Di rumah abi Rian,
Di depan rumah abi Rian..
"Sekarang masuk kedalam rumah, bapak mau kasih abi hukuman", kata umi Okta.
"Iya mi tapi..", sambung abi Rian.
"Tidak ada tapi-tapian", kata umi Okta.
Di ruang tamu..
"Assalamu'alaikum", umi Okta memberikan salam pada pak Aan.
Masih di halaman belakang rumah abi Rian..
"Wa'alaikumussalam", pak Aan menjawab salam dari umi Okta.
"Itu pasti Okta dan Rian", kata pak Aan.
Di ruang tamu lagi..
"Pak, Okta pulang", kata umi Okta.
"Iya, nah ini dia, sudah siap kamu Rian ?", tanya pak Aan.
"Siap apa pak ?", tanya abi Rian juga.
"Sudah ikut bapak saja yuk", jawab pak Aan.
"Mi ini sebenarnya ada apa sih ?", tanya abi Rian lagi.
"Tidak tau, ikut saja dengan bapak", jawab umi Okta.
"Cepat Rian..", kata pak Aan.
"Iya pak..", sambung abi Rian.
Di halaman belakang rumah abi Rian lagi..
"Ini ada selang kamu siram taman, dan kamu bersihkan kandang ayam, tapi..", kata pak Aan.
"Tapi apa pak ?", tanya abi Rian.
"Disaat kamu membersihkan kandang ayam tidak boleh disikat dan juga harus bersih, bapak tidak mau tau", jawab pak Aan.
"Ha.., tidak boleh disikat berarti di kasih sabun saja dong pak ?", tanya abi Rian lagi.
"Iya", jawab pak Aan lagi.
"Bagaimana bisa bersih pak ?", tanya abi Rian lagi.
"Bapak tidak mau tau bagaimana caranya harus bersih, ya sudah bapak mau masuk dulu ke dalam ya, selamat berfikir", jawab pak Aan.
Di rumah papa Rizky,
Masih di ruang keluarga..
"Ini untuk kamu ky", kata ibu sri.
"Ha.., kertas lagi, ini apa bu ?", tanya papa Rizky.
"Catatan", jawab bu Sri.
"Ha.., catatan lagi, catatan yang satu saja belum selesai kok saya sudah dikasih catatan lagi sih bu", kata papa Rizky dengan protes.
"Loh kok kamu malah protes, dibuka saja belum kertasnya", kata bu Sri.
"Iya bu..", sambung papa Rizky.
"Ya sudah ibu tunggu", kata bu Sri.
"Loh kok banyak sekali hukumannya bu, saya dihukum mengantikan tugas-tugasnya Daus selama sebulan penuh", kata papa Rizky yang masih protes.
"Iya, kenapa kamu keberatan Rizky Billar atau mau diganti hukumannya ?", tanya bu Sri.
"Kalau boleh iya bu, tapi ibu ganti apa ya hukuman untuk saya ?", tanya papa Rizky juga.
"Hukuman untuk kamu adalah tidur diluar rumah selama satu bulan penuh, mau ?", tanya bu Sri lagi.
"Apa tidur diluar bu, jangan dong bu kasihan kakak, kalau kakak digigitin nyamuk diluar sana bagaimana, jangan ya bu ganti yang lain ya bu", kata bunda Lesti yang juga protes seperti papa Rizky.
"Tidak bisa diganti pilihan kamu dia itu laksanakan hukuman yang ada di catatan ini atau tidur diluar selama satu bulan penuh, dipikirkan baik-baik ya bapak Rizky Billar, satu menit dimulai dari sekarang", kata bu Sri.
"Baik bu, daripada saya tidur diluar lebih baik saya pilih hukuman yang ada di catatan itu saja", sambung papa Rizky.
"Bagus.., mulai hari ini hukuman itu kamu kerjakan ya", kata bu Sri lagi.
"Iya bu", sambung papa Rizky lagi.
"Rasakan emangnya enak, lagian cari gara-gara dengan saya sih kamu, ky, ky", kata bu Sri didalam hati.
Di rumah papa Raihan,
Di ruang tengah..
"Hai Raihan, mau kemana kamu ?", tanya pak Agus.
"Mau ke kamar pak", jawab papa Raihan.
"Jangan ke kamar dulu, ini ada sesuatu untuk kamu", kata pak Agus.
"Apa ini pak ?", tanya papa Raihan.
"Dibuka saja kertasnya dan dibaca", jawab pak Agus.
"Ha.., daftar hukuman", kata papa Raihan yang terkejut mendapatkan hukuman dari pak Agus.
"Iya gampang dan ringan kan hukumannya, cuman kuras kolam ikan, kolam renang, dan bersihkan semua yang kamar mandi yang ada di rumah ini saja", kata pak Agus yang menyebutkan hukuman untuk papa Raihan.
"Tapi pak..", kata papa Raihan.
"Bapak ngantuk, kamu bersihkan ya, bapak mau tidur dulu, nanti setelah bapak bangun sudah harus selesai ya han", sambung pak Agus.
"Iya pak..", kata papa Raihan yang pasrah mendapatkan hukuman dari pak Agus.
Di rumah ayah Ferdi,
Di ruang tamu..
"Assalamu'alaikum", ayah Ferdi dan ibu Aurel memberikan salam pada bu Nur.
"Wa'alaikumsalam", bu Nur menjawab salam dari ayah Ferdi dan ibu Aurel.
"Eh mau kemana kalian berdua, rel, di ?", tanya bu Nur.
"Ke kamar bu, mau selesaikan masalahnya di kamar saja", jawab ibu Aurel.
"Boleh kalian ke kamar, tapi sebelum ke kamar ada sesuatu untuk kamu Ferdi", kata bu Nur.
"Apa ini bu ?", tanya ayah Ferdi.
"Iya bu, ini apa ?", tanya ibu Aurel.
"Minuman untuk kamu, ini hadiah loh untuk menantu kesayangan ibu, ayo diminum dong, mau yang mana dulu ?", tanya bu Nur lagi.
"Yang warna hijau ada dua dan yang warna putih ada satu, yang putih saja dulu deh bu", jawab Ferdi.
"Nggih sampun mangga loh ing inum juse", kata bu Nur yang memberikan hukuman untuk ayah Ferdi.
"Uwek.., bu ini jus apa ?", tanya ayah Ferdi yang memuntahkan jus yang di minumnya.
"Jus jengkol, ih Ferdi kok dimuntahkan sih", jawab bu Nur.
"Tidak enak bu", kata ayah Ferdi.
"Ini masih ada dua jus lagi, jus petai dan jus pare kamu habiskan kedua jus ini dan jangan sampai dimuntahkan, awas kalau kamu muntahkan, kamu saya coret dari daftar kartu keluarga anak saya, paham ?", tanya bu Nur lagi.
"Paham bu", jawab ayah Ferdi.
Di rumah papi Afgan,
Di teras samping rumah papi Afgan..
"Bagaimana Afgan Syah Reza sudah selesai belum lap batu krikil nya ?", tanya kanjeng ibu.
"Ingat loh ya Afgan harus kinclong", kata kanjeng romo.
"Belum kanjeng ibu, apa tidak ada hukuman yang lain selain saya lap batu krikil ini satu persatu kanjeng ibu, kanjeng romo ?", tanya papi Afgan juga.
"Ada pi", jawab mami Titah.
"Ha.., beneran mi, ada ?", tanya papi Afgan lagi.
"Iya beneran pi, ada", jawab mami Titah lagi.
"Apa itu tah ?", tanya kanjeng romo.
"Papi telan batu krikil ini satu persatu, hem..", jawab mami Titah lagi.
"Setuju tah, nah Afgan Syah Reza, dengar apa yang Titah bilang kan, telan batu krikil ini satu persatu atau kamu lap batu krikil ini satu persatu ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Dan itu semua pilihannya kamu yang menentukan loh ya Afgan bukan kanjeng ibu, kanjeng romo, istrimu Titah, dan anak-anak mu", kata kanjeng romo lagi.
"Iya deh iya saya pilih lap batu krikil ini satu persatu saja daripada saya pilih telan batu krikil ini satu persatu, kenyang enggak mati iya", jawab papi Afgan yang mengeluh mendapatkan hukuman dari kanjeng romo dan kanjeng ibu.
"Loh anak-anak kok kalian belum pada tidur sih, sudah malam loh ini ayo tidur", kata mami Titah.
"Nantilah mi, masih mau lihat papi dihukum sepertinya seru tuh, hehe", kata Kamil yang meledek papi Afgan yang sedang dihukum oleh kanjeng ibu dan kanjeng romo.
"Tau mi, lagian kan besok libur ini", sambung Citra.
"Ya sudah kalau begitu, mami tidur duluan ya anak-anak", kata mami Titah lagi.
"Oke mi", sambung Kamil dan Citra.
"Lanjutkan lagi Afgan lap batu krikil nya", kata kanjeng ibu.
"Sampai jam dua belas malam loh ya, anak-anak ayo pergi tidur, sudah jam sembilan malam", sambung kanjeng romo.
"Iya kanjeng eyang romo", kata Kamil dan Citra.
"And you are Afgan Syah Reza", kata kanjeng ibu lagi.
"Yes, mother-in-law", sambung papi Afgan.
"Still here until your sentence is finished, understand ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Yes of course I understand mother-in-law", jawab papi Afgan lagi.
"Okay good, remember you stay here", kata kanjeng ibu.
Jam dua belas pun sudah lewat dan papi Afgan belum datang ke kamar yang membuat mami Titah khawatir, mami Titah yang ingat masa hukuman papi Afgan sudah lewat segera keluar dari kamarnya dan melihat papi Afgan yang tertidur di teras samping rumah dengan memegang lap.
Segera mami Titah membangunkan papi Afgan, untuk memintanya pindah ke kamar dan tidur bersama.
Di kamar mami Titah dan papi Afgan..
"Ini kan sudah jam dua belas lewat kok mas Afgan belum ke kamar juga ya, saya ke teras samping rumah saja lagi", kata mami Titah dengan panik.
Di teras samping rumah papi Afgan lagi..
"Papi, ya Allah mas Afgan, mas..", kata mami Titah yang mencoba membangunkan papi Afgan yang tertidur di teras samping rumah.
"Mi, mami, Titah ku sayang, belahan jiwaku, hidup dan matiku, bidadari surgaku, I'm your husband, Afgan Syah Reza apologizes to you dear, please don't be angry again, in my heart there is only you, you, and you, nothing else besides you, I love you my wife", kata papi Afgan yang mengigau sambil meminta maaf kepada mami Titah.
"Yes my husband, I have forgiven you and won't be angry at you, I love you too, please wake up from your sleep, please wake up my husband", kata mami Titah yang sudah tidak marah lagi pada papi Afgan.