Bab 6. Kami sangat dekat

1092 Words
Selamat membaca.. _____ “Mereka gak ada yang ngebuli kamu kan?” Tanya Danial begitu kami sudah berjalan untuk pulang sekolah. “Gak kok. Tapi kalu Gim buat mereka kesel karena aku ya bisa aja” Kataku menyindir Gim namun yang disindir tidak merasa kesindir. Aku dan Danial kompak menatap Gim lalu Danial melepaskan headphone Gim secara paksa “Gim!” seru Danial, Gim baru menoleh dengan perlahan. “kenapa?” katanya. “Kenapa, kenapa. Masih nanya kenapa. Katanya mau jadi kakak yang baik buat Sun awas aja ya entar kalau ada yang ngebuli Sun gara-gara kamu. Kasian dia udah gak tinggi tinggi di buli lagi” kata Danial, lah ini cowok lagi ngebela aku atau malah ngejek sih. “Eh Dan kamu barusan ngejekin aku pendek ya?” “Enggak kok karena nyatanya kamu emang pendek kan?” Danial tertawa sambil berlari sebelum aku mengejar dan memukulinya. Gim mengikuti kami dari belakang. “Aku jarang buat masalah untuk Sun palingan yang sering buat Sun dapat masalah itu ya kamu sendiri” Ucap Gim, Danial berhenti berlari menghindariku. “Nah tuh denger apa kata Gim jadi jangan jadi pahlawan kesiangan sok sok an ngancam Gim segala” Aku tertawa melihat ekspresi kesal danial. Cowok itu berjalan cepat kearah Gim lalu mengapit leher Gim diantara lengannya. Aku hanya berdiri disamping kedua cowok tinggi itu disela Danial yang memarahi Gim “Kamu itu kapan mau ngebela aku sih. Hei aku ini sahabat kamu juga sekali kali kek kamu belain aku juga masa dari dulu Hafsun mulu yang kamu belain” Danial mengetuk ngetuk kepala Gim. Anehnya Gim tidak melawan cowok itu pasrah saja di perlakukan seperti itu oleh Danial. Aku hanya tertawa dan kami memilih pulang jalan kaki ketimbang naik taksi online. “Dan pinjam papan skate dong” mintaku yang dengan senang hati dipinjami oleh Danial. Aku memang tidak seahli Danial saat memainkan papan Skate tapi setidaknya aku bisa menyeimbangkan diri diatas papan beroda itu. Kedua sahabatku itu hanya berjalan mengikutiku dari belakang mereka bagaikan bodyguard yang selalu ada dibelakangku seperti cerita di film film hanya saja dua sahabatku itu memiliki ciri khas yang lain dari yang lain poknya paling beda. Jika sahabat yang dideskripsikan oleh kebanyakan orang adalah saling tertawa, saling mengejek dan melakukan hal-hal konyol maka kami bertiga sedikit berbeda termasuk pada salah satu dari kami yaitu Gim. Jika ada yang melihat Gim pernah tertawa itu adalah hal paling menakjubkan seumur hidup kalian. Mengapa? Karena aku saja yang dari bayi kenal sama Gim, Cowok itu hanya beberapa kali tersenyum apa lagi tertawa. Melihat Gim tertawa itu sangat langka jika bisa masuk kedalam keajaiban dunia sudah aku daftarkan sahabatku yang satu ini. “Sun pelan-pelan woy!” teriak Danial begitu aku sudah cukup jauh meninggalkan kedua cowok itu dengan bermain papan skate milik Danial. Aku menoleh lalu tersenyum kearah mereka sambil menunggu di pinggir trotoar. “Cepetan ih, langkah kalian itu tiga kali langkahku masa kalah sama langkah cebong” Tak lama Danial dan Gim sampai didepanku dan kami berjalan bersamaan lagi “Cebong aja bisa berubah jadi katak kamu kok gak berubah dari dulu gini-gini aja” Ejek Danial. Aku langsung menggeplak lengan cowok itu dimana yang digeplak malah tertawa kan k*****t. “Kalau aku berubah jadi hulk nanti kamu kaget lagi” “Gak bakalan kaget kok lah kamunya sekarang udah mirip hulk gitu” Danial kembali tertawa kali ini sambil menghindari pukulan yang aku layangkan. Kalau Gim jangan ditanya lagi, Cowok itu tetap berjalan dengan santai bahkan sesekali berhenti hanya untuk melihatku dan Danial berantem kecil kecilan. Gim tipe cowok yang gak mau ribet dan dia akan tetap bersikap santai dan tenang meski negara api sedang menyerang. Sepanjang perjalanan pulang aku dan Danial tidak berhenti bercanda jika tidak saling mengejek aku bakalan minta digendong. Pasti pada bertanya tanya udah gede kok minta gendong, lah emang apa salahnya mereka kan bodyguard setia lagian yang dimintai gendong juga gak protes kok. Setiap kali ada yang melihat kedekatan kami bertiga mereka akan mencibirku sebagai cewek yang ini lah cewek yang itu lah. Halah masa bodoh, ah iya katanya kalau kita lagi diomongin orang, dosa kita diambil oleh mereka yang ngomongin kita. Kalau gitu omongin aku gih sebanyak banyaknya biar dosaku banyak berkurang. “Cebong, weekend nanti camping yuk” Ajak Danial. Aku melompat dari gendongan cowok itu. “Kan lagi musim hujan” jawabku. Danial merangkul pundakku sedangkan tangan satunya lagi mengayun didepan wajahku. “Lihatlah hari yang cerah ini, tanpa awan dan tanpa mendung lalu lihat juga tanah ini yang kering kerontang gak pernah dikasih minum” kemudian Danial menatapku “Terus musim hujan dari mana coba!” Danial mulai ngegas. Aku tertawa konyol, Danial benar juga, beberapa hari ini memang tidak ada hujan dan tanah disekitar daerah sini juga kering. Danial menepuk pundak Gim “Weekend ya weekend, kita camping barengan bertiga mumpung belum sibuk sama tugas tugas sekolah” ucapnya mengingatkan Gim. “Oke” jawab Gim singkat padat dan gak perlu koreksi lagi. Aku bangga memiliki Gim sebagai sahabatku karena apapun yang kita inginkan akan langsung disetujui olehnya begitu saja meski itu hal tidak wajar sekalipun. Jika biasanya pulang sekolah anak-anak yang lain akan pulang sekolah kerumah masing-masing maka kami tidak. Rumahku adalah rumah Gim dan Danial begitupun sebaliknya dan sekarang kami bertiga ada dirumah Gim. Aku mengganti baju seragam dengan baju kaos Gim dan soal celana aku bawa cadangan ditas sekolah karena celana Gim gak ada yang pas aku pakai. “Gim! stick ps nya kamu sembunyikan dimana!” teriak Danial dari ruang tengah. “Dekat kipas angin” Jawab Gim dari arah dapur. Aku keluar dari kamar Gim dengan memakai baju cowok yang udah seperti kakak kandungku sendiri, Aku duduk didekat Danial dan langsung disodori stick ps oleh cowok itu. Danial memilih dvd game milik Gim yang tersedia lalu kami sepakat memainkan game sepak bola. Lokasi di sekitar rumah kami memang tidak luas jadi kami tidak bisa bebas bermain sepak bola alhasil sebagai jalan pintasnya adalah kami mengganti permainan bola besar dengan video game. “Kalian gak lapar pulang sekolah langsung main?” Tanya Gim. Aku dan Danial kompak menggeleng sembari memainkan game yang sedang kami mainkan. Gim duduk disofa sambil memangku toples cemilan menonton permainanku bersama Danial sampai salah satu diantara aku dan Danial kalah barulah kami mengalihkan fokus kami yang tadinya kearah layar didepan sana menjadi kearah toples yang sedang didekap oleh Gim. Aku dan Danial rebutan toples itu sedangkan si empunya santai-santai saja. “Pesan online ya makanannya” ucap Gim. Aku dan Danial mengangguk karena memang perut kami keroncongan. Gim memainkan ponselnya selang tiga puluh menit bel rumah Gim berbunyi. “Pesanan. Go food” panggil kurirnya dari luar. Gim berdiri dari duduknya untuk menerima pesanan makanan setelah itu kami menghabiskan makanan yang dipesan Gim bareng-bareng sampai perut kita bertiga kenyang dan setelah kenyang, Tidur adalah pilihan yang terbaik setelah perut terisi alhasil kami bertiga tepar didepan pc yang masih menyala seperti kucing rumahan yang menghabiskan waktunya dengan bermalas malasan. Teman mana lagi yang dapat kamu temukan seperti kami. Persahabatan kami ini murni dan langka jarang mendapatkan sahabat seperti mereka. Good sleep. __ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD