Mafia 6 - Washington DC

1573 Words
“Hari ini, kau sudah boleh pulang, Vio. Ingat, jangan banyak bergerak dulu. Kakimu sedang proses penyembuhan.” Suara Dokter yang selesai memeriksa kondisi Viora, membuat gadis itu hanya mengangguk pelan. Hari ini, Viora sudah boleh pulang meskipun masih harus melakukan fisioterapi dalam beberapa hari ke depan agar tidak terjadi cedera serius di kakinya yang dililit oleh perban putih itu. “Terima kasih banyak, Dokter,” jawab Viora kemudian turun dari brankar rumah sakit dengan bantuan kruk. Kali ini, dia belum bisa berjalan dengan normal lagi dan tentu saja hal itu membuatnya sedih. Dia kehilangan kesempatan untuk tampil. Dan tahun ini, dia harus merelakan piala penghargaan untuk penari terbaik itu, jatuh ke tangan orang lain. “Terima kasih banyak, Dokter. Kami permisi,” ucap Queen. “Sama-sama. Jangan lupa jadwal fisioterapi nya ya?” “Baik.” Queen dan Viora, melangkah keluar dari ruangan itu. Melihat kondisi Viora yang tertatih dengan bantuan kruk di kedua lengannya, membuat Queen tak tega. Seharusnya, kejadian semalam tak pernah terjadi agar Viora tak merasa kesakitan seperti ini. “Hati-hati, Nak.” Queen memperingatkan. “apa kita pakai kursi roda saja?” lanjutnya. Namun, Viora malah menggeleng pelan. “Aku harus belajar dan membiasakan diri menggunakan kruk, Bu. Selama beberapa minggu ke depan, kruk ini akan menjadi teman setiaku. Aku tidak mau terlihat lemah dengan menggunakan kursi roda.” Jawaban Viora bersama langkahnya yang menapaki lantai demi lantai, membuat Queen hanya bisa menghela napasnya pelan. Andai pagi ini, Robert tak sibuk dengan tugasnya lagi, Viora tidak akan kesulitan seperti ini. “Kau akan segera sembuh, Vio. Jangan bersedih lagi.” “Tentu saja, Bu.” Ke dua anak dan ibu itu pun terus melanjutkan langkah mereka sampai di luar rumah sakit, kemudian masuk ke dalam mobil yang sudah stay di sana, untuk membawa ke duanya pulang ke rumah. *** Di tempat lain, ada seorang pria yang sudah menginjakkan kakinya di negara itu juga. Sebenarnya, pria itu sudah sampai sejak semalam dan menginap di sebuah hotel untuk beristirahat. Pagi ini, dia baru akan memulai aktivitas nya di negara ini, yang dia sambangi hanya demi anak buahnya yang tertangkap dan berada di kantor polisi. Aressam Van Helfik. Ressam akan berusaha untuk menggagalkan rencana aparat kepolisian yang sedang mencoba untuk meretas sistemnya. Dan misi pertama yang harus dia lakukan adalah, menemukan polisi yang sudah berhasil menangkap sekaligus mengungkap identitas palsu anak buahnya karena polisi itu tentu saja berbahaya setelah berhasil menggagalkan penyelundupan senjata ilegal miliknya yang membuatnya mengalami kerugian cukup besar. “Apa yang akan kita lakukan hari ini, Tuan?” Salah satu algojo kepercayaannya, bertanya pada Ressam yang saat ini sedang bersantai di ruang tamu kamarnya, untuk menikmati segelas cappuccino hangat yang dibawakan pelayan hotel tadi. “Kau bisa bersantai dulu. Karena hari ini, aku juga ingin bersantai dengan mengelilingi kota ini. Anggap saja, mencari udara segar sebelum rencana untuk menyerang polisi itu terlaksana,” jawab Ressam datar kemudian bangkit dari duduknya. Dia meraih topi yang berada di atas meja, sekaligus kacamata hitam berikut masker yang akan menutupi wajahnya. Keberadaannya tentu saja, tidak boleh diketahui oleh seseorang. Bodyguard itu hanya mengangguk pelan. Sadar akan posisinya yang sebentar lagi akan terancam. Mengikrarkan sumpah setia pada pria di depannya saat ini, tentu saja sudah menempatkan dirinya sendiri di antara jembatan hidup atau pun kematian. Tapi, dia sama sekali tak menyesal. Meski pria itu kejam, tetap saja pria itu memiliki rasa tanggung jawab besar dengan menjamin nyawa anak buahnya tetap aman selama bertugas. Ressam memandangi penampilannya lewat kaca besar yang berada di sudut ruangan. Dengan hoodie besar yang menutup tubuhnya dan juga celana jeans yang robek di beberapa bagian, membuat penampilannya sudah cukup dikatakan sempurna. Tentu saja untuk menyamarkan statusnya sebagai pria matang yang sudah berumur. Belum lagi karena bantuan topi, kaca mata hitam dan juga masker yang menutupi separuh wajahnya, sudah pasti tidak akan ada yang mengetahui keberadaannya di negara ini, setelah terasing kan begitu lama. “Apa mobil yang aku minta sudah ada?” tanya Ressam sebelum keluar dari kamar hotel yang sudah dia booking selama beberapa hari ke depan. Bodyguard itu mengangguk lagi untuk yang ke dua kalinya. “Sudah, Tuan.” “Bagus.” Setelah memberikan apresiasi berupa satu kata pujian itu, Ressam pun membuka pintu dan segera keluar dari sana. Hari ini, dia akan mengelilingi kota ini. Jika perlu, dia akan menampakkan dirinya di depan gadis naif yang sudah membuatnya terjatuh begitu dalam, dan tentu saja akan dia buat gadis itu ikut serta jatuh bersama dengannya. Viora Alexander. Terlepas keluarga Viora adalah musuh besarnya, dia tidak akan berhenti untuk mendapatkan gadis itu lagi. 4 tahun yang lalu, dia berhasil menahan dirinya ketika Viora terang-terangan menggodanya dan menempelinya bagai lintah. Rasa tertarik yang sama, harus bersitegang dengan dendam yang dia bawa, sehingga dirinya memilih untuk melanjutkan dendam yang dia bawa dan mengubur dalam-dalam perasaan untuk Viora. Merelakan gadis itu melepaskan diri darinya, setelah dia menolak Viora dan membuat Viora sakit hati setelah dirinya mengatakan telah tertarik kepada wanita yang lebih matang. Saat itu, Viora meninggalkan Perancis dan memilih untuk tinggal bersama ke dua orang tuanya di negara ini. Dan dirinya tidak bisa melakukan apa-apa selain memendam rasa terluka itu sendiri, karena saat itu ada yang lebih penting dari Viora dan juga perasaannya. Namun, di masa ini tidak lagi. Sudah cukup dirinya memendam gejolak perasaan untuk gadis itu yang semakin hari seolah racun yang memabukkan sekaligus mematikan. Viora dan semua yang wanita itu miliki, membuatnya terjatuh. Dan rasa untuk memiliki Viora semakin besar. Tak peduli jika yang akan dia lakukan pada Viora nanti, akan membuat Dave memburu nyawanya lagi. Demi Viora, dia akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Ressam memasuki mobil yang sudah dipersiapkan oleh anak buahnya. Setelahnya, dia menghidupkan mobil itu dan segera pergi dari sana. Sambil lalu mengelilingi kota ini, dia akan mengawasi bagaimana gerak-gerik gadis impiannya yang sedang terbaring di rumah sakit. Sial! Seseorang sudah membuat gadis kecilnya terluka dan malu di depan banyak pasang mata. Tunggu saja tanggal mainnya. Dia akan menemukan segera siapa pelaku yang sudah membuat Viora celaka dan membalasnya setimpal, bahkan lebih banyak. Beberapa menit, Ressam lalui dengan menjelajahi jalanan itu, sampai dia memutuskan untuk menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran. Dia memang belum sarapan pagi, dan sepertinya hidangan di restoran itu, cocok untuk mengisi perutnya yang terasa lapar. Begitu Ressam keluar dari mobil, tiba-tiba saja arah pandangannya jatuh pada sebuah objek yang sukses membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Gadis yang sedang melangkah dengan susah payah menggunakan kruk itu dia kira masih berada di rumah sakit sekarang. Tapi ternyata tidak. Viora sudah keluar dari rumah sakit, dan memang nyata berada di depannya sekarang. Ressam menelan salivanya kasar. Baru kali ini, dia melihat Viora secara langsung setelah berpisah begitu lama. Wajah manis gadis itu, terlalu banyak berubah meskipun tidak signifikan. Viora terlihat dewasa dan memesona. Kulitnya yang putih bersih, terlihat bersinar dengan rona di kedua pipinya, disertai senyuman yang tak luntur dari sana meskipun gadis itu sedang berada dalam kesulitan. Viora, kenapa kau terlalu memabukkan? “Ahh—“ Brughh! Di tengah lamunan Ressam yang begitu memuja Viora, tiba-tiba saja, keseimbangan Viora dengan kruk yang digunakannya tadi, sudah terjatuh ke lantai. Viora terlihat meringis sambil memegangi kakinya. “Maafkan aku, Nona!” Gemeletuk gigi Ressam terdengar, begitu dia melihat pria yang menabrak Viora, malah berlalu begitu saja tanpa berniat untuk membantu Viora bangun dari posisinya. Baiklah, pria itu sudah mencari masalah dengannya begitu membuat Viora kesakitan. Ressam meninggalkan pijakannya tadi. Begitu, dia berpapasan dengan pria itu, Ressam sengaja memperlebar langkahnya, sehingga ayunan kakinya yang kuat, berhasil mengenai tulang kering pria itu sedikit kuat, “Aduh!” ringis pria itu sambil memegangi kakinya dengan posisi menunduk. Pria itu menoleh ke arah Ressam yang sengaja menghentikan langkahnya untuk melihat respons pria itu. “Apa jalanmu tidak memakai mata hah?!” teriak pria itu dengan kesal. Senyuman tipis Ressam yang tersembunyi di balik maskernya, merekah. “Kau juga tidak memakai matamu saat berjalan sehingga kau membuat gadis itu terjatuh.” Setelah membungkam pria itu dengan kata-kata yang menjadi bumerang untuk pria itu sendiri, Ressam melanjutkan langkahnya dan menghampiri Viora yang masih meringis di sana. Kesalnya, tidak ada seorang pun yang membantu Viora bangun dari posisinya, sehingga dirinya lah yang harus memberanikan diri untuk membantu Viora, meskipun dengan detak jantung, yang saat ini sudah seperti menabung genderang di medan perang. Ressam menunduk di depan Viora, sehingga membuat Viora mendongak ke arahnya. Beruntung, saat ini dia memakai kaca mata hitam sehingga Viora tidak akan mengenalinya. Belum lagi, saat melihat tatapan penuh Viora yang seakan mampu menenggelamkannya. Ressam mengulurkan ke dua tangannya tanpa sepatah kata pun terucap. Dia harus pergi dari situasi ini. Dia belum mau berada di situasi seperti ini. Dia hanya ingin mengawasi gerak gerik Viora dari jauh, tanpa harus bertemu atau terlibat kontak fisik seperti ini dengan gadis itu. Viora menyambut uluran tangan pria misterius yang berada di depannya saat ini. Begitu tangannya bersentuhan dengan pria itu, seketika dia merasakan sesuatu. Sebuah perasaan yang sudah hilang darinya selama beberapa tahun ini, mendadak muncul dan membuat dadanya merasakan desiran cukup kuat dan hangat. “Apa kita pernah bertemu? Aku merasa tidak asing begitu menyentuh tanganmu.” Viora Alexander. Bisakah kau mengunci mulutmu itu? Jangan sampai sikapmu yang polos ini, membuatku kehilangan akal kemudian nekat membawamu pergi ke dalam duniaku yang gelap dalam waktu cepat. Batin Ressam. *** Novel ini, update setiap hari mulai tgl 1 September. Oiya, aku lagi PO novel new version dari idola ranjang. Mungkin ada yg tertarik silakan, kunjungi ig riskihakiki29 ya. Terima kasih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD