Prologue

884 Words
Jhon berlari menelusuri lorong rumah sakit yang terlihat ramai. Ia berlari dan berlari, otaknya tidak bisa digunakannya untuk berpikir lagi. Hanya satu kalimat yang diucapkannya berulang kali di hati, mama harus selamat.. Langkahnya terhenti di ruangan VVIP, ia berjalan ragu memasuki ruangan itu, jantungnya berdebar kencang, keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuh maupun wajahnya. Ia takut dan tak ingin menemukan hal yang tak diinginkannya saat membuka pintu berwarna putih itu,  ia tak ingin menemukan wanita paruh baya itu sudah terbujur kaku di tempat tidur. “Anda tuan Jhon Lee, anak dari ibu Lee Kim Hua?” seorang dokter yang sudah tampak tua itu bertanya pada Jhon saat melihat lelaki itu berjalan dengan tatapan sedih ke arah seorang wanita yang masih terlihat cantik di usia senjanya. “Iya, Dok. Saya anaknya ibu ini. Bagaimana keadaan mama saya?”Jhon mendekati tubuh ibunya yang tengah terbaring lemah, lalu mengenggam erat tangan ibunya itu. “Keadaan ibu Kim Hua sudah stabil saat ini, tapi dia memerlukan keluarga di sampingnya. Tolong usahakan dia mendapatkan perhatian khusus agar tidak memotong urat nadinya lagi. Setelah beberapa hari dirawat, ibu anda sudah bisa pulang.” dokter yang merawat ibu Jhon berkata lirih, ia tersenyum ramah, lalu meninggalkan ruangan. Jhon menangis dan menatap sedih ibunya. Ini sudah kesekian kalinya ia mendapatkan panggilan yang mengatakan ibunya sedang berada di rumah sakit. Lima tahun ini ia selalu mendapatkan berita yang sama, ibunya dirawat karena mencoba bunuh diri. Ia heran, mengapa wanita itu tidak lelah mencoba segala cara untuk mengakhiri hidup. Meminum racun, memotong urat nadi, dan banyak lagi cara yang sudah dilakukan oleh ibunya itu. “Papa nggak pantas mendapatkanmu, Ma. Dia hanya lelaki b******k yang selalu menyakitimu. Jika mama nggak mau hidup karena papa, mama harus berpikir untuk melanjutkan hidup mama ini untukku, anakmu ini,” Jhon berkata terisak. Jhon tidak melepaskan genggamannya dari tangan kecil ibunya dan menatap sendu wajah lemah wanita berusia senja itu. Jhon mengambil ponsel dari saku celana, menekan tombol hijau pada ponselnya saat menemukan nama yang tidak ingin dihubunginya. “Hallo,” sapa suara dalam di seberang sana. “Mama dirawat di rumah sakit Royale Staphord, kamar nomer 345. Datanglah jika Anda ingin melihatnya,” Jhon berkata datar dan segera memutus panggilan tanpa menunggu jawaban dari lelaki di seberang sana. Ia mengeraskan rahang, amarahnya sudah memuncak saat ini. “Jhon,” Kim Hua memanggil anaknya lirih. “Jhon di sini, Ma. Mana yang sakit? Apa mama sudah merasa baikan?” Jhon menatap wanita itu penuh kasih, menyentuh tangan, lalu mengusap lembut kepala ibunya. “Mama sudah jauh lebih baik. Maaf karna mama selalu membuatmu khawati, Nak.” Kim Hua mengelus pipi anaknya dengan lembut. “Jangan pernah minta maaf karna mama nggak pernah salah, tapi aku mohon, jangan pernah lakukan ini lagi, Ma. Aku takut, takut terlambat sampai di sini dan melihat tubuh mama yang sudah terbujur kaku,”Jhon berkata lirih. “Mama … Maafkan mama, Jhon.” Kim Hua berkata terisak, Jhon menggeleng, tidak ingin ibunya terus meminta maaf atas perbuatan yang bukanlah salah dari wanita itu. Jhon memeluk erat tubuh ibunya yang bergetar, mereka saling berpelukan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia tahu, jika ibunya sudah cukup terpukul saat ini dan wanita tua itu hanya memilki Jhon sebagai tujuan hidupnya. Setelah puluhan tahun menikah dan Kim Hua telah menyerahkan cintanya pada suaminya, lelaki itu malah melenyapkan cintanya untuk Kim Hua. Sungguh wanita itu hancur karna cinta yang tak ia dapatkan.  “Mama mau kamu menikah, Jhon. Umurmu sudah 40 tahun. Jangan karena wanita seperti mama, kamu jadi nggak percaya wanita dan cinta. Berkeluarga secepat mungkin, Nak. Sebelum mama nggak ada kesempatan melihatmu berkeluarga,” Kim Hua mencairkan keheningan di antara mereka. “Aku belum menemukan jodohku, Ma,” Jhon berkata lirih. Wanita yang kucintai dan kuinginkan sudah hidup bahagia dengan lelaki lain, Ma. Itu sudah lebih dari cukup bagiku. “Mama tahu, kamu memiliki begitu banyak wanita di luar sana, tapi nggak ada satupun di antara wanita itu yang tepat untuk menjadi istrimu. Mama ada calon istri untukmu dan mama harap kamu nggak akan menolaknya” Kim Hua menatap anaknya penuh harap,”Mama mohon, Jhon. Kabulkan permintaan terakhir mama mu ini.” Kim Hua mengenggam erat tangan anaknya. “Ma … Jangan pernah mengatakan perkataan seperti itu. Mama pasti akan ada saat aku mempunyai anak.” “Jika kamu nggak segera menikah, bagaimana mama akan melihat cucu mama? Jangan seperti mama, Sayang.” Kim Hua menatap anaknya sendu, “Awalnya pernikahan mama dan papa karena paksaan. Papamu memperkosa mama di usia yang begitu belia dan kamu hadir dalam rahim mama, tapi karena kasih sayang papamu, perasaan itu tumbuh begitu saja, sampai adikmu lahir dan perasaan itu semakin besar. Akhirnya, karena keangkuhan mama yang nggak mau menerimanya, mama sekarang kehilangan cinta papamu, Jangan pernah merasa trauma atau tidak percaya cinta. Mama mau kamu bahagia.” Kim Hua menatap dalam mata anaknya, mencoba meyakinkan anaknya bahwa ia layak untuk dicintai dan mencintai. “Ma ... aku ... aku nggak bisa mencintai siapapyn.” Jhon berkata setengah berbisik. Selama ini hatinya hanya untuk satu orang wanita. Hanya wanita itu yang dapat membuat jantungnya berdebar kencang dan ia yakin jika dirinya tidak dapat mencintai wanita lain seperti ia mencintai wanita itu. “Setidaknya kamu harus mencoba, Sayang. Buat mama mu ini bahagia. Bertemulah dengan wanita pilihan mama dan jika kamu memang nggak mau melanjutkan perjodohan yang mama atur ini, kamu bisa menolaknya.” Kim Hua mengenggam erat tangan anaknya. Ada jeda sebelum Jhon menjawab. “Baiklah, Ma.” Jhon menarik nafas panjang dan menghelanya. Jika memang ini yang akan membuat ibunya bahagia, maka ia akan melakukannya. Tidak ada hal yang lebih berharga dari ibunya dan ia tak peduli dengan hatinya sendiri, asalkan Sang ibu bisa berbahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD