Happy reading…
***
Aura ilayda altan, gadis yang baru berusia 19 tahun menatap sosok luar biasa sempurna di depannya, dadanya berdenyut nyeri seolah jantungnya ingin melesat keluar. Dia berusaha menutupi kegugupan dengan beralasan anemia serta kelelahan menjaga ibunya dari pagi hingga, malam. Takut serta khawatir bila ibunya terbangun dan tak menemukkan dirinya tapi, rasa takut kini bertambah besar, melihat sosok di hadapnya yang menatap seolah dia terpidana mati.
Aura panas menguar melingkupi ruangan bercat putih dengan bau sitrun parfum ruangan tapi, percuma karena tak bisa menghilangkan ketegangan bahasa tubuh yang kini di tatap oleh pandangan marah.
Apa?
Memang dia melakukan kesalahan apa?
Masa menjawab sebuah pertanyaan membuatnya begitu marah?
Yilla menepisnya kuat, memang dia orang spesial?
Bukankah dia baru pertama kali bertemu dengan dokter spesialis penyakit dalam sekaligus professor bedah terhebat yang kebetulan menolong ibunya. Tapi, yilla tak bisa menghentikan perasaan aneh menggelitik seluruh tubuhnya seolah ditatap sedemikian posesif membuat tubuhnya menginginkan lebih.
Dia menekan kuat kedua tangan diatas pangkuan merapatkan kedua kaki, merutuki kebodohannya memakai dress diatas lutut berusaha menarik kain dressnya kebawah sedikit tapi, dress ini masih di kategorikan sopan menutupi seluruh bagian atas terkecuali, kaki kecilnya. Di tatap seposesif itu membuat dia menahan mati-matian tubuh yang seolah berontak ingin duduk di atas pangkuan sang dokter.
Yilla sekali lagi mengutuk ketololannya, sejak kapan pikiran kotor merasuki otaknya setelah keluar dari ruangan ini, dia harus menjedutkan kepalanya ketembok sebanyak dua kali. Agar tak berpikiran kotor, seperti para gadis murahan simpanan suaminya.
Perubahan wajah yilla yang tadi takut dan risih menjadi sendu membuat Hayato daiki, salah satu dokter yang berkeinginan kuat menarik gadis kecil kepeluknya dan mengurung malaikat pencuri hati itu seharian di dalam kamar, terdiam.
Jujur dia tak suka melihat wajah sedih serta putus asa yilla, dia lebih senang saat yilla bergerak gelisah di kursinya membuat hayato menahan hasrat mengangkat dress peach itu sedikit, lalu memasuki gadis mungil itu di atas kursi. Untungnya dia masih waras dan sadar serta masih ingat kalau dirinya adalah seorang dokter.
"Ya, dokter. Saya sudah menikah."
Tegasnya sekali lagi dan dia dapat melihat tubuh sang dokter kembali menegang serta rahangnya mengeras membuat yilla menatap heran.
"Apa anda tidak melihat cicin kawin dijari manis saya..?" Tambahnya dengan lugu sembari mengangkat tangan kanan menunjukkan logam kuning dengan kemilau indah yang masih terlihat baru di jari manis.
"Maksud anda?"
"Saya tidak mengerti arti dari sebuah cincin? Para staff serta suster dirumah sakit ini juga memakai cincin tapi, mereka tidak menikah?" lanjut sang dokter tanpa sadar menaikkan sedikit oktaf bicaranya membuat yilla memundarkan tubuh, terkejut dan takut.
Hayato memaki dirinya dalam hati.
Lagi..lagi..
Dia membuat malaikat kecilnya takut. Tapi, dimana b******n b******k yang beruntung memiliki wanitanya.
Sampai sekarang sosok itu tak terlihat?
"Lalu dimana suami anda, nyonya. Harusnya dia ada di saat anda akan mengambil keputusan penting seperti sekarang?" ucap Hayato berusaha menahan nada marah mengantinya dengan nada datar sedatar mungkin.
"Mungkin dia sedang mengurus surat perceraian atau bersama dengan gadis murahan.." gumam yilla sangat pelan sembari menatap lantai namun, dapat di tangkap oleh telinga tajam hayato.
Yilla merutuki kecerobohannya lagi ketika, matanya bertubrukan dengan sang dokter. Dia kembali salah tingkah bila mata mereka bertemu, seolah Hayato sedang masuk kedalam dirinya.
Ingatkan dia agar menjedutkan kepalanya ketembok sebanyak tiga kali bukan dua kali, setelah keluar dari ruangan ini.
"Di-Dia sedang sibuk, perusahaannya tak bisa ditinggal.." Yilla meralat dengan cepat semoga racauannya tak terdengar. Ekspresi sang dokter berubah cepat seolah beban yang tadi di bawa kini menghilang.
Dia berdiri kesamping meja nakas menuangkan air putih kedalam gelas sambil membuka laci mengambil botol kecil beisi tablet berwarna biru.
"Minumlah-- ini obat, menghilangkan rasa lelah. Anda butuh tubuh yang fit untuk menjaga ibu anda." sembari menyerahkan segelas air melihat tangan kecil terkesan gugup serta ragu tapi, mulai meminum 3 tablet yang diserahkan hayato.
Takk..
Botol Tablet obat yang ditaruh yilla terjatuh, sesaat dia melihat jam pada meja kerja dokter. Jam 3 pagi, seolah hurufnya berbayang menjadi dua lalu tiga lalu dua dia memegang kepala memijat pelipisnya kuat, agar rasa kantuk tak lantas membuatnya tertidur diruangan dokter.
"Nyonya Yilla, anda tidak apa?"
Hayato dengan sigap memapah tubuh yilla yang terlewat ringan. Bau tubuh yang memabukkan, membuat tangan hayato tak sengaja mengelus kepalanya sayang. Yilla yang merasa nyaman, memeluk leher hayato agar tak terjatuh sedetik kemudian, dia tak merasakan tubuhnya yang berpijak di tanah.
Hayato mengangkat tubuh yilla masuk pada pintu ruangan istirahat pribadi miliknya. Senyum hayato mengembang tangannya tak berhenti mengelus pipi yilla yang terlihat kurus.
"Kamu milikku, sayang.." bisik hayato sembari mencium kening yilla dan menutup pintu ruang penghubung.
***
Salam author,
-------------
Hi, guys..
Salam kenal untuk kalian semua, terima kasih sudah membaca salah satu karya saya. Jangan lupa beri love, follow dan ikuti cerita ini..
By. Violina melody