"Maaf mengganggumu." Tahu-tahu ada bosnya. Tampaknya sudah menunggu cukup lama. Ia baru hendak berjalan ke parkiran dan berpapasan dengannya. Ya kan lelaki ini memang sengaja menungguinya. Untuk apa? Ya mengajaknya mengobrol. Bukan untuk pedekate kok. Tapi murni ada urusan. Juna hanya mengatakan apa yang ia dapatkan. Belum ia beritahu Marwan karena ia mendadak khawatir. Walau terasa aneh juga karena ya bayangkan perasaan Serena yang mendadak kacau. Siapa sih yang tak marah kalau Ayahnya sendiri dituduh ingin membunuhnya. "Ini memang belum tentu benar. Saya juga mengenal Pak Marwan cukup lama. Tapi menurut saya, ada baiknya untuk berhati-hati. Kami juga--" Ucapannya terputus. Ada panggilan yang masuk. Ia terpaksa mengangkat telepon sementara Serena pergi menuju mobilnya. Perasaannya je

