulas di sofa tanpa selimut. Gadis itu pun langsung mengeluarkan kain bali dari dalam tasnya. Kain yang selalu Athena bawa saat sedang berpergian, walaupun tipis tapi cukup memberikan kehangatan. Dipasangkan kain itu di atas tubuh Archen, tentu saja tak bisa menyelimuti dengan sempurna sebab kain itu tidak terlalu panjang dan tubuh Archen tergolong tinggi. Jika tinggi Athena 155 cm, diperkiran tinggi Archen sekitar  175 cm. Sering kali Athena harus mendongakkan kepala saat sedang berbicara dengan Archen dalam keadaan berdiri. Athena memperhatikan lekat-lekat wajah Archen, tak pernah menyangka bahwa lelaki yang selama ini tak pernah mau berbaur dengan orang lain, yang awalnya selalu cuek dan mengabaikan dirinya, kini sedang tertidur pulas di hadapannya. Namun saat sedang tidur, mata yang selama ini selalu memancarkan luka dan dendam seketika menghilang. Yang ada hanyalah sosok lelaki remaja yang kurang kasih sayang. Athena mengelus-ngelus kepala Archen, “Gue akan bantu sembuhin luka lo, Sen, gue janji.” Ucap Athena lirih.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD