BAB 1

999 Words
Siang hari yang agak dingin Jeslyn kini tengah mengendarai motor untuk mengantarkan makanan ke rumah sang pelanggan, yang sejak pagi tadi menelpon agar cepat di antarkan, namun karena mempersiapkan makanan agak lama, jadi baru sekarang Jeslyn dapat mengantarkannya. Sampai di sebuah rumah mewah bak istana, Jeslyn tercengang melihat keindahan rumah yang saat ini sedang di hadapannya. Sebuah rumah mewah seluas 5.500 meter persegi bergaya Beaux Arts digadang sebagai rumah termahal. Mansions dengan interior klasik, pagar yang begitu tinggi, membuatnya harus mengangkat kepalanya untuk melihat seberapa tinggikah pagar rumah ini. Dan, kenapa orang kaya bisa memesan makanan? Sedangkan dia memiliki banyak pelayan. Apa saja yang ingin di makan akan selalu di siapkan pelayan. "Siapa yang anda cari?" tanya beberapa bodyguard dengan pakaian serba hitam. Jeslyn terkejut. "Oh .... Maaf, saya hanya mau mengantarkan makanan, " jawab Jeslyn kesal karena pemuda kekar itu menanyakan keberadaannya dengan tegas padahal sudah jelas dia kemari mengantarkan pesanan. Apakah kurang jelas dengan seragam dan tentengannya ini? Stupid... Salah satu bodyguard lalu menelpon seseorang dengan walkie-talkie yang di genggamnya. "Silahkan Masuk," kata Bodyguard dengan rahang yang keras. 'Kenapa mereka menyuruhku masuk? Mereka 'kan bisa mengambilnya,' gumam Jeslyn. "Baiklah," kata Jeslyn seraya mendorong motornya masuk ke halaman yang begitu luas seperti lapangan bola tepatnya. Jeslyn di persilahkan masuk kepada beberapa bodyguard yang setia berdiri di depan rumah dengan gaya siap siaga, Jeslyn keheranan jika penjagaan begitu ketat di rumah ini kenapa ia harus disuruh masuk kedalam, kenapa tak bayar di sini saja, hal itu membuatnya heran. Jeslyn masuk ke ruang tamu dan melihat keindahan interior mewah dan tangga berada di dua sisi, rumah ini memiliki banyak bagian yang dilapis emas, termasuk pintu utama rumah. Sementara tangga utama rumah ini terbuat dari marmer. Jendela berbalut gorden yang tinggi di tata dengan sangat rapi, tak ada maid yang menyambut kehadirannya. Jeslyn kembali melangkahkan kakinya masuk ke ruangan yang begitu kosong dan hanya ada beberapa lukisan yang di pajang di ruangan itu. "Dimana dapurnya? Rumah ini terlalu kosong dan banyak ruangan yang tak terpakai, aku seperti berada dalam hutan saja tak tau harus keluar kemana " gumam Jeslyn kesal seraya melanjutkan langkah kakinya dengan pelan tapi pasti. "Jangan sampai orang yang melihatku nanti mengatakan bahwa aku pencuri jika berjalan pelan seperti ini," kata Jeslyn. "Permisi," ucap Jeslyn tapi tak ada satupun maid dalam rumah bak istana ini. "Apakah rumah sebesar ini hanya rumah kosong saja? Kenapa tak ada satu pun maid? Aduh ... lama-lama aku akan memakan semua makanan ini," gumam Jeslyn, kesal. Sampailah ia di sebuah ruang makan bergaya klasik. Jeslyn menghela napas panjang, ia sudah berkeliling dan menghabiskan waktunya untuk mencari ruang makan ini. "Permisi." Tak ada maid juga di ruangan sebesar ini. "Makanannya sudah siap?" tanya seorang pria dengan suara serak. Jeslyn terkejut dan berbalik, ia melihat pria dengan memakai jubah mandi, begitu tampannya dengan rambut yang basah, Jeslyn seperti habis menelan paku, ia tak bisa berbicara karena terpukau dengan keindahan tubuh pria yang ada di hadapannya, bulu khas yang tumbuh di dadanya membuat Jeslyn tak bisa mengatur dengan baik irama jantungnya. "Kamu siapa? Kenapa kamu di sini?" tanya pria itu yang tak lain tak bukan adalah Alston Daylon Leonard. "A-a-aaku—" Jeslyn gugup, lelaki yang berada di hadapannya ini berhasil membuatnya terdiam walaupun sejak tadi ia bergumam kesal. "Oh ... kamu maid baru? Siapkan aku makanan sekarang juga, aku sudah mau muntah karena menahan lapar," kata Alston seraya duduk di kursi kebesarannya. Jeslyn tak menjawab dan hanya berdiam diri di tempat. "Ada apa denganmu? Siapkan aku makanan, apa kau pikir aku suka melihat wajahmu itu?" Alston memukul meja begitu keras sampai Jeslyn tersadar dengan perasaan yang begitu tak karuan. "A-aa-aku bu-bukan maid, Tuan," jawab Jeslyn gugup. "Bukan Maid? Lantas kenapa kamu berada di sini? Apa kamu tau ruangan apa ini? Atau kamu jalang yang mau datang menawarkan tubuhmu padaku seperti yang lain?" tanya Alston seraya menunjuk Jeslyn dengan wajah takutnya karena menatap mata setan milik pria yang ada di hadapannya. "Boston, sini kau!" Alston berteriak kesal, membuat Jeslyn terkejut dan tersedak karena menahan napas ketika tubuhnya terkunci karena pria tampan ini berada hanya beberapa cm dari hadapannya. "Iya, Tuan?" tanya Boston di susul oleh beberapa bodyguard di belakangnya. "Kenapa wanita ini berada di sini? Dia bukan maid, kenapa dia berada di sini? Apa kerja kalian? Kenapa tak becus mengurus hal ini? Haa?!" Teriak Alston seraya memukul lemari dengan sangat keras yang berada di belakang Jeslyn, tepat jeslyn menyandarkan tubuhnya di lemari rak dengan beberapa botol minuman termahal berjejer, satu botol hampir menghantam kepalanya untung saja Alston mencegah botol minuman itu dengan menghempaskannya, sampai lengannya berdarah. Jeslyn terkejut mendengar botol pecah tepat di hadapannya, Alston menatap Jeslyn dengan tatapan marah, Jeslyn memejamkan matanya dan menitikkan air mata karena tak sanggup berada lama-lama di rumah ini seakan jantungnya melemah dengan teriakan Alston. Jeslyn menampar Alston dengan berani, wanita cantik itu kesal karena hatinya begitu sakit. Pria bak iblis itu membelalak melihat kelakuan wanita yang sudah berani mengusiknya dan menamparnya. "Tangkap dia!" Perintah Boston kepala keamanan dengan memerintahkan beberapa bodyguard untuk menangkap Jeslyn yang telah berani menampar majikan mereka. "Aku salah apa? Aku tidak memiliki kesalahan kenapa aku harus di tangkap?" Para penjaga membekuk Jeslyn kasar dan membawa Jeslyn keluar dari mansion. Wanita cantik itu merasa kesakitan mendapatkan perlakuan kasar dari para bodyguard begitu pun pemilik rumah ini, tapi Jeslyn tak keberatan sama sekali asalkan ia bisa keluar dari tempat ini dengan selamat tanpa kurang satu apa pun. Alston menatap wajahnya di depan cermin seraya menyunggingkan senyum menyeramkan. "Wanita sialan itu akan menyesal telah berurusan denganku." Alston membuang ludahnya sembarangan. Alston tak perduli, ia harus membalaskan dendamnya pada wanita itu, ia juga akan menunjukkan wajahnya yang sebenarnya pada Jeslyn. Sampai Jeslyn memohon ampun dengan berlutut di depannya. Alston tersenyum mengerikan di depan cermin, pikirannya benar-benar kacau, perlakuan yang pertama kalinya di dapatkan Alston dari seorang wanita yang biasa-biasa saja. Hal itu membuatnya tersinggung dan tidak akan pernah bisa melepaskan Jeslyn, wanita yang sudah berani membuatnya malu di depan semua orang yang bekerja untuknya. Ia harus melakukannya, membalaskan dendamnya. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD