Part 04: Kesialan yang Haqiqi

796 Words
Dea terus menggerutu tidak karuan saat harus membawa setumpuk buku yang tebal-tebal ini, di sisi lain Sam malah dengan santai berjalan di depannya, menyisakan Dea yang keteteran di belakangnya. "Kita mau kemana sih, Pak?" Dea tidak henti-hentinya menggerutu sejak tadi. Sam menghentikan langkahnya, memutar kepalanya sedikit ke samping, tanpa menatap Dea. "Sekali lagi kamu nanya begini, saya sumpal mulut kamu pakai kaos kaki saya!" Ancamnya membuat Dea langsung menciut seketika, masalahnya dosennya ini kalau mengancam tidak hanya bualan semata tapi pasti akan langsung di realisasikan. Sam kemudian melangkah kembali, Dea yang hanya bisa pasrah itupun cuma bisa mengumpat dalam hati. Beberapa mahasiswa mahasiswi yang mereka lewati pun menatap kearah Dea dengan penasaran, pasalnya Sam merupakan idola kampus ini jadi apapun yang berhubungan dengannya pasti akan langsung menjadi trending topic kampus ini. Ga tau aja sih mereka tabiat asli dosenya ini! Langkah Sam berhenti di salah satu jurusan Teknik Informatika, Dea yang melihat Sam berhenti pun ikut menghentikan langkahnya di belakang. "Kita mau ke sini, Pak?" "Beneran mau saya sumpal mulut kamu, diam jangan banyak ngomong kamu!" Etdah buset ... dosenya lagi PMS kali, ya. Bisa Dea lihat penghuni kelas ini langsung kicep saat Sam melangkah ke dalam kelas, padahal awalnya tadi suaranya udah mirip kandang ayam. "Siang semuanya!" Sam mengucapkan salam yang langsung disahut seluruh kelas. Dea tidak melangkah masuk, ia berhenti tepat di pintu kelas sambil berkedip-kedip cengo menatap Sam. "Hari ini saya membawa Asdos baru," Sam mulai berbicara yang langsung membuat Dea merinding seketika. "Masuk!" Lanjutnya sambil menatap Dea. Sontak seluruh pasang mata mengikuti arah pandang Sam, gila aja! Hampir seluruh penghuni kelas ini laki-laki, mungkin perempuannya hanya dua atau tiga orang saja. Dengan gontai Dea berjalan ke depan kelas, bisik-bisik pun mulai terdengar di telinga Dea. Dasar laki-laki tukang gibah! "Wiiiih ... cantik! Siapa namanya?!" Seorang pemuda yang sangat berani menggoda Dea dari bangku belakang paling pojok, membuat Dea langsung menatapnya dengan geram. "Kepo lu kayak kembarannya Dora!!" Sahut Dea membuat suara tawa langsung bergemuruh di seluruh penjuru kelas. "Diam!!" Tegas Sam, langsung membuat kelas sunyi seketika. "Kalau kamu masih slengekan di kelas saya, mendingan kamu keluar dari kelas saya sekarang juga!" Sambil menatap pemuda tadi. Pemuda itu pun langsung mengkeret di tempat dan mengucapkan permintaan maaf kepada semuanya. Dea langsung mengangkat dagunya songong kearah pemuda tadi, seolah berkata 'rasain lo!' "Dan kamu, Deandra!" Dea langsung tersentak kaget. "Kalau kamu juga buat gaduh disini, maka saya pastikan kamu akan mengulangi semester ini lagi!" Masyaallah dosenya ini kok .... makin mirip sipanse, ya. "Baiklah pelajaran akan saya mulai, buka buku kalian halaman 142." Hanya terdengar suara gemerisik kertas yang saling bersahutan satu sama lain, Dea yang baru ingat kalau dirinya masih repot-repot membopong buku itu pun berjalan kearah meja, berniat untuk menaruh buku itu. "Mau ngapain kamu?!" "Ya naruh buku lah, Pak. Capek tahu megangin buku terus-menerus, berat!" Adu Dea sambil mengeluh. Sam mengangkat jari telunjuknya di hadapan Dea, lalu menggoyangkan nya ke kanan dan ke kiri. "No! Itu hukuman kamu. Kamu nggak boleh duduk, nggak boleh naruh itu buku, kamu harus nemenin saya disini. Berdiri! Sambil bawa buku itu hingga pelajaran habis!" Dea menatap tidak percaya ke arah Sam yang malah melanjutkan pelajarannya itu, tak kasihan kah dia kepada perempuan lemah macamnya?! Dea pun hanya bisa bersandar pada tembok sambil sesekali menguap menahan ngantuk. Dua jam dirinya harus berdiri dan membawa buku seberat ini. Sudahlah .... Dea malas membayangkannya, mendingan dia rasain langsung aja rasanya. Dea melihat Sam menuliskan sesuatu yang misterius di papan tulis itu. Bahasanya mirip bahasa planet Mars tapi dicampur planet Pluto, kalau kalian nggak percaya biar Dea beritahu tulisannya. cout cout Itu ... bahasa apaan?!! Dea mulai berfikir dan menelaah apa yang Sam catatkan itu, tapi setelah Dea pikir-pikir ternyata dirinya males mikir, alhasil Dea lebih memilih untuk memejamkan matanya. Bodo amat sama rasa malu, saraf malunya sudah putus sampai ke urat-urat gara-gara Sam. *** BRUK!! Dea langsung terlonjak kaget, bola matanya yang semula terpejam itu langsung membola seketika. "Enak tidurnya?" Dea menatap kearah Sam dengan linglung. "Kelasnya kok sepi? Saya tadi ketiduran ya, Pak?" Sambil mulai berdiri dan merapikan buku-buku yang dibawanya tadi. "Masih nanya lagi kamu!" Sam langsung ngegas seketika, bahkan saat menjalankan hukuman pun Dea masih sempat-sempatnya melakukan kesalahan. Hukuman apa lagi yang harus dia berikan agar Dea jera?! "Maaf deh Pak, habisnya saya ngantuk banget, sih." Sam hanya menggeleng tidak habis pikir, setelah itu menyabet buku yang ada di gendongan Dea dengan cepat dan pergi meninggalkan Dea begitu saja. Sudahlah dirinya frustasi. Dea yang masih belum sadar sepenuhnya itupun langsung menepuk keningnya sendiri. "Mampus lo, jangan bilang tuh dosen tua bangka nyuruh gue ngulangin semester ini lagi!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD