1. You are Mine

1028 Words
Kamu milikku. Aku bukan pemaksa, tergantung kamu yang mau menurut atau tidak. ••• Geram. Itu yang saat ini sedang Ara rasakan. Ya, Ara. Gadis cantik itu terlihat menahan kekesalan yang benar-benar tidak bisa ia gambarkan. Sangking kesalnya ia hanya bisa terdiam. Arana Moura, putri kedua dari pasangan Raihan Adiputra dan Riana sekaligus adik dari seorang kakak pria yang amat sangat menyayanginya yaitu Shahil Adiputra. "Sekarang kamu jadi pacar aku." ucap seorang lelaki tampan yang terpaut satu tahun diatasnya. Untuk kesekian kalinya, kalimat memuakkan itu masuk ke dalam indera pendengaran Ara. Ara mengangkat tangannya sebagai isyarat agar pria itu diam dan membiarkan dirinya untuk bicara. "Untuk sekedar memberitahu, gue gak mau. Karena gue gak kenal, bahkan gue gak tau siapa nama lo." Sahut Ara dengan tangan masih belum ia turunkan. "Alexio Derald, kekasih Arana Moura adik dari Shahil Adiputra. Okay, sekarang kita resmi pacaran." ujar pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Alexio. Dari namanya saja, Ara sudah dapat menebak seberapa kayaknya lelaki di hadapannya ini. Putra tunggal dari pengusaha properti ternama. "Fix lo gila! Psycho! Sekali lagi gue kasih tau, gue gak ma--" Belum sempat Ara menuntaskan kalimatnya, tiba-tiba saja bibirnya sudah terbungkam oleh ciuman yang Alex berikan. "Anjir b**o! m***m! Lo--lo udah nyuri first kiss gue!" Sentak Ara seraya mengusap bibirnya dengan kasar. "Kamu pacar aku." ucap Alex mengulang kalimat yang sama. "Gue gak--" "Kalo kamu masih berani nolak aku, jangan salahin aku kalo aku ngelakuin sesuatu yang lebih dari sekedar ciuman." Potong Alex dengan penuh penekanan dan bernada ancaman. Kalimat itu mampu membuat Ara terdiam. Ia mencerna kata demi kata dari kalimat yang dirinya dengar. "Arrgh!!! Gue gak peduli pokoknya gue gak--" "Jangan salahin aku, kalo kamu jadi seorang ibu di umur yang ke 17." Tekan Alex seraya mendekatkan wajahnya pada gadis yang sudah menjadi incarannya beberapa waktu lalu. Bola mata Ara membulat sempurna. Dengan kuat Ara berusaha mendorong tubuh Alex agar menjauh dari tubuhnya, namun apalah daya, tenaganya amat sangat jauh di bawah seorang Alexio. Alex berhasil membalikan keadaan, kini Ara terdiam dalam kungkungan tangan kekar seorang Alex. "Lepaaaas gilaaa!" Protes Ara, ia terus memberontak berusaha melepaskan diri. "Aku gila karena kamu sayang, " ucap Alex yang sangat menjijikkan menurut gadis dihadapannya. "Please... Lepasin gue dan cari perempuan lain, gue gak mau!" Tolak Ara untuk kesekian kalinya. "Aku gak nerima penolakan.Kamu milik aku. Mulai saat ini, jauhi semua pria, karena cuma aku yang berhak ada di dekat kamu!" Tegas Alex yang sudah geram dengan penolakan yang Ara lontarkan. Secara tiba-tiba Ara mendorong tubuh Alex dan membuat Alex mundur beberapa langkah. "Inget yah, gue gak mau dan gak akan pernah mau punya pacar gila kayak lo." Tekan Ara dan hendak berlalu. Namun keberuntungan masih belum berpihak kepadanya, hingga akhirnya Alex kembali menarik tubuhnya. Dirapatkanya tubuh Ara pada tembok belakang sekolah dengan cukup keras, hingga membuatnya sedikit meringis sakit. "Awssh sakit da--" Ucapnya menggantung, saat melihat apa yang tengah Alex lakukan dengan satu tangannya. Satu-persatu Alex membuka kancing seragamnya dengan satu tangan. Tangan lainnya memegang erat bahu Ara agar tidak bisa pergi. "Eh lo--lo mau ngapain? Jangan main-main, ini sekolah dan--dan--OKAY, OKAY! GUE PACAR LO!" Putus Ara dengan terpaksa. Dengan senang hati Alex melepaskan tangannya dari bahu Ara. Kini ia beralih menatap gadis yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu dengan tersenyum bahagia. Melihat itu Ara memutar bola mata sebal dan hendak berlalu. Lagi-lagi Alex kembali menahannya. "Kenapa lagi?" Geram Ara. "Jauhi pria manapun, kamu milik aku. Aku sayang kamu, aku cinta kamu, aku gak mau kehilangan kamu dan aku akan cemburu kalo kamu ngelakuin itu." Jelas Alex membuat Ara terdiam tak percaya. Pikiran Ara kini tertuju pada apa yang Alex katakan. Bagaimana bisa seseorang yang baru saja bertemu jatuh cinta, bahkan mengklaimnya sebagai kekasih? Pikirnya. "Aku kenal kamu, karena aku sahabat dari kakak kamu. Aku anter kekelas, " ujar Alex yang entah kenapa bisa tahu apa yang Ara pikirkan. Ara masih bingung, sampai ia tidak merasa bahwa saat ini Alex tengah memeluk pinggangnya erat. Possessive. Alex melepaskan rangkulanya pada pinggang Ara dan mengancingkan kembali seragam yang tadi sengaja ia buka hanya untuk mengancam gadis yang selama ini ia harapkan. "Kalian abis ngapain di belakang? Kok baju Kak Alex kebuka?" Tanya Rere teman dekat Ara, yang berpapasan dengan mereka berdua di depan kelas. "Anu--itu tadi dia--ck jawab elaah malah senyum-senyum!" Kesal Ara pada Alex yang tidak membantunya sama sekali. "Udaranya panas." Jawab Alex dengan entengnya. Rere menganggukan kepalanya ragu. Jujur saja, sejak tahun pertama masuk SMA, Rere sangat mengagumi Kakak kelas sekaligus kapten basket di sekolah. "Terus, kenapa kalian bisa barengan?" "Sayang aku tinggal yah, pulang nanti aku jemput kamu ke kelas." ucap Alex yang berlalu begitu saja. Panggilan itu membuat Rere mengangguk paham. Setelah Alex berlalu, Ara melangkahkan kakinya menuju kelas untuk mengikuti pelajaran yang sangat membosankan baginya. "Lo pacaran sama kak Alex?" Tanya Rere sedikit berbisik, karena di depan ada seorang guru yang sedang memberikan materi. Ara diam tak menjawab. "Jawab elaah lama banget," gemas Rere. "Bisa jadi," jawab Ara. "Jadi beneran, lo jadian sama kak Alex?" Kaget Rere tak percaya, "kalo gitu selamat yah, PJ-nya jangan lupa..." Sambung Rerendan Ara hanya mengangkat bahu tak peduli. "Minta aja sama dia, gue sih ogah." Sahut Ara yang mulai mencatat apa yang tertulis pada whiteboard. Rere tak menyahutinya lagi dan ikut menyalin catatan yang ada pada papan tulis dengan sesekali melirik Ara yang untuk beberapa saat, sahabatnya itu terlihat melamun dengan kening berkerut, menandakan bahwa ia sedang berpikir dengan keras. "Alexio Derald" "Alexio Derald" "Alexio Derald" "Aaargghhh!" Geram Ara tertahan. Pikirannya tidak bisa fokus pada pelajaran, karena entah apa yang seorang Alex lakukan sampai ia tidak bisa melupakan namanya. Begitupun dengan bayangan saat seorang pria aneh yang tak dikenal, tiba-tiba saja mencium bibirnya, bahkan membuka bajunya di depan mata Ara. "Setaaan gue gak bisa fokus anjir!" Kesal Ara yang membuat beberapa siswa memandang heran ke arahnya. Dengan canggung ia pun kembali melanjutkan kegiatan menyalin catatannya, persetan dengan nama dan wajah yang sialan tampannya itu berkeliaran dalam pikirannya. Apa ia kena pelet? Itulah isi pikiran sempit Ara. Sejak saat itulah, kehidupan seorang Arana Moura berputar 180 derjat. Dari bebas menjadi terbatas. Alex membatasinya dengan berbagai macam larangan beserta alasan yang merupakan wujud sebuah keegoisan, namun disembunyikan oleh kata sayang dan sebuah perhatian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD