Mafia 4 - Janji

1276 Words
Pria dengan tubuh kekar dan di beberapa bagian tubuhnya itu, membuka matanya pelan. Posisi tubuhnya yang terduduk dan menghadap langsung ke arah sinar matahari yang menerpa wajahnya membuatnya tersadar jika semalaman dirinya tertidur setelah berenang. Sekarang, hari sudah pagi dan entah bagaimana nasib anak buahnya yang tertangkap di Washington. Dia belum mendengar kabar apa pun, dan tentu saja para anak buahnya tak akan ada yang berani mengganggu tidurnya. Manik matanya melirik ke arah meja di mana sudah tersedia jus segar di sana. Bahkan ada beberapa potong roti dilengkapi selai di tengahnya. Para pelayannya selalu becus bekerja dan melakukan semuanya dengan baik. Kerja kerasnya selama 4 tahun terakhir, membuat kejayaan keluarganya kembali tamasyur seperti sebelumnya. Sekarang, dirinya berhasil menjadi orang yang ditakuti di negara ini lagi dan apa pun keinginannya selalu terpenuhi. Pria itu mengambil gelas berisi jus kesukaannya dan meminumnya dengan nikmat. Manik matanya yang tajam menyapu ke sekeliling kolam yang indah oleh pantulan sinar matahari yang mulai menunjukkan lebih banyak cahaya di pagi ini sehingga membuat suasana menjadi cerah. Tak menunggu lama, pria itu pun bangkit dan kembali menceburkan dirinya ke dalam kolam. Byurrr! “Aku akan membiarkanmu hidup. Tak peduli berapa banyak keluargaku yang sudah kau bunuh! Tapi, ingat kata-kataku ini baik-baik. Kau bukan bagian dari keluargaku lagi! Aku sudah memutus hubunganku denganmu! Kasih sayang yang selama ini tulus keluargaku berikan padamu kau balas dengan pengkhianatan! Sekarang pergilah! Cari kehidupanmu yang baru, dan jangan pernah lagi menampakkan diri di hadapanku atau aku di detik itu juga, aku akan melenyapkanmu dengan tanganku sendiri!” “Dave—“ “Jangan sebut namaku dengan mulut serigalamu itu lagi! Semuanya sudah berakhir! Hari ini kita menjadi orang asing, dan jika suatu saat nanti kau mengusik keluargaku lagi, maka terimalah takdir jika kita akan menjadi musuh lagi dan aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri, Aressam!” “Hah!” Pria itu muncul ke permukaan dengan napas memburu dan raut wajah menegang. Ingatan masa lalu itu kembali muncul. Lagi dan lagi, dan juga sulit untuk dilupakan. Kesalahan yang dia perbuat, berakibat terlalu fatal sehingga kegelapan menjadi teman setianya. Seketika, dia pun menepi dan naik ke tepi kolam. Setelahnya, dia mengambil handuk yang tersampir di bahu kursi dan menutup rambutnya yang basah. Saat seperti ini, dia butuh sesuatu untuk menenangkan dirinya. Rasa sakit. Ya, dia membutuhkannya untuk mengusir rasa kacau ini. Karena sungguh, ingatan-ingatan itu selalu mengusik dan tak mau berhenti. Alam bawah sadarnya, selalu menderanya dengan ingatan masa lalu itu lagi, dan lagi. Siapa sangka, dibalik kekejamannya dalam memerintah, dan menghabisi orang-orang yang menentangnya. Tersimpan satu sisi yang begitu rapuh. Rapuh oleh rasa bersalah. Rapuh oleh penyesalan. Dan rapuh oleh orang-orang yang terlalu erat mengikatnya. Sekarang, dunia mungkin mengenalnya sebagai Aressam Van Helfik, sang Mafia paling kejam yang melebihi kekejaman ayahnya di masa silam. Tapi, bagi klan D’orion. Dirinya tetaplah seorang Ressam yang bisa mereka hancurkan kapan saja—dengan mudah, karena keluarga itu memegang kunci yang menyimpan semua kejahatan yang dia lakukan di masa lalu--tepatnya 4 tahun yang lalu. Aku sudah memegang teguh janjiku, Dave. Aku tidak akan pernah muncul lagi di hadapanmu dan aku berhasil. Tapi, melihat gadis naif itu yang begitu rapuh, sepertinya aku akan mengingkari janji yang kita buat dan aku pun sudah siap menerima konsekuensinya. Di masa ini, kita tidak tau siapa yang akan menjadi pemenangnya. *** “Kabar apa yang kau bawa?” Pertanyaan Ressam kepada anak buahnya yang tiba-tiba menghadapnya, saat dirinya bersiap-siap untuk memilih lawan di ring berhasil membuat suasana di sana terasa mencekam. Siapa pun tau, Ressam bukan lagi pria lunak yang akan menerima apa pun dengan mudah. Bermain-main dengannya sama saja mengantarkan nyawa. Karena itulah, para anak buahnya harus siap jika sewaktu-waktu akan mendapatkan masalah saat tak sesuai dengan keinginan dirinya sang pimpinan mereka. Anak buah yang ditugaskan sang Serigala untuk menyelidiki situasi di Washington DC--di mana, senjata-senjatanya diringkus polisi dan saat ini diamankan, mendekat bahkan dengan raut wajah yang bisa dibilang pias. Pengawal berbaju serba hitam itu, tentu saja merasa sedikit bimbang atas kabar yang harus dia sampaikan. Ada konsekuensi yang harus dia terima atas kabar tak enak yang dia bawa. “Polisi itu, sudah mengetahui jika identitas ke dua pengawal yang membawa senjata itu palsu, Tuan.” Hening Tak ada sahutan atau perintah lainnya dari sang pimpinan. Dan hal itu, tentu saja membuat pengawal tadi mulai merasa ketakutan. Bahkan 5 pengawal yang berada di sana, tak berani untuk sekedar mengangkat kepala. Mereka tetap menunduk dengan pandangan yang sesekali melirik teman di sebelahnya. “Saya mengetahuinya, karena saat polisi itu keluar dari kantornya, dia mengatakan hal itu pada ke dua opsir polisi lainnya. Polisi itu juga mengatakan, jika para pengawal itu bukan berasal dari Inggris, tapi Italia. Polisi itu pun mencurigai, jika para pengawal itu hanya bertugas menyelundupkan senjata-senjata itu, bukan pemimpin sebenarnya.” Pengawal itu bersuara lagi. Menyampaikan informasi yang dia dapatkan saat menyelidiki apa saja yang terjadi dengan senjata itu dan para pengawal yang tertangkap. Tentu saja, dia tak mau urat lehernya putus karena menyampaikan informasi tak lengkap. “Tapi, Tuan tak perlu khawatir. Ke dua pengawal itu, tetap pada sumpah setianya. Mereka tetap bungkam.” “Apa kau yakin?” suara Ressam yang terdengar untuk ke dua kali bersamaan dengan Ressam yang melangkah mendekati pengawal tadi malah terdengar menakutkan. Pengawal itu tak lagi bersuara, hanya menjawab dengan anggukan yang terkesan terburu. Takut Seseorang pasti akan bertindak bodoh saat merasa ketakutan dan terpojok seolah tersangka. “Apa kau tau sampai kapan mereka akan menutup mulut?” Ressam yang melilitkan kain di telapak tangannya tepat pada buku jarinya, kembali bertanya pada pengawal yang saat ini posisi berdirinya sudah tak setegap tadi. Lebih condong ke depan dan terlihat mengerucut. Sreett! Tangan Ressam yang tadinya menjuntai, bergerak cepat kemudian meraih kerah belakang pakaian pengawal itu dan menyentaknya sedikit kuat. “Kau tau apa kesalahanmu?” Pengawal itu menelan salivanya kasar. Kepalanya menggeleng kuat dengan tangan sedikit gemetar. “Ampuni saya, Tuan,” mohonnya dengan parau. “Hahaha ....” Ressam tertawa. Tertawa dengan begitu lepas dan tentu saja ekspresinya itu membuat pengawal yang berada di sana, kembali menatap satu sama lain. Ekspresi sang pimpinan mereka yang sedang tertawa, pertanda tidak baik. Brughh! Dalam sekali sentakan, pengawal itu Ressam tarik sehingga terlempar ke arah ring tempatnya biasa bertarung dan juga menghilangkan rasa lelahnya dengan rasa sakit. “Hari ini, kau yang akan menjadi lawanku. Persiapkan dirimu! Seharusnya kau membunuh polisi itu dari pada membawa kabar tak berguna seperti ini,” ucap Ressam sambil mengusap dadanya yang telanjang. “Dan lagi, kesalahanmu adalah, kau tak mengatakan bagaimana kondisi gadis kecil itu padaku!” Bugh! Akhirnya, Ressam menerjang pengawalnya itu dan menyeretnya ke tengah ring tinju. Menumpahkan semua emosi yang bersarang di dadanya dan juga menghilangkan sejenak kerumitan masa lalu yang ingin membuat kepalanya meledak dengan rasa sakit yang harus dia terima. Tanpa Ressam ketahui, polisi yang dia maksudkan untuk segera dibunuh itu adalah ayah dari gadis yang dia jaga selama ini. Entah hal besar apa yang akan terjadi, jika pembunuhan itu benar-benar terjadi. Sepertinya, Ressam akan kembali terjerumus untuk yang ke dua kali. Seperti inilah kehidupan. Apa yang kau tanam, dirimu juga yang akan menuai hasilnya. Andai saja, Ressam tak menuruti keinginan sekaligus permainan yang mengharuskannya melakukan balas dendam, mungkin hidupnya tak akan berakhir seperti ini. Jauh dari ikatan. Dan hanya sendirian bersama kegelapan. Hampa.... *** Catatan : Cerita ini berkaitan dengan cerita Trapped By The Boss. Jika berkenan, silakan baca cerita TBTB tersebut, agar tak bingung dengan tokoh-tokoh dalam cerita ini dan masa lalu yang terjadi. Cerita ini, akan up date setiap hari kamis dan minggu, sebelum Daily up setiap hari. Jangan lupa Tap Love dan Komentar. Jangan lupa juga, kunjungi noverl series D'orions yang lain. Terima kasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD